WhatsApp Icon

5 Prinsip Akhlak Islami dalam Bergaul agar Tidak Mudharat

10/10/2025  |  Penulis: Admin bidang 1

Bagikan:URL telah tercopy
5 Prinsip Akhlak Islami dalam Bergaul agar Tidak Mudharat

5 Prinsip Akhlak Islami dalam Bergaul agar Tidak Mudharat

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari interaksi sosial. Kita berbicara, bekerja, belajar, dan bersosialisasi dengan berbagai macam orang dari latar belakang yang berbeda. Namun, di tengah derasnya arus komunikasi modern dan kebebasan berekspresi, batas-batas pergaulan sering kali menjadi kabur.

Banyak yang beranggapan bahwa selama niatnya baik, maka semua bentuk pergaulan boleh dilakukan. Padahal, Islam mengatur dengan sangat indah bagaimana seorang muslim seharusnya bergaul agar tidak menimbulkan mudharat (kerugian), baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

Akhlak yang baik adalah pondasi utama dalam membangun hubungan sosial yang sehat dan bernilai ibadah. Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, sebagaimana sabdanya:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)

Berikut ini lima prinsip akhlak Islami dalam bergaul yang bisa menjadi panduan agar hubungan sosial kita tetap berada di jalan yang diridai Allah SWT.

1. Menjaga Lisan dan Etika dalam Berbicara

Lisan adalah cerminan hati. Seseorang bisa terlihat berilmu dan berakhlak mulia dari cara ia berbicara. Dalam Islam, menjaga lisan bukan hanya tentang tidak berkata kasar, tetapi juga tentang bagaimana menggunakan kata yang menenangkan, jujur, dan bermanfaat.

Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjadi pengingat bahwa setiap kata yang keluar dari mulut kita bisa menjadi sumber kebaikan, tapi juga bisa menimbulkan keburukan.

Di era digital, menjaga lisan juga berarti menjaga jari. Komentar di media sosial, pesan pribadi, dan unggahan publik semuanya termasuk dalam tanggung jawab etika komunikasi. Menghina, menebar gosip, atau menyebarkan informasi tanpa klarifikasi bisa termasuk ghibah dan fitnah yang berat dosanya.

Sebaliknya, gunakan komunikasi untuk menebar manfaat menenangkan orang lain, memberi semangat, atau menyebarkan ilmu. Lisan yang terjaga adalah salah satu tanda keimanan yang kuat.

2. Bersikap Jujur dan Amanah

Kejujuran adalah pondasi dari setiap hubungan sosial yang sehat. Tanpa kejujuran, tidak ada kepercayaan. Dalam Islam, jujur (?idq) bukan hanya berbicara benar, tetapi juga konsistensi antara perkataan, perbuatan, dan niat hati.

Allah SWT berfirman dalam QS. At-Taubah ayat 119:

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan jadilah bersama orang-orang yang jujur.”

Sifat amanah pun tak kalah penting. Amanah berarti bisa dipercaya dalam menjaga rahasia, menjalankan tanggung jawab, dan tidak mengkhianati kepercayaan yang diberikan orang lain.

Dalam konteks pergaulan modern, amanah juga mencakup etika digital tidak membocorkan chat pribadi, tidak menyebarkan foto tanpa izin, dan tidak memanipulasi informasi untuk kepentingan pribadi.

Seseorang yang jujur dan amanah akan dihormati, karena ia membawa ketenangan dalam hubungan sosialnya. Rasulullah SAW sendiri digelari “Al-Amin” (yang terpercaya) karena sifat amanahnya yang luar biasa. Bila prinsip ini dipegang teguh, pergaulan akan menjadi sumber keberkahan, bukan kebohongan atau konflik.

3. Menjaga Pandangan dan Menahan Hawa Nafsu

Islam mengajarkan bahwa fitnah terbesar dalam pergaulan seringkali berawal dari pandangan dan perasaan yang tidak dijaga. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nur ayat 30-31:

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya... Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman agar mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya...”

Ayat ini mengajarkan adab dalam berinteraksi antara laki-laki dan perempuan agar tidak timbul godaan atau perasaan yang melampaui batas.

Menjaga pandangan bukan berarti menolak interaksi sama sekali, tetapi menahan diri dari hal-hal yang bisa menimbulkan syahwat atau fitnah. Di era digital, menjaga pandangan juga berarti berhati-hati terhadap konten visual di media sosial.

Selain itu, menahan hawa nafsu mencakup pengendalian diri dalam emosi, ambisi, dan amarah. Banyak persahabatan atau hubungan yang rusak hanya karena seseorang tidak bisa mengendalikan egonya.

Menjadi pribadi yang tenang dan tidak mudah tersulut adalah bagian dari akhlak mulia. Rasulullah SAW bersabda:

“Bukanlah orang kuat itu yang menang dalam bergulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan amarahnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan menjaga pandangan dan hawa nafsu, seseorang akan terhindar dari dosa yang tidak disadari, dan pergaulannya menjadi lebih bersih serta bermakna.

4. Menghindari Ghibah, Fitnah, dan Hasad

Tiga penyakit hati ini sering kali menjadi racun dalam pergaulan. Ghibah (menggunjing), fitnah (menyebar kebohongan), dan hasad (iri dengki) dapat merusak hubungan sosial bahkan menghancurkan persaudaraan.

Allah SWT memperingatkan keras dalam QS. Al-Hujurat ayat 12:

“Janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik.”

Ayat ini menggambarkan betapa menjijikkannya perbuatan ghibah di sisi Allah. Namun di era sekarang, ghibah sering terjadi secara tidak sadar melalui gosip online, komentar negatif, atau sindiran halus di media sosial.

Hasad atau iri hati juga berbahaya. Ia membuat seseorang tidak tenang melihat kebahagiaan orang lain. Padahal, dalam Islam diajarkan agar kita bersyukur atas nikmat sendiri dan mendoakan kebaikan untuk orang lain.

Menghindari ghibah dan hasad bukan hanya menjaga hubungan baik, tapi juga membersihkan hati dari penyakit yang bisa menghapus amal. Sebaiknya isi pergaulan dengan saling menasihati, bukan saling menjatuhkan.

5. Mengutamakan Kasih Sayang dan Toleransi

Prinsip terakhir yang menjadi inti dari akhlak Islami dalam bergaul adalah kasih sayang dan toleransi. Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin membawa rahmat bagi seluruh alam. Rasulullah SAW dikenal sebagai pribadi yang lembut dan penyayang, bahkan kepada orang yang menyakitinya.

Beliau bersabda:

“Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam konteks pergaulan, kasih sayang berarti peduli terhadap perasaan orang lain, menghormati perbedaan, dan tidak memaksakan kehendak.

Toleransi juga penting di tengah masyarakat yang beragam. Berbeda pandangan, latar belakang, atau status sosial bukan alasan untuk bermusuhan. Justru dengan saling menghormati, kita menunjukkan kedewasaan dalam berakhlak.

Kasih sayang juga meliputi empati mau mendengar keluh kesah orang lain, membantu tanpa pamrih, dan tidak menilai hanya dari tampilan luar. Sikap inilah yang membuat Rasulullah dicintai banyak orang dan dijadikan teladan sepanjang masa.

Jika prinsip kasih sayang diterapkan dalam kehidupan modern, maka dunia maya pun akan menjadi ruang yang ramah, damai, dan penuh keberkahan. Tidak ada lagi caci maki, adu argumen sia-sia, atau saling menjatuhkan demi validasi.

Pergaulan adalah bagian dari fitrah manusia, tapi Islam menuntun agar pergaulan itu membawa kebaikan, bukan mudharat. Lima prinsip akhlak Islami menjaga lisan, bersikap jujur dan amanah, menjaga pandangan, menghindari ghibah, serta menebar kasih sayang bukan sekadar aturan, melainkan pedoman hidup yang menumbuhkan kehormatan dan ketenangan batin.

Di era modern yang serba terbuka, menjaga akhlak menjadi ujian besar. Tapi justru di situlah nilai keimanan diuji apakah kita bisa tetap berpegang pada ajaran Islam di tengah godaan kebebasan tanpa batas.

Dengan mengamalkan prinsip-prinsip ini, pergaulan kita tidak hanya membawa manfaat sosial, tapi juga menjadi ladang pahala. Karena setiap interaksi yang dilandasi akhlak mulia adalah bentuk ibadah yang mendekatkan diri pada Allah SWT.

Pergaulan yang berakhlak bukan berarti kaku, tapi justru menumbuhkan rasa saling percaya, saling menghargai, dan menjadikan hubungan antarsesama manusia lebih bermartabat. Itulah pergaulan yang tidak hanya indah di mata manusia, tapi juga bernilai tinggi di sisi Tuhan.

Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:

https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat

#MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan

Bagikan:URL telah tercopy
Info Rekening Zakat

Info Rekening Zakat

Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.

BAZNAS

Info Rekening Zakat