Cahaya Inspirasi dari Anak-Anak Palestina
Cahaya Inspirasi dari Anak-Anak Palestina
18/03/2025 | Nur Isnaini MasyithohDi tengah konflik berkepanjangan yang telah melanda Palestina selama puluhan tahun, ada satu kelompok yang sering kali luput dari perhatian dunia: anak-anak. Mereka adalah generasi yang tumbuh di bawah bayang-bayang kekerasan, ketidakpastian, dan kehilangan. Namun, di balik segala penderitaan, anak-anak Palestina menunjukkan ketahanan yang luar biasa, harapan yang tak pernah padam, dan kreativitas yang menginspirasi tiada henti.
Kehidupan di Tengah Konflik
Bagi anak-anak Palestina, hidup di tengah konflik adalah kenyataan yang harus mereka hadapi sejak kecil. Mereka terbiasa dengan suara dentuman bom, raungan sirene, dan ketakutan akan kehilangan orang yang dicintai dan segala kenangan tentang rumah masa kecil yang bisa terjadi kapan saja. Banyak dari mereka yang kehilangan rumah, sekolah, atau bahkan keluarga akibat serangan militer. Akses terhadap kebutuhan dasar seperti air bersih, listrik, dan perawatan kesehatan sering kali terbatas, membuat kehidupan sehari-hari menjadi perjuangan tersendiri.
Namun, atas izin Allah, anak-anak ini mampu beradaptasi dan menemukan cara untuk tetap bertahan. Mereka belajar bermain di antara reruntuhan, menciptakan permainan dari barang-barang sederhana, dan menemukan kebahagiaan kecil di tengah kesulitan dengan kreativitas yang tak pernah padam. Bagi mereka, ketahanan bukanlah pilihan, tetapi kebutuhan.
Pendidikan: Senjata Melawan Ketidakadilan
Di tengah segala keterbatasan, pendidikan menjadi salah satu harapan terbesar bagi anak-anak Palestina. Sekolah-sekolah di Gaza dan Tepi Barat sering kali menjadi target serangan, tetapi hal ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk belajar. Banyak anak-anak yang berjalan kaki berkilo-kilometer setiap hari hanya untuk mencapai sekolah. Mereka percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan dan membangun masa depan yang lebih baik.
Guru-guru di Palestina juga memainkan peran penting dalam mendukung anak-anak. Mereka tidak hanya mengajar mata pelajaran akademis, tetapi juga memberikan dukungan psikologis dan emosional. Di ruang kelas yang seringkali sederhana, mereka menanamkan nilai-nilai ketahanan, harapan, dan keyakinan bahwa perubahan itu mungkin.
Dilansir dari Al Jazeera English, lebih dari 650.000 pelajar di Gaza kehilangan hak atas pendidikan akibat pendudukan Israel. Per 14 Agustus 2014, Israel telah menghancurkan 500 sekolah di Gaza. Berdasarkan data dari UNICEF, setidaknya 84 persen sekolah di Gaza membutuhkan rekonstruksi keseluruhan atau rehabilitasi signifikan sebelum sekolah dapat beroperasi kembali.
Adalah Israa Abu Mustofa, seorang guru asal Khan Younis yang mendedikasikan dirinya untuk mendidik anak-anak dengan mendirikan tenda pendidikan di atas puing reruntuhan rumahnya. Inisiatif ini mendapat respon positif karena dari 35 siswa yang ikut serta terus bertambah hingga 400 orang anak yang datang bergiliran karena keterbatasan tempat. Ia mengampu kelas mulai dari pra sekolah hingga kelas 6 sekolah dasar.
Kreativitas dan Cahaya Impian Anak Palestina
Seni menjadi salah satu cara bagi anak-anak Palestina untuk mengekspresikan perasaan mereka dan merespons situasi di sekitar mereka. Melalui lukisan, puisi, musik, karya, dan teater, mereka menyuarakan harapan, ketakutan, dan impian mereka. Banyak organisasi lokal yang menyediakan ruang bagi anak-anak untuk mengeksplorasi kreativitas mereka, membantu mereka memproses trauma dan menemukan makna dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu contoh inspiratif adalah kisah Ahed Tamimi, seorang gadis remaja dari Nabi Saleh yang menjadi simbol perlawanan damai terhadap penjajahan. Meskipun harus menghadapi penahanan dan intimidasi, Ahed tidak pernah menyerah. Dia percaya bahwa suara anak-anak Palestina harus didengar dan bahwa perubahan itu mungkin.
Lama Abu Jamous adalah seorang jurnalis cilik asal Gaza, Palestina, yang mulai dikenal luas pada usia 9 tahun karena keberaniannya melaporkan situasi di Jalur Gaza melalui media sosial. Melalui akun Instagramnya, @lama_jamous9, Lama membagikan kondisi terkini di Gaza, termasuk dampak konflik terhadap anak-anak dan masyarakat setempat.
Dalam wawancaranya dengan TRT World, Lama mengungkapkan kecintaannya pada profesi jurnalis dan keinginannya untuk menyuarakan pengalaman anak-anak Palestina kepada dunia. Ia berharap melalui laporannya, dunia dapat lebih memahami situasi yang dihadapi oleh anak-anak di Gaza.
Keberanian dan dedikasi Lama dalam melaporkan kondisi di Gaza telah menginspirasi banyak orang dan menunjukkan bahwa usia muda bukanlah halangan untuk berkontribusi dalam menyuarakan kebenaran.
Renad Attallah adalah seorang content creator cilik berusia 10 tahun asal Gaza yang dikenal karena membagikan video memasak di tengah situasi konflik. Dengan lebih dari 800 ribu pengikut di Instagram, Renad menggunakan platformnya untuk menunjukkan ketahanan dan kreativitas masyarakat Gaza dalam menghadapi keterbatasan.
Dalam video-videonya, Renad sering memanfaatkan bahan-bahan dari paket bantuan untuk membuat hidangan sederhana. Kontennya tidak hanya menampilkan proses memasak, tetapi juga memberikan gambaran tentang kehidupan sehari-hari di Gaza, termasuk tantangan yang dihadapi oleh anak-anak dan keluarga di wilayah tersebut.
Renad dibantu oleh kakaknya, Nourhan Attallah, dalam mengelola akun Instagramnya. Mereka berdua berusaha menyampaikan pesan positif dan inspiratif, sambil meningkatkan kesadaran global tentang situasi di Gaza. Melalui video-videonya, Renad berharap dapat membawa kebahagiaan dan harapan bagi penontonnya, serta menunjukkan bahwa meskipun dalam kondisi sulit, semangat dan kreativitas tetap bisa tumbuh. Dengan keberanian dan dedikasinya, Renad Attallah telah menjadi simbol ketahanan anak-anak Palestina dan inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia.
Meskipun hidup dalam kondisi yang sulit, anak-anak Palestina tidak kehilangan impian mereka. Banyak dari mereka bercita-cita menjadi dokter, insinyur, guru, atau seniman. Mereka ingin membangun kembali tanah air mereka, membantu sesama, dan menciptakan dunia yang lebih baik. Impian-impian ini menjadi sumber motivasi yang kuat, mendorong mereka untuk terus belajar dan berjuang.
Anak-anak Palestina adalah bukti nyata bahwa harapan dan ketahanan dapat tumbuh bahkan di tempat yang paling gelap sekalipun. Meskipun hidup dalam kondisi yang sulit, mereka terus bermimpi, belajar, dan berkarya. Mereka mengajarkan kita bahwa meskipun dunia mungkin tidak adil, manusia memiliki kekuatan untuk bertahan, berharap, dan berjuang untuk perubahan.
Melalui mata anak-anak Palestina, kita melihat bukan hanya penderitaan, tetapi juga kekuatan, kreativitas, dan harapan. Mereka adalah generasi yang akan membawa perubahan, dan tugas kita adalah memastikan bahwa mereka memiliki kesempatan untuk melakukannya. Dengan dukungan yang tepat, anak-anak Palestina dapat menjadi cahaya yang menerangi jalan menuju masa depan yang gemilang.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.
https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat
Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Nur Isnaini Masyithoh
