Peradaban Islam 5.0: Integrasi Iman, Ilmu, dan Teknologi
14/10/2025 | Penulis: Admin bidang 1
Peradaban Islam 5.0: Integrasi Iman, Ilmu, dan Teknologi
Kita hidup di masa perubahan besar. Dunia bergerak dari era Industry 4.0 menuju Society 5.0 yaitu sebuah konsep masyarakat supercerdas yang memadukan teknologi digital dengan nilai-nilai kemanusiaan. Jika pada era sebelumnya mesin dan data menjadi pusat, maka pada Society 5.0 manusia kembali ditempatkan sebagai poros utama kemajuan.
Namun, di tengah arus teknologi yang semakin maju, muncul pertanyaan mendasar: bagaimana agar kemajuan ini tidak meniadakan nilai spiritual dan moral? Di sinilah Islam menawarkan paradigma baru yaitu Peradaban Islam 5.0, yaitu peradaban yang menyeimbangkan iman, ilmu, dan teknologi dalam satu sistem nilai yang beradab dan berkeadilan.
Sebagaimana pesan Al-Qur’an:
“Dan Kami jadikan kamu umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas manusia.” (QS. Al-Baqarah: 143)
Ayat ini menjadi dasar bahwa umat Islam dipanggil untuk menjadi umat yang seimbang, tidak terjebak antara ekstrem materialisme dan ekstrem spiritualisme.
Jejak Emas: Integrasi Iman dan Ilmu dalam Sejarah Islam
Peradaban Islam pernah mencapai masa keemasan ketika ilmu dan iman berjalan seiring. Pada abad ke-8 hingga ke-13, Baghdad, Kairo, dan Cordoba menjadi pusat pengetahuan dunia. Bayt al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan) berdiri sebagai simbol kemajuan intelektual Islam yang menggabungkan ilmu agama, sains, dan filsafat.
Tokoh-tokoh besar seperti Al-Khawarizmi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Al-Ghazali menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan tidak bertentangan dengan keimanan. Mereka berilmu karena iman, dan beriman dengan ilmu. Bagi mereka, setiap penelitian ilmiah adalah bagian dari ibadah; setiap penemuan adalah bentuk dzikir terhadap kebesaran Allah.
Namun, memasuki era modern, semangat integrasi itu mulai pudar. Ilmu dan agama terpecah, pendidikan terpisah antara “umum” dan “agama”, sementara teknologi berkembang tanpa arah spiritual. Peradaban Islam 5.0 hadir untuk menyatukan kembali yang tercerai membangun harmoni baru antara akal, moral, dan iman.
Tantangan Peradaban Modern
Kemajuan teknologi membawa banyak manfaat, tetapi juga melahirkan krisis baru.
-
Krisis spiritual: manusia kehilangan makna di tengah hiruk-pikuk digital.
-
Krisis moral: kemajuan sains tak selalu diikuti kesadaran etika.
-
Krisis sosial: kesenjangan digital antara yang kaya dan miskin kian lebar.
Generasi muda Muslim kini hidup dalam pusaran algoritma. Mereka cerdas secara digital, tetapi sering kehilangan arah nilai. Media sosial mempengaruhi cara berpikir, bahkan cara beriman. Maka, perlu ada arah baru agar umat Islam tidak sekadar menjadi pengguna teknologi, tetapi pengarah dan pencipta peradaban berbasis nilai ilahi.
Konsep Inti: Integrasi Iman, Ilmu, dan Teknologi
1. Iman sebagai Fondasi Moral
Iman adalah pondasi utama dalam membangun teknologi yang manusiawi.
Dalam Islam, kemajuan tidak boleh lepas dari etika. Nilai-nilai seperti amanah, keadilan, dan rahmah harus menjadi kompas moral dalam setiap inovasi.
Misalnya, dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI), etika Islam dapat menghindarkan penyalahgunaan data, bias algoritma, dan eksploitasi manusia.
Teknologi harus tunduk kepada nilai ketuhanan, bukan menggantikan peran-Nya.
2. Ilmu sebagai Jalan Pencerahan
Ilmu adalah jembatan antara akal dan spiritualitas. Islam mendorong pencarian ilmu tanpa batas, tetapi dengan niat yang benar.
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Pendidikan Islam 5.0 harus melahirkan insan yang smart sekaligus wise cerdas dan berakhlak.
Kurikulum integratif yang memadukan sains modern, literasi digital, dan nilai tauhid menjadi kunci menghadapi disrupsi teknologi.
3. Teknologi sebagai Alat Kemaslahatan
Dalam pandangan Islam, teknologi adalah sarana, bukan tujuan.
Teknologi seharusnya memperkuat ibadah, memperluas dakwah, dan menyejahterakan umat.
Contohnya:
-
Smart mosque sebagai pusat literasi digital dan inovasi umat.
-
Zakat digital dan wakaf produktif untuk memperkuat ekonomi berbasis keadilan sosial.
-
Dakwah digital melalui media sosial dan podcast yang menghadirkan pesan Islam yang solutif.
-
AI Islami yang menyesuaikan konten dakwah dengan kebutuhan spiritual pengguna.
Dengan begitu, teknologi berada di bawah kendali iman dan diarahkan oleh ilmu.
Strategi Membangun Peradaban Islam 5.0
1. Pendidikan Islam Integratif
Pendidikan harus menjadi garda terdepan. Kurikulum integratif yang memadukan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics) dengan nilai akhlak Islam perlu dikembangkan di pesantren, madrasah, dan perguruan tinggi.
2. Ekonomi Syariah Digital
Transformasi digital bisa memperluas peran zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF). Dengan teknologi blockchain dan AI, transparansi serta akuntabilitas pengelolaan dana umat akan meningkat. Ekonomi umat pun tumbuh dengan keadilan.
3. Masjid Sebagai Pusat Peradaban Digital
Masjid tidak hanya tempat ibadah, tetapi juga ruang inovasi. Smart mosque apat menyediakan pelatihan wirausaha, kelas coding Islami, dan ruang kreatif anak muda.
Masjid kembali menjadi “pusat peradaban”, seperti pada masa Rasulullah di Madinah.
4. Dakwah Era Algoritma
Para dai dan lembaga dakwah perlu beradaptasi dengan dunia digital. Konten dakwah berbasis data dan AI bisa membuat pesan Islam lebih relevan, menyentuh, dan kontekstual.
5. Kolaborasi Global
Umat Islam di berbagai negara perlu bersatu membangun riset bersama tentang etika AI, energi terbarukan, dan ekonomi berkelanjutan berbasis nilai Islam.
Menjemput Kebangkitan Peradaban
Peradaban Islam 5.0 bukanlah utopia, melainkan visi realistis untuk menjawab krisis global. Dunia membutuhkan peradaban yang menyeimbangkan antara kecerdasan buatan dan kebijaksanaan hati.
Dengan iman sebagai kompas, ilmu sebagai jembatan, dan teknologi sebagai alat, umat Islam dapat kembali memimpin peradaban dunia.
Sebagaimana sabda Rasulullah :
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)
Peradaban Islam 5.0 adalah peradaban manfaat peradaban yang membangun dunia tanpa melupakan akhirat, menggerakkan teknologi tanpa kehilangan moral, dan menggabungkan kecanggihan dengan kasih sayang.
Kini saatnya umat Islam tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi arsitek peradaban baru yang menghadirkan keadilan, kemajuan, dan kedamaian bagi seluruh umat manusia.
Sebuah peradaban yang benar-benar rahmatan lil ‘alamin.
Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:
https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat
#MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
Artikel Lainnya
Pergaulan Sehat untuk Anak Perempuan: Tetap Islami di Era Modern
Menjadi Orang Tua Islami di Tengah Tantangan Zaman
9 Hikmah Silaturahmi dalam Islam
7 Hikmah Ramadhan sebagai Bulan Penuh Berkah
8 Hikmah Ibadah Haji dalam Islam
Hikmah Zakat Fitrah bagi Pemberi dan Penerima

Info Rekening Zakat
Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.
BAZNAS