10 Dzulhijjah: Hari Raya Idul Adha dan Makna Kurban yang Mendalam
27/10/2025 | Penulis: Admin bidang 1
10 Dzulhijjah: Hari Raya Idul Adha dan Makna Kurban yang Mendalam
Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia menyambut datangnya 10 Dzulhijjah dengan penuh suka cita. Tanggal ini merupakan salah satu hari yang paling mulia dalam kalender Hijriah karena bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Pada 10 Dzulhijjah, umat Islam merayakan ketaatan dan pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, yang menjadi simbol ketulusan iman dan kepatuhan kepada Allah SWT.
10 Dzulhijjah bukan hanya hari raya biasa, melainkan juga puncak dari serangkaian ibadah yang dilakukan selama bulan Dzulhijjah, seperti puasa sunnah, takbir, dan ibadah haji. Pada hari inilah para jamaah haji di Tanah Suci menyelesaikan sebagian besar rukun haji mereka, termasuk melontar jumrah dan menyembelih hewan kurban. Momentum 10 Dzulhijjah mengingatkan setiap muslim untuk menumbuhkan semangat pengorbanan dan kepedulian sosial.
Selain itu, 10 Dzulhijjah juga memiliki keutamaan spiritual yang luar biasa. Rasulullah SAW bersabda bahwa tidak ada hari-hari yang amal salehnya lebih dicintai Allah daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Ini menandakan betapa agungnya hari-hari tersebut, terutama puncaknya pada 10 Dzulhijjah. Hari ini menjadi kesempatan emas bagi umat Islam untuk memperbanyak zikir, doa, sedekah, dan amal kebajikan lainnya.
Dalam sejarah Islam, 10 Dzulhijjah telah menjadi momen sakral yang menyatukan umat. Dari masjid kecil di desa hingga masjid besar di kota, gema takbir berkumandang sejak malam sebelumnya. Umat Islam menunaikan salat Id, bertemu keluarga, dan berbagi daging kurban kepada mereka yang membutuhkan. Semua ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan kasih sayang yang diajarkan dalam Islam.
Maka, memahami makna 10 Dzulhijjah bukan sekadar mengenang hari raya, tetapi juga menghayati pesan spiritual yang terkandung di dalamnya: tentang keikhlasan, ketaatan, dan kepedulian terhadap sesama.
Sejarah dan Peristiwa Penting di 10 Dzulhijjah
10 Dzulhijjah memiliki sejarah panjang yang sarat makna bagi umat Islam. Pada hari inilah perintah berkurban pertama kali diturunkan sebagai bentuk penghormatan terhadap ketaatan Nabi Ibrahim AS. Dalam kisahnya, Nabi Ibrahim bermimpi bahwa Allah memerintahkannya untuk menyembelih putranya, Ismail. Dengan penuh keimanan, keduanya menerima perintah itu tanpa ragu. Namun, saat Ibrahim hendak melaksanakan perintah tersebut, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba. Peristiwa agung ini menjadi simbol ketaatan sejati yang diperingati setiap 10 Dzulhijjah melalui ibadah kurban.
Selain kisah Nabi Ibrahim, 10 Dzulhijjah juga merupakan hari di mana jamaah haji menuntaskan sebagian besar ritual haji mereka. Setelah wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, jamaah bermalam di Muzdalifah, kemudian menuju Mina pada 10 Dzulhijjah untuk melontar jumrah, menyembelih hewan, mencukur rambut, dan thawaf ifadah di Masjidil Haram. Semua rangkaian ini menggambarkan kesempurnaan ibadah haji yang berpuncak pada hari besar tersebut.
Di sisi lain, 10 Dzulhijjah juga menjadi hari penuh keberkahan bagi seluruh umat Islam, bukan hanya bagi mereka yang berhaji. Rasulullah SAW menegaskan bahwa hari ini adalah salah satu dari dua hari raya besar umat Islam, selain Idulfitri. Dalam hadis riwayat Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda, “Hari Arafah, hari Nahr (10 Dzulhijjah), dan hari-hari Tasyriq adalah hari raya bagi kita umat Islam.”
Keberadaan 10 Dzulhijjah juga mengingatkan manusia akan hakikat pengorbanan yang tidak hanya berbentuk fisik, tetapi juga spiritual. Dalam kehidupan modern, semangat 10 Dzulhijjah dapat diterapkan dalam bentuk keikhlasan bekerja, kejujuran, dan kesediaan berbagi kepada sesama. Ini menjadikan hari raya bukan hanya ritual, tetapi momentum pembenahan diri.
Dengan demikian, sejarah dan peristiwa yang terjadi pada 10 Dzulhijjah bukan hanya kisah masa lalu, melainkan pelajaran abadi yang mengajarkan arti ketaatan dan pengorbanan yang sejati dalam kehidupan seorang muslim.
Makna Kurban di 10 Dzulhijjah
Salah satu ibadah utama pada 10 Dzulhijjah adalah menyembelih hewan kurban. Ibadah ini bukan sekadar tradisi tahunan, melainkan perintah langsung dari Allah SWT yang memiliki nilai spiritual tinggi. Dalam Al-Qur’an surah Al-Kautsar ayat 2, Allah berfirman: “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah.” Ayat ini menegaskan bahwa ibadah kurban adalah bentuk syukur atas nikmat Allah dan simbol kepatuhan total kepada-Nya.
Pada 10 Dzulhijjah, umat Islam menyembelih kambing, sapi, atau unta sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Daging kurban kemudian dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan kaum dhuafa, agar kebahagiaan Idul Adha dirasakan secara merata. Nilai sosial yang terkandung dalam ibadah ini sangat besar, karena mengajarkan kepedulian, keadilan, dan semangat berbagi.
Lebih dari itu, makna kurban di 10 Dzulhijjah juga mengandung pesan moral untuk mengorbankan hal-hal yang menghalangi kedekatan dengan Allah. Setiap muslim diajak untuk memotong sifat egois, keserakahan, dan kemalasan yang menjadi “hewan kurban” dalam diri manusia. Inilah makna terdalam dari pengorbanan yang sejati.
Rasulullah SAW juga menegaskan keutamaan kurban pada 10 Dzulhijjah. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda, “Tidak ada amal yang dilakukan anak Adam pada hari Nahr (10 Dzulhijjah) yang lebih dicintai Allah selain menyembelih hewan kurban.” (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa ibadah kurban memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah SWT.
Dengan memahami makna spiritual dan sosial dari ibadah kurban pada 10 Dzulhijjah, umat Islam diharapkan dapat menumbuhkan semangat memberi tanpa pamrih, mempererat tali silaturahmi, serta meningkatkan rasa syukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan.
Amalan-Amalan Utama pada 10 Dzulhijjah
Selain ibadah kurban, terdapat sejumlah amalan sunnah yang dianjurkan pada 10 Dzulhijjah. Salah satunya adalah memperbanyak takbir, tahmid, dan tahlil sejak malam Idul Adha hingga hari-hari Tasyriq (11–13 Dzulhijjah). Umat Islam juga dianjurkan untuk memperindah penampilan, memakai pakaian terbaik, dan menunaikan salat Idul Adha berjamaah sebagai bentuk pengagungan kepada Allah SWT.
Pada 10 Dzulhijjah, amalan yang sangat dianjurkan adalah berbagi kebahagiaan dengan sesama. Rasulullah SAW menekankan pentingnya memberikan sedekah, membantu orang miskin, dan menjalin silaturahmi. Ini menunjukkan bahwa hari raya bukan sekadar momen pribadi, tetapi juga kesempatan untuk memperluas manfaat kepada orang lain.
Selain itu, memperbanyak doa pada 10 Dzulhijjah juga sangat dianjurkan. Hari ini termasuk dalam waktu-waktu mustajab untuk memohon ampunan dan kebaikan dunia akhirat. Para ulama juga menyarankan agar umat Islam melanjutkan semangat ibadah dari hari-hari sebelumnya, seperti puasa sembilan hari pertama Dzulhijjah, agar amal ibadah semakin sempurna.
Bagi mereka yang berhaji, 10 Dzulhijjah adalah puncak perjalanan spiritual. Hari ini mereka melaksanakan prosesi pelontaran jumrah, tahallul, dan thawaf ifadah. Semua ritual tersebut menggambarkan kesucian hati yang lahir dari ketaatan dan pengorbanan. Ini juga menjadi simbol penyempurnaan iman dan pengharapan akan ridha Allah SWT.
Dengan menjalankan amalan-amalan utama pada 10 Dzulhijjah, setiap muslim dapat memperkuat hubungan dengan Allah dan memperbaiki kualitas diri. Hari yang penuh keberkahan ini menjadi kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan meningkatkan kualitas keimanan.
10 Dzulhijjah bukan hanya sekadar hari raya, tetapi momentum spiritual yang seharusnya menginspirasi umat Islam sepanjang tahun. Nilai-nilai pengorbanan, keikhlasan, dan kepedulian sosial yang melekat pada hari ini hendaknya terus hidup dalam keseharian umat Islam. Dengan semangat 10 Dzulhijjah, seorang muslim diajak untuk lebih bersyukur, sabar, dan berbuat baik kepada sesama.
Hari raya Idul Adha yang jatuh pada 10 Dzulhijjah juga menjadi pengingat bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya didapat dari harta atau kemewahan, tetapi dari ketulusan hati dalam beribadah dan berbagi. Setiap tetes darah hewan kurban yang mengalir menjadi saksi keikhlasan umat Islam dalam mencari ridha Allah SWT.
Lebih jauh lagi, 10 Dzulhijjah mengajarkan makna ketundukan total kepada Allah. Seperti halnya Nabi Ibrahim dan Ismail yang rela berkorban demi perintah-Nya, setiap muslim diajak untuk menyerahkan seluruh kehidupannya di jalan kebaikan. Ini bukan hanya tentang menyembelih hewan, tetapi juga menyembelih sifat-sifat buruk yang menghalangi jalan menuju takwa.
Dalam konteks sosial, 10 Dzulhijjah memperkuat rasa solidaritas di antara umat. Daging kurban yang dibagikan bukan sekadar makanan, tetapi wujud cinta dan persaudaraan yang mempererat hubungan antar manusia. Dari sinilah Islam menunjukkan wajahnya yang penuh kasih dan keadilan.
Akhirnya, dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai 10 Dzulhijjah, umat Islam dapat menjadikan hari raya Idul Adha sebagai sumber inspirasi untuk menjadi pribadi yang lebih ikhlas, peduli, dan bertakwa. Semoga setiap kita mampu menghidupkan semangat 10 Dzulhijjah dalam kehidupan, bukan hanya setahun sekali, tetapi setiap hari.
Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:
https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat
#MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
Artikel Lainnya
Menyucikan Diri Melalui Wudhu: Rahasia Ketenangan Sebelum Ibadah
8 Hikmah Tawakal sebagai Penyerahan Diri kepada Allah
Niat Puasa 1 Dzulhijjah dan Keutamaan Mengawali Bulan dengan Ibadah
5 Doa Kesabaran Hati di Saat Cobaan Berat
Belajar Bersyukur di Tengah Ujian: Menemukan Tenang di Jalan Allah
5 Doa Agar Selalu Sabar dan Bersyukur dalam Hidup

Info Rekening Zakat
Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.
BAZNAS

