WhatsApp Icon
Cara Menjadi Orang yang Sabar dan Ikhlas dalam Kondisi Sulit

Dalam kehidupan ini, setiap manusia pasti dihadapkan pada ujian dan cobaan. Tidak ada seorang pun yang hidup tanpa masalah, baik berupa kehilangan, kegagalan, penyakit, maupun kesedihan. Dalam menghadapi semua itu, Islam mengajarkan agar umatnya menjadi orang yang sabar dan ikhlas. Dua sikap ini bukan hanya bentuk ketundukan kepada takdir Allah, tetapi juga jalan menuju ketenangan hati dan kebahagiaan sejati. Namun, menjadi orang yang sabar dan ikhlas bukan hal yang mudah. Diperlukan latihan, pemahaman, dan keimanan yang kuat agar seseorang bisa mencapai tingkat sabar dan ikhlas yang sejati.

 


1. Memahami Makna Sabar dan Ikhlas dalam Islam

Langkah pertama untuk menjadi orang yang sabar dan ikhlas adalah memahami makna keduanya secara mendalam. Sabar berarti menahan diri dari rasa marah, kecewa, dan keputusasaan saat menghadapi cobaan. Sedangkan ikhlas adalah melakukan segala sesuatu semata-mata karena Allah, tanpa mengharapkan pujian atau imbalan dari manusia. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153)

Ayat ini menegaskan bahwa menjadi orang yang sabar dan ikhlas adalah tanda kedekatan dengan Allah. Orang yang sabar tidak mudah mengeluh atau menyalahkan keadaan. Ia memahami bahwa setiap ujian memiliki hikmah yang mungkin belum bisa dilihat saat ini.

Selain itu, menjadi orang yang sabar dan ikhlas juga berarti menyadari bahwa hidup di dunia hanyalah sementara. Semua yang kita miliki hanyalah titipan. Ketika seseorang memahami hakikat dunia ini, maka hatinya menjadi tenang dalam menghadapi kehilangan atau penderitaan. Ia akan menerima takdir Allah dengan lapang dada.

Dalam hadis Rasulullah SAW juga disebutkan, “Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, karena seluruh urusannya adalah baik. Jika mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika mendapat kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR. Muslim). Hadis ini mengajarkan bahwa menjadi orang yang sabar dan ikhlas membuat hidup lebih bermakna, karena setiap keadaan menjadi peluang untuk berbuat baik.

Dengan memahami konsep sabar dan ikhlas, seseorang akan mampu melihat ujian sebagai bentuk kasih sayang Allah. Cobaan bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk memperkuat keimanan. Maka, menjadi orang yang sabar dan ikhlas berarti memiliki pandangan hidup yang positif terhadap segala ketentuan Allah SWT.


2. Menguatkan Iman dan Tawakal kepada Allah

Untuk menjadi orang yang sabar dan ikhlas, seseorang harus memiliki iman yang kuat dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah. Tanpa keimanan yang kokoh, hati akan mudah terguncang oleh setiap kesulitan. Iman yang kuat menuntun seseorang untuk percaya bahwa tidak ada kejadian yang terjadi tanpa izin Allah, dan semua memiliki tujuan yang baik bagi hamba-Nya.

Ketika seseorang bertawakal, ia menyerahkan hasil usahanya sepenuhnya kepada Allah setelah berikhtiar. Inilah bentuk nyata dari menjadi orang yang sabar dan ikhlas. Ia tidak kecewa ketika hasilnya tidak sesuai harapan, karena ia yakin Allah lebih tahu apa yang terbaik.

Menjadi orang yang sabar dan ikhlas juga menuntut kita untuk tidak bergantung kepada makhluk. Rasa kecewa sering muncul karena berharap pada manusia. Namun, jika hati hanya berharap kepada Allah, maka kekecewaan itu akan sirna. Orang yang bertawakal akan tenang dalam setiap keadaan karena ia yakin Allah tidak akan menelantarkan hamba-Nya.

Rasulullah SAW bersabda: “Andaikan kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki; ia pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi). Hadis ini mengajarkan bahwa menjadi orang yang sabar dan ikhlas berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah, sambil terus berusaha dengan sungguh-sungguh.

Dengan memperkuat iman dan tawakal, hati akan lebih mudah menerima setiap ujian dengan tenang. Tidak ada yang sia-sia di dunia ini, karena setiap kejadian pasti mengandung hikmah. Itulah kunci utama untuk menjadi orang yang sabar dan ikhlas dalam kondisi sulit.


3. Melatih Hati untuk Tidak Mengeluh dan Bersyukur

Salah satu langkah penting dalam menjadi orang yang sabar dan ikhlas adalah melatih hati agar tidak mudah mengeluh. Mengeluh hanya akan membuat beban terasa lebih berat, sedangkan bersyukur dapat menenangkan hati. Allah berfirman:

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim: 7)

Ayat ini menunjukkan bahwa menjadi orang yang sabar dan ikhlas harus dimulai dengan rasa syukur, meskipun dalam keadaan sulit. Orang yang sabar tidak hanya menahan diri, tetapi juga mampu melihat kebaikan di tengah kesulitan. Misalnya, ketika sakit, ia bersyukur masih diberi kesempatan untuk beristirahat dan menghapus dosa.

Melatih hati agar tidak mengeluh juga berarti menahan lidah dari kata-kata negatif. Ucapan yang baik akan menenangkan diri sendiri dan orang lain. Dengan membiasakan diri mengucap Alhamdulillah dalam segala keadaan, kita akan terbiasa melihat hidup dari sisi yang positif.

Menjadi orang yang sabar dan ikhlas tidak berarti pasrah tanpa usaha. Justru, orang yang sabar adalah mereka yang tetap berjuang tanpa menyerah, meskipun hasilnya belum terlihat. Ia yakin bahwa Allah akan memberikan waktu terbaik untuk setiap doa yang dipanjatkan.

Dengan membiasakan diri bersyukur setiap hari, seseorang akan memiliki kekuatan batin yang luar biasa. Ia akan lebih tabah dalam menghadapi cobaan, dan hatinya tidak mudah goyah oleh perubahan keadaan. Inilah salah satu rahasia menjadi orang yang sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup.

 


4. Menjadikan Ujian Sebagai Ladang Pahala

Dalam pandangan Islam, ujian bukanlah tanda bahwa Allah murka, melainkan bukti bahwa Allah masih memperhatikan hamba-Nya. Maka, menjadi orang yang sabar dan ikhlas berarti melihat setiap cobaan sebagai ladang pahala. Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu kesulitan, kelelahan, sakit, kesedihan, gangguan, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapus sebagian dosanya karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menjelaskan bahwa setiap ujian yang dihadapi dengan kesabaran akan menjadi penghapus dosa. Orang yang sabar dan ikhlas tidak membiarkan penderitaan berlalu begitu saja, melainkan menjadikannya sebagai sarana untuk mendekat kepada Allah.

Menjadi orang yang sabar dan ikhlas juga berarti menyadari bahwa ujian dapat meningkatkan derajat seseorang di sisi Allah. Semakin besar ujian, semakin besar pula peluang mendapatkan pahala. Karena itu, setiap kesulitan harus dipandang dengan kacamata keimanan, bukan dengan keputusasaan.

Selain itu, ujian mengajarkan kita untuk lebih empati terhadap penderitaan orang lain. Ketika seseorang pernah merasakan kesulitan, ia akan lebih mudah membantu dan memahami orang lain. Dengan begitu, menjadi orang yang sabar dan ikhlas tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga membawa kebaikan bagi sesama.

Dengan menjadikan ujian sebagai ladang pahala, hidup akan terasa lebih ringan. Tidak ada penderitaan yang sia-sia, selama dijalani dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.


5. Mengingat Balasan Bagi Orang yang Sabar dan Ikhlas

Menjadi orang yang sabar dan ikhlas bukanlah tanpa ganjaran. Allah menjanjikan balasan besar bagi hamba-Nya yang mampu bersabar dan menerima takdir dengan ikhlas. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10)

Ayat ini menegaskan bahwa pahala bagi orang yang sabar dan ikhlas tidak terukur oleh manusia. Allah memberikan ganjaran tanpa batas karena kesabaran adalah amalan hati yang paling berat.

Menjadi orang yang sabar dan ikhlas berarti menanam benih ketenangan yang kelak berbuah kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Hati yang ikhlas akan selalu tenang, karena ia yakin setiap takdir Allah adalah yang terbaik. Bahkan ketika dunia menolak, ia tetap bersyukur karena tahu Allah sedang mengatur sesuatu yang lebih indah.

Orang yang sabar dan ikhlas juga akan lebih mudah mendapat rahmat Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka tampak lebih damai, tidak mudah marah, dan selalu bersyukur atas nikmat sekecil apa pun. Inilah ciri-ciri hati yang sudah dipenuhi oleh iman dan ketulusan.

Dengan mengingat balasan dari Allah, seseorang akan termotivasi untuk terus berusaha menjadi orang yang sabar dan ikhlas dalam kondisi apa pun. Ujian dunia hanyalah sementara, tetapi pahala bagi yang bersabar dan ikhlas akan kekal selamanya.


Menjadi orang yang sabar dan ikhlas memang tidak mudah, terutama di tengah ujian hidup yang berat. Namun, dengan pemahaman yang benar, iman yang kuat, dan latihan yang konsisten, setiap muslim bisa menumbuhkan kesabaran dan keikhlasan dalam dirinya. Allah tidak pernah memberi cobaan di luar kemampuan hamba-Nya.

Dalam setiap kesulitan, ada hikmah yang bisa dipetik. Dalam setiap air mata, ada pahala yang menanti. Maka, teruslah berusaha menjadi orang yang sabar dan ikhlas, karena itulah jalan menuju kedamaian hati dan ridha Allah SWT.

 

 

Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:

https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat 

#MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan

 

 

 

 

05/11/2025 | Kontributor: Admin bidang 1
Sabar dan Ikhlas Menghadapi Ujian Hidup: Kapan Boleh Menangis

bukanlah tanda kebencian Allah, melainkan cara-Nya menguji kadar keimanan dan keikhlasan hamba. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk selalu sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup agar bisa menemukan makna di balik setiap kesedihan dan kesulitan.

 

Sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup adalah dua nilai utama yang harus berjalan beriringan. Sabar menjaga hati agar tidak tergesa-gesa, tidak berkeluh kesah, dan tidak berputus asa. Sedangkan ikhlas menjadikan setiap langkah dan penderitaan bernilai ibadah karena dilakukan semata-mata mengharap ridha Allah. Namun, di tengah upaya untuk bersabar, sering muncul pertanyaan: apakah seorang muslim boleh menangis ketika diuji? Apakah air mata menandakan lemahnya iman?

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang bagaimana sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup bisa berjalan seiring dengan ekspresi manusiawi berupa tangisan. Sebab, menangis tidak selalu berarti menyerah, melainkan bisa menjadi bentuk ketulusan dalam menerima takdir Allah.


1. Makna Sabar dan Ikhlas dalam Islam

Sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup bukan hanya sekadar sikap pasif menunggu keadaan membaik. Sabar berarti menahan diri dari keluh kesah, menjaga lisan dari kata-kata buruk, serta tetap teguh dalam ketaatan meskipun kondisi terasa berat. Ikhlas, di sisi lain, adalah keikhlasan hati dalam menerima bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah yang sempurna.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(QS. Hud: 115)

Ayat ini menunjukkan bahwa sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup adalah bentuk kebaikan yang akan mendapat balasan besar di sisi Allah. Dalam sabar, terkandung kekuatan jiwa; dalam ikhlas, tersimpan ketenangan batin.

Ketika seseorang sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup, hatinya akan lebih mudah menerima setiap kejadian sebagai bagian dari kasih sayang Allah. Ia tidak lagi mempertanyakan “mengapa aku?” melainkan berusaha mencari hikmah di baliknya. Inilah yang membuat sabar dan ikhlas menjadi kunci utama kebahagiaan sejati.

Namun, bukan berarti orang yang sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup tidak boleh merasa sedih. Rasulullah sendiri pernah menangis ketika kehilangan orang yang beliau cintai. Maka, menangis tidak menafikan kesabaran, selama hati tetap ridha kepada ketetapan Allah.


2. Keteladanan Rasulullah: Menangis Tanpa Kehilangan Kesabaran

Rasulullah adalah teladan terbaik dalam sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup. Beliau mengalami banyak ujian: kehilangan orang tua sejak kecil, ditinggal wafat oleh istrinya Khadijah, anak-anaknya meninggal dunia, hingga menerima cacian dari kaum yang menentangnya. Namun dalam setiap peristiwa itu, beliau tetap sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup, tanpa pernah berpaling dari ketaatan kepada Allah.

Ketika anaknya, Ibrahim, meninggal dunia, Rasulullah menangis. Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, engkau juga menangis?” Beliau menjawab,

“Sesungguhnya ini adalah rahmat. Mata boleh berlinang, hati boleh bersedih, tetapi kami tidak mengatakan kecuali yang diridhai oleh Allah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup tidak menuntut seseorang untuk menekan emosinya secara total. Menangis adalah fitrah manusia, dan selama tangisan itu tidak disertai keluh kesah atau penyesalan terhadap takdir, maka ia justru menjadi tanda kelembutan hati.

Ketika seorang muslim sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup, air mata yang jatuh bukanlah tanda kelemahan, melainkan cermin kasih sayang dan ketundukan kepada Allah. Dalam setiap tetesnya, terkandung doa, keikhlasan, dan permohonan agar Allah memberikan kekuatan.


3. Menangis Sebagai Bentuk Ibadah dan Keikhlasan

Menangis karena Allah, karena dosa, atau karena kesedihan yang dihadapi dengan kesabaran adalah bagian dari ibadah. Bahkan Rasulullah bersabda,

“Dua mata yang tidak akan disentuh api neraka: mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang berjaga di jalan Allah.”
(HR. Tirmidzi)

Artinya, menangis tidak selalu bertentangan dengan sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup. Justru dalam banyak keadaan, tangisan yang tulus memperkuat keikhlasan seseorang. Hati yang lembut mudah menerima takdir, sementara hati yang keras sering menolak dan berburuk sangka.

 

Sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup berarti menyerahkan seluruh urusan kepada Allah, sambil tetap berusaha mencari jalan keluar yang baik. Tangisan dalam konteks ini menjadi media spiritual: cara manusia menumpahkan beban tanpa mengeluh kepada manusia, melainkan kepada Tuhannya.

Ketika seseorang menangis di hadapan Allah, itu tanda bahwa hatinya masih hidup. Ia tidak menolak ketetapan, tetapi memohon kekuatan untuk tetap sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup.


4. Cara Menumbuhkan Sabar dan Ikhlas di Tengah Ujian

Sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja. Ia perlu dilatih dengan keteguhan iman dan pemahaman bahwa dunia hanyalah tempat ujian. Berikut beberapa cara menumbuhkan sikap tersebut:

  1. Meyakini bahwa ujian adalah tanda cinta Allah.
    Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan untuknya, maka Dia akan memberinya cobaan.” (HR. Bukhari). Ujian adalah tanda perhatian Allah agar kita semakin dekat kepada-Nya.

  2. Meningkatkan ibadah dan doa.
    Dalam setiap kesulitan, perbanyaklah istighfar, shalat malam, dan membaca Al-Qur’an. Ibadah akan menenangkan hati dan menumbuhkan kekuatan untuk sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup.

  3. Bersyukur atas hal-hal kecil.
    Meskipun sedang diuji, selalu ada nikmat yang patut disyukuri. Dengan bersyukur, hati menjadi lapang dan mampu melihat kebaikan di balik kesulitan.

  4. Menjauh dari keluh kesah.
    Mengeluh hanya membuat hati gelisah. Islam mengajarkan agar setiap keluhan disampaikan kepada Allah, bukan kepada manusia. Ini bentuk keikhlasan dalam menerima takdir.

  5. Mengingat balasan bagi orang sabar.
    Allah berjanji dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153). Ini menjadi motivasi agar kita terus sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup dengan penuh keyakinan akan pahala yang besar.

Dengan cara-cara ini, seorang muslim dapat menumbuhkan kesabaran dan keikhlasan yang tulus, bahkan ketika air mata mengalir di pipi.


5. Kapan Boleh Menangis Saat Diuji

Islam tidak melarang tangisan selama tetap menjaga adab dan keikhlasan hati. Menangis boleh dilakukan ketika seseorang merasa sedih, kehilangan, atau merasa berat menjalani takdir, selama hatinya tidak memprotes Allah.

Menangis dalam doa adalah salah satu bentuk kekhusyukan. Dalam suasana itu, seseorang sedang jujur kepada Allah, mencurahkan isi hatinya tanpa berpura-pura kuat. Maka, sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup bukan berarti menahan air mata, melainkan menjaga agar air mata itu tidak berisi keluhan kepada takdir.

Boleh menangis, tetapi jangan berputus asa. Boleh bersedih, tetapi jangan berhenti berharap. Karena sesungguhnya setiap ujian hidup adalah jembatan menuju kedewasaan iman. Orang yang sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup akan mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat.


Sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup adalah dua kunci utama dalam perjalanan seorang muslim. Dalam setiap cobaan, Allah mengajarkan agar kita tetap tegar tanpa kehilangan kelembutan hati. Menangis bukanlah tanda lemahnya iman, tetapi bisa menjadi bentuk doa yang paling tulus.

Rasulullah telah mencontohkan bahwa menangis dengan penuh keikhlasan adalah tanda kasih sayang dan kerendahan hati di hadapan Allah. Selama hati tetap ridha dan tidak berkeluh kesah, maka air mata justru menjadi saksi cinta dan ketulusan iman.

Maka, ketika ujian datang, jangan takut untuk menangis. Tangisilah di hadapan Allah, bukan di depan manusia. Karena dalam setiap tetes air mata yang disertai sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup, tersimpan doa yang mungkin menjadi jalan datangnya pertolongan-Nya.

 

 

Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:

https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat 

#MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan

 

 

 

 

05/11/2025 | Kontributor: Admin bidang 1
Cara Sabar dan Ikhlas Menghadapi Masalah Berat Menurut Islam

alam perjalanan hidup, setiap manusia pasti menghadapi ujian dan cobaan. Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang terbebas dari masalah, baik kecil maupun besar. Dalam Islam, setiap ujian yang datang bukanlah tanda kebencian Allah, melainkan bentuk kasih sayang dan cara Allah mengangkat derajat hamba-Nya. Karena itu, penting bagi kita untuk memahami cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah agar hati tetap tenang dan iman tetap terjaga.

 

Rasa sabar dan ikhlas bukanlah sesuatu yang mudah dimiliki, terutama ketika masalah datang bertubi-tubi. Namun, Islam memberikan panduan yang indah dan penuh hikmah agar umatnya mampu menghadapinya dengan hati yang kuat. Dengan memahami dan menerapkan cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah, seorang muslim akan mampu melihat setiap kesulitan sebagai pintu menuju kemudahan yang dijanjikan Allah.


1. Menyadari Bahwa Masalah Adalah Ujian dari Allah

Langkah pertama dalam cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah adalah menyadari bahwa setiap ujian datang dari Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155).

Ayat ini menegaskan bahwa ujian hidup adalah bagian dari ketetapan Allah. Dengan memahami hal ini, seorang muslim akan lebih mudah menata hatinya. Ia tidak akan mudah berputus asa atau menyalahkan keadaan, karena ia tahu bahwa di balik setiap ujian pasti ada hikmah yang besar.

Dalam menerapkan cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah, kita perlu mengubah pola pikir. Masalah bukan hukuman, tetapi bentuk pendidikan dari Allah agar kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan beriman. Ketika seseorang menyadari hal ini, hatinya menjadi lebih lapang untuk menerima takdir dengan keikhlasan.

Sikap pasrah kepada ketentuan Allah bukan berarti menyerah tanpa usaha, melainkan bentuk keyakinan bahwa semua yang terjadi sudah diatur dengan penuh kebijaksanaan. Inilah salah satu makna terdalam dari cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah, yaitu berserah diri tanpa kehilangan semangat untuk berjuang.

Kesadaran bahwa hidup tidak selalu mulus membuat seseorang lebih siap menghadapi badai kehidupan. Dengan cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah, seorang muslim dapat menemukan ketenangan di tengah kesulitan dan keyakinan bahwa Allah tidak pernah meninggalkannya.


2. Memperkuat Iman dan Tawakal

Cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah tidak akan berhasil tanpa dasar iman yang kuat. Iman adalah pondasi yang membuat hati tetap teguh, meski segala hal di dunia tampak tidak berjalan sesuai harapan. Orang yang beriman memahami bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa izin Allah.

Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan orang beriman, karena semua urusannya adalah baik. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur dan itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar dan itu baik baginya.” (HR. Muslim).

Hadis ini menunjukkan bahwa seorang mukmin selalu berada dalam kebaikan, baik ketika diuji maupun ketika diberi nikmat. Maka, cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah adalah dengan terus memperkuat keimanan dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah.

Dalam praktiknya, tawakal berarti berusaha sebaik mungkin lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah. Banyak orang salah paham bahwa tawakal sama dengan pasrah, padahal tawakal adalah usaha yang disertai doa dan keyakinan bahwa hasil terbaik pasti datang dari Allah.

Dengan menumbuhkan iman yang kokoh dan tawakal yang benar, seseorang akan lebih mudah menerapkan cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah. Ia tidak lagi gelisah terhadap hal-hal yang berada di luar kendalinya, karena ia yakin bahwa segala sesuatu sudah ditulis dalam takdir Allah yang Maha Adil.


3. Menjaga Hati dari Keluh Kesah dan Putus Asa

Salah satu tantangan terbesar dalam cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah adalah mengendalikan keluh kesah. Manusia secara fitrah mudah mengeluh saat ditimpa kesulitan. Namun, Islam mengajarkan agar keluhan tidak diarahkan kepada manusia, melainkan kepada Allah semata.

Nabi Ya’qub AS berkata, “Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (QS. Yusuf: 86). Dari kisah ini, kita belajar bahwa cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah adalah dengan menyalurkan perasaan kepada Allah, bukan kepada makhluk.

 

Keluh kesah yang berlebihan hanya akan membuat hati semakin lemah. Sebaliknya, mengadu kepada Allah melalui doa dan munajat justru menguatkan iman dan menumbuhkan ketenangan batin. Dengan demikian, seseorang dapat lebih mudah menjalani ujian dengan lapang dada.

Putus asa juga merupakan hal yang harus dihindari. Allah melarang hamba-Nya berputus asa dari rahmat-Nya, sebagaimana firman-Nya: “Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah kecuali kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87).

Menjaga hati agar tidak terjebak dalam keputusasaan adalah bagian penting dari cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah. Karena selama kita masih beriman, selalu ada jalan keluar yang Allah siapkan, meski kadang belum terlihat oleh mata.


4. Mengingat Balasan Besar bagi Orang yang Sabar dan Ikhlas

Islam menjanjikan pahala yang sangat besar bagi mereka yang mampu bersabar dan ikhlas dalam menghadapi ujian. Allah berfirman: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10).

Ayat ini menjadi motivasi bagi siapa pun yang sedang berjuang menerapkan cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah. Setiap tetes air mata, setiap kesedihan, dan setiap perjuangan tidak akan pernah sia-sia di sisi Allah.

Bahkan Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah, lalu ia berkata sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah: ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, Allahumma ajirni fi mushibati wa akhlif li khairan minha,’ melainkan Allah akan memberikan pahala dan menggantinya dengan yang lebih baik.” (HR. Muslim).

Balasan dari kesabaran dan keikhlasan bukan hanya di akhirat, tetapi juga di dunia. Hati yang sabar akan merasakan ketenangan, dan jiwa yang ikhlas akan merasakan kelegaan. Inilah hikmah besar dari cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah, yaitu mendapatkan ketenangan meski dalam penderitaan.

Mengingat balasan besar dari Allah akan membuat seseorang lebih ringan menanggung ujian. Ia tidak lagi melihat masalah sebagai beban, tetapi sebagai kesempatan untuk mendapatkan pahala yang tidak terbatas.


5. Menjadikan Masalah Sebagai Jalan Mendekatkan Diri kepada Allah

Cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah juga dapat diwujudkan dengan menjadikan setiap ujian sebagai sarana untuk mendekat kepada Allah. Ketika seseorang sedang dalam kesulitan, hatinya biasanya lebih lembut dan mudah tersentuh. Inilah saat terbaik untuk memperbanyak doa, istighfar, dan ibadah.

Masalah sering kali menjadi cara Allah memanggil hamba-Nya yang mulai jauh dari-Nya. Dengan menghadapi ujian, seseorang akan kembali introspeksi dan memperbaiki hubungannya dengan Sang Pencipta. Itulah mengapa, cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah tidak hanya soal bertahan, tetapi juga tentang bertumbuh secara spiritual.

Dalam setiap kesulitan, seorang muslim diajak untuk memperkuat shalat, membaca Al-Qur’an, dan memperbanyak dzikir. Semua itu membantu menenangkan jiwa dan menumbuhkan rasa ikhlas menerima takdir.

Ketika hati sudah dekat dengan Allah, maka beratnya masalah akan terasa lebih ringan. Sebab, ia tahu bahwa ia tidak sendiri — ada Allah yang Maha Penolong dan Maha Mendengar setiap doa. Inilah puncak dari cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah: kedekatan dengan Allah yang melahirkan ketenangan sejati.

Dengan demikian, setiap ujian hidup bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjalanan menuju kedewasaan iman. Semakin besar masalah yang kita hadapi, semakin besar pula kesempatan kita untuk mendapatkan pahala dan kasih sayang Allah.


Dalam Islam, cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah bukan sekadar bertahan dalam penderitaan, melainkan proses membangun kekuatan iman dan kedekatan dengan Allah. Setiap ujian yang datang membawa hikmah, meski terkadang tersembunyi di balik rasa sakit.

Seorang muslim yang mampu menerapkan cara sabar dan ikhlas menghadapi masalah akan menemukan bahwa ketenangan sejati bukan berasal dari bebasnya hidup dari ujian, melainkan dari kemampuan hati menerima setiap takdir dengan lapang.

Allah berjanji dalam Al-Qur’an: “Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6). Maka, selama kita terus berpegang pada sabar dan ikhlas, pasti akan datang jalan keluar yang penuh berkah.

 

 

Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:

https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat 

#MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan

 

 

 

 

05/11/2025 | Kontributor: Admin bidang 1
6 Manfaat Sabar dan Ikhlas dalam Kehidupan Menurut Islam

Dalam kehidupan seorang muslim, sabar dan ikhlas adalah dua sifat utama yang menjadi kunci ketenangan hati dan kesuksesan hidup di dunia maupun akhirat. Islam mengajarkan bahwa segala ujian, kesulitan, bahkan kebahagiaan yang datang adalah bagian dari takdir Allah yang harus diterima dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Oleh karena itu, memahami manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan menjadi penting agar seorang muslim mampu menjalani setiap episode hidupnya dengan hati yang lapang dan pikiran yang jernih.

 

Sabar dan ikhlas bukanlah sifat yang muncul begitu saja. Keduanya harus dilatih, dipupuk, dan dipraktikkan dalam berbagai situasi. Ketika seseorang mampu mengamalkan keduanya, maka hidupnya akan terasa lebih ringan, hatinya lebih damai, dan keberkahan akan mengiringi setiap langkahnya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153).
Ayat ini menegaskan betapa besar kedudukan sabar dalam Islam, begitu pula dengan keikhlasan yang menjadi dasar diterimanya setiap amal perbuatan.

Berikut enam manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan menurut Islam yang patut kita renungkan dan amalkan.


1. Menumbuhkan Ketenangan Hati

Salah satu manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan adalah tercapainya ketenangan hati. Orang yang sabar tidak mudah terpancing oleh emosi, sedangkan orang yang ikhlas tidak terbebani oleh ekspektasi duniawi. Ketika keduanya menyatu dalam diri, hati menjadi damai karena tidak ada lagi rasa penyesalan atau kekhawatiran berlebihan terhadap hasil dari setiap usaha.

Ketenangan hati ini juga menjadi bentuk karunia dari Allah kepada hamba-Nya yang mampu menahan diri dan menerima takdir dengan lapang dada. Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, karena segala urusannya adalah baik. Jika dia mendapatkan kesenangan, dia bersyukur dan itu baik baginya; dan jika dia mendapatkan kesusahan, dia bersabar dan itu juga baik baginya.” (HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan membuat seseorang selalu berada dalam kondisi hati yang positif, baik dalam suka maupun duka.

Selain itu, sabar dan ikhlas membantu seseorang menahan hawa nafsu yang sering kali menjadi penyebab kegelisahan. Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan, manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan sangat terasa karena mampu meredam stres dan menciptakan rasa syukur atas setiap keadaan. Orang yang sabar akan lebih fokus pada solusi, bukan pada masalah. Sedangkan orang yang ikhlas tidak lagi terbelenggu oleh rasa kecewa terhadap hasil.

Ketika seseorang telah memahami manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan, ia akan lebih siap menghadapi segala perubahan tanpa kehilangan arah. Hatinya tenang karena tahu bahwa segala sesuatu sudah diatur dengan sebaik-baiknya oleh Allah SWT. Dengan demikian, sabar dan ikhlas menjadi sumber kedamaian sejati bagi jiwa yang beriman.


2. Mendekatkan Diri kepada Allah SWT

Manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan berikutnya adalah semakin dekatnya seseorang kepada Allah SWT. Orang yang sabar akan senantiasa berdoa dan memohon pertolongan hanya kepada Allah ketika diuji. Sedangkan keikhlasan menjadikannya tidak mengharap balasan selain ridha Allah. Kedua sifat ini menjadi jembatan spiritual yang memperkuat hubungan antara hamba dan Sang Pencipta.

Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
"Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Hud: 115).
Ayat ini menunjukkan bahwa manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan tidak hanya dirasakan secara batin, tetapi juga mendapatkan ganjaran pahala besar dari Allah SWT.

Seseorang yang ikhlas dalam beramal akan lebih ringan menjalankan ibadah. Ia tidak melakukannya demi pujian atau pengakuan, melainkan semata-mata karena cintanya kepada Allah. Ketika sabar dan ikhlas menjadi landasan hidup, maka setiap kesulitan justru terasa sebagai bentuk kasih sayang Allah untuk mendekatkan hamba kepada-Nya. Itulah manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan yang sangat berharga bagi seorang muslim.

Dalam perjalanan hidup, tak jarang seseorang diuji dengan kehilangan, kegagalan, atau kekecewaan. Namun, dengan memahami manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan, seorang mukmin tidak akan mudah berputus asa. Ia percaya bahwa setiap ujian adalah cara Allah memanggilnya agar lebih banyak berdoa dan introspeksi diri.


3. Membentuk Kepribadian yang Tangguh

Manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan juga tampak dalam pembentukan karakter yang kuat dan tangguh. Orang yang sabar tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan, sedangkan orang yang ikhlas tidak mudah goyah oleh godaan dunia. Keduanya menciptakan pribadi yang tahan banting dan tidak mudah putus asa dalam mengejar kebaikan.

 

Dalam dunia kerja, bisnis, maupun hubungan sosial, manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan dapat terlihat dari cara seseorang menghadapi tantangan. Ia mampu berpikir jernih, tidak emosional, dan tetap berusaha dengan penuh kesungguhan. Sifat ini menjadi fondasi moral yang kokoh dalam membangun kesuksesan duniawi tanpa melupakan akhirat.

Selain itu, manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan membentuk seseorang agar tidak mudah iri atau dengki terhadap keberhasilan orang lain. Ia yakin bahwa setiap orang memiliki jalan rezekinya masing-masing yang sudah ditentukan oleh Allah. Dengan begitu, hatinya tetap tenang dan pikirannya fokus untuk terus memperbaiki diri.

Orang yang memiliki ketangguhan spiritual melalui sabar dan ikhlas akan menjadi inspirasi bagi sekitarnya. Ia menjadi contoh bagaimana iman dan keteguhan hati bisa mengatasi rintangan apa pun. Inilah manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan yang tidak hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi juga memberi dampak positif bagi lingkungan.


4. Menghapus Dosa dan Meningkatkan Derajat

Dalam ajaran Islam, setiap kesulitan yang dihadapi dengan sabar dan ikhlas akan menjadi penghapus dosa dan peninggi derajat. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah, kelelahan, kesedihan, kesakitan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapus sebagian dosanya dengan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menjelaskan manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan sebagai jalan menuju ampunan Allah.

Ketika seorang muslim menerima cobaan dengan sabar, tanpa keluh kesah, dan tetap ikhlas menjalani ketentuan Allah, maka setiap rasa sakit yang ia alami menjadi ladang pahala. Manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan ini menjadikan ujian bukan lagi beban, melainkan kesempatan untuk lebih dekat dengan rahmat Allah.

Selain itu, manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan juga membuat seseorang lebih rendah hati. Ia tidak sombong saat diberi nikmat, dan tidak berputus asa saat diuji. Keadaan ini menunjukkan keseimbangan spiritual yang menjadi ciri seorang mukmin sejati. Semakin besar ujian yang dihadapi dengan sabar dan ikhlas, semakin tinggi pula derajatnya di sisi Allah SWT.

Bagi orang beriman, setiap cobaan adalah bentuk cinta Allah untuk membersihkan diri dari dosa. Oleh karena itu, memahami manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan membuat seseorang lebih bersyukur karena tahu bahwa semua ujian mengandung hikmah besar.


5. Meningkatkan Kualitas Hubungan Sosial

Manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan tidak hanya dirasakan secara pribadi, tetapi juga dalam hubungan sosial. Orang yang sabar lebih mampu mengendalikan emosi dalam berinteraksi, sementara orang yang ikhlas lebih tulus dalam memberi dan membantu sesama. Kombinasi keduanya menciptakan lingkungan yang harmonis dan penuh kasih sayang.

Dalam keluarga, manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan tampak dari bagaimana anggota keluarga saling memahami dan menahan diri dari pertengkaran. Dalam pekerjaan, manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan tercermin dari sikap profesional, tidak mudah tersinggung, dan tidak iri terhadap rekan kerja. Semua itu membuat hubungan sosial menjadi lebih sehat dan produktif.

Orang yang sabar dan ikhlas juga lebih mudah memaafkan kesalahan orang lain. Ia memahami bahwa setiap manusia tidak luput dari kekeliruan. Dengan mengamalkan manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan, hubungan antar manusia akan lebih damai dan penuh keberkahan.


6. Membuka Pintu Rezeki dan Keberkahan

Manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan yang terakhir adalah terbukanya pintu rezeki dan keberkahan dari Allah SWT. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang sabar, dan Dia akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka kepada mereka yang bertawakal. Sabar dan ikhlas adalah bentuk nyata dari tawakal yang sejati.

Orang yang sabar tidak mudah berhenti berusaha meski hasilnya belum terlihat. Ia percaya bahwa setiap kerja keras yang disertai keikhlasan pasti akan membuahkan hasil. Inilah manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan yang sering dialami oleh banyak orang  ketika mereka tetap berjuang dengan hati yang lapang, rezeki datang dalam bentuk yang tidak terduga.

Selain rezeki materi, manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan juga membawa keberkahan spiritual dan emosional. Hidup terasa lebih ringan, hati bahagia, dan setiap langkah terasa lebih bermakna. Keberkahan inilah yang menjadi tujuan sejati setiap muslim dalam mencari ridha Allah SWT.


Dari enam manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan di atas, kita belajar bahwa dua sifat ini adalah fondasi utama dalam membentuk pribadi muslim yang kuat, tenang, dan berjiwa besar. Dengan sabar, kita belajar menahan diri dalam menghadapi ujian. Dengan ikhlas, kita belajar menyerahkan segalanya kepada Allah tanpa pamrih. Jika kedua sifat ini melekat dalam diri, maka hidup akan dipenuhi kedamaian dan keberkahan.

Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang mampu merasakan manfaat sabar dan ikhlas dalam kehidupan, sehingga setiap langkah kita selalu berada dalam ridha Allah SWT. Aamiin.

 

 

Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:

https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat 

#MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan

 

 

 

 

05/11/2025 | Kontributor: Admin bidang 1
Belajar Ikhlas Menerima Kenyataan Hidup: 7 Cara Menerima Tanpa Menyalahkan

Dalam perjalanan hidup, setiap manusia pasti menghadapi hal-hal yang tidak selalu berjalan sesuai harapan. Ada saatnya kita gagal, kehilangan sesuatu yang berharga, atau merasa kecewa atas takdir yang terjadi. Namun, Islam mengajarkan agar setiap hamba mampu belajar ikhlas menerima kenyataan hidup, karena di balik setiap peristiwa, selalu ada hikmah yang tersembunyi. Ikhlas bukan berarti menyerah, melainkan menerima dengan hati yang tenang bahwa semua terjadi atas kehendak Allah SWT, Sang Pengatur segala urusan.

 

 

Sikap ini memang tidak mudah, apalagi ketika hati sedang terluka. Namun, dengan bimbingan iman dan pemahaman yang benar, setiap Muslim dapat belajar ikhlas menerima kenyataan hidup dengan cara yang penuh kesabaran dan tawakal. Artikel ini akan membahas tujuh cara Islami untuk menerima kenyataan tanpa menyalahkan siapa pun, termasuk diri sendiri, serta bagaimana cara menemukan kedamaian dalam setiap ujian hidup.


1. Menyadari Bahwa Semua Sudah Menjadi Takdir Allah

Langkah pertama dalam belajar ikhlas menerima kenyataan hidup adalah menyadari bahwa segala yang terjadi telah ditetapkan oleh Allah SWT. Takdir adalah bagian dari rukun iman, dan meyakininya adalah tanda keteguhan hati seorang Muslim.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya." (QS. Al-Hadid: 22).

Ayat ini mengajarkan bahwa apapun yang terjadi sudah tercatat sejak lama. Maka, belajar ikhlas menerima kenyataan hidup berarti memahami bahwa kesedihan dan kebahagiaan adalah bagian dari rencana Allah yang sempurna.

Ketika seseorang menyadari bahwa hidup ini penuh dengan ketetapan Allah, hatinya akan menjadi lebih tenang. Tidak ada yang perlu disesali berlebihan, karena semua sudah dalam kendali-Nya. Dalam proses belajar ikhlas menerima kenyataan hidup, keyakinan ini menjadi fondasi utama untuk mencapai ketenangan batin.

Seseorang yang beriman akan memandang setiap kejadian sebagai peluang untuk lebih dekat kepada Allah. Rasa kecewa pun bisa berubah menjadi doa dan introspeksi diri. Inilah bentuk tertinggi dari belajar ikhlas menerima kenyataan hidup, yaitu ketika hati menerima takdir dengan lapang dan tetap bersyukur.


2. Mengingat Bahwa Hidup di Dunia Sifatnya Sementara

Salah satu kunci belajar ikhlas menerima kenyataan hidup adalah menyadari bahwa dunia ini bersifat sementara. Semua yang kita miliki harta, jabatan, bahkan orang yang kita cintai hanya titipan dari Allah SWT. Ketika Allah mengambilnya kembali, itu bukan bentuk ketidakadilan, melainkan bagian dari ujian keimanan.

Rasulullah SAW bersabda:
"Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir." (HR. Muslim).

Hadis ini mengingatkan bahwa kenyamanan sejati bukan di dunia, melainkan di akhirat. Dengan memahami hal ini, seseorang yang sedang belajar ikhlas menerima kenyataan hidup akan lebih mudah menerima kehilangan atau kegagalan.

Ketika hati masih terlalu terikat pada dunia, rasa kecewa akan semakin berat. Namun, bila kita sadar bahwa dunia hanyalah tempat persinggahan, setiap ujian akan terasa ringan. Belajar ikhlas menerima kenyataan hidup mengajarkan kita untuk tidak terlalu bergantung pada hal-hal duniawi.

Orang yang mampu menerima kenyataan dengan lapang dada biasanya memiliki pandangan akhirat yang kuat. Ia tahu bahwa di balik kehilangan, ada pahala kesabaran yang besar menantinya. Inilah cara terbaik dalam belajar ikhlas menerima kenyataan hidup, yakni menata niat untuk mencari ridha Allah semata.


3. Menyibukkan Diri dengan Ibadah dan Doa

Cara berikutnya untuk belajar ikhlas menerima kenyataan hidup adalah dengan memperbanyak ibadah dan doa. Ketika hati sedang gelisah, mendekat kepada Allah adalah obat paling mujarab. Shalat malam, membaca Al-Qur’an, atau sekadar berzikir mampu menenangkan jiwa yang sedang terluka.

Dalam Al-Qur’an disebutkan:
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra’d: 28).

Ayat ini menegaskan bahwa kedamaian hati hanya bisa diperoleh melalui kedekatan dengan Allah. Maka, saat menghadapi kenyataan yang pahit, jangan menjauh dari ibadah, justru perkuat hubungan spiritual. Dengan begitu, proses belajar ikhlas menerima kenyataan hidup akan lebih mudah dijalani.

Doa juga menjadi bentuk kepasrahan yang indah. Dengan berdoa, kita mengakui kelemahan diri dan menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah. Orang yang tekun berdoa akan merasakan bahwa setiap ujian membawa keberkahan tersendiri. Inilah makna sejati dari belajar ikhlas menerima kenyataan hidup dalam Islam.

Selain itu, ibadah dapat mengalihkan fokus dari kesedihan menuju harapan. Hati yang tadinya resah perlahan menjadi damai, karena menyadari bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya. Dengan terus beribadah, seseorang akan merasakan kekuatan baru untuk bangkit dan belajar ikhlas menerima kenyataan hidup dengan sepenuh hati.


4. Menghindari Kebiasaan Menyalahkan Diri atau Orang Lain

Salah satu hambatan terbesar dalam belajar ikhlas menerima kenyataan hidup adalah kebiasaan menyalahkan. Baik menyalahkan diri sendiri, orang lain, bahkan keadaan. Padahal, menyalahkan tidak akan mengubah apa pun, justru memperpanjang penderitaan.

Islam mengajarkan untuk fokus pada introspeksi, bukan menyalahkan. Rasulullah SAW bersabda:
"Orang kuat bukanlah yang menang dalam bergulat, melainkan orang yang mampu menahan amarahnya saat marah." (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Dalam konteks belajar ikhlas menerima kenyataan hidup, hadis ini menegaskan pentingnya pengendalian emosi. Menyalahkan hanya menambah beban hati, sementara ikhlas membuka ruang untuk perbaikan.

Ketika seseorang berhenti menyalahkan, ia mulai melihat setiap peristiwa dengan kacamata hikmah. Ia belajar bahwa mungkin ada pelajaran besar yang Allah ingin tunjukkan melalui kejadian itu. Inilah langkah penting dalam belajar ikhlas menerima kenyataan hidup, yaitu mengubah perspektif dari negatif menjadi positif.

Dengan berhenti menyalahkan, seseorang bisa fokus pada solusi dan pertumbuhan diri. Ia tidak lagi terjebak dalam masa lalu, melainkan siap melangkah maju dengan hati yang lebih tenang dan penuh keimanan.


5. Melatih Syukur Sekecil Apa pun Nikmat yang Diterima

Dalam proses belajar ikhlas menerima kenyataan hidup, bersyukur adalah kunci utama. Kadang kita terlalu fokus pada apa yang hilang, hingga lupa bahwa masih banyak nikmat lain yang Allah berikan.

Allah SWT berfirman:
"Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim: 7).

Ayat ini menjadi motivasi agar setiap Muslim terus melatih rasa syukur. Dengan bersyukur, hati menjadi ringan dalam menghadapi cobaan. Orang yang bersyukur lebih mudah belajar ikhlas menerima kenyataan hidup, karena ia melihat hidupnya dari sisi kebaikan, bukan kekurangan.

Syukur juga menjadi bentuk keikhlasan yang mendalam. Ketika seseorang mampu mengucap “Alhamdulillah” di tengah ujian, itu tandanya imannya kuat. Ia sadar bahwa setiap peristiwa pasti membawa hikmah yang baik. Inilah buah dari belajar ikhlas menerima kenyataan hidup secara sungguh-sungguh.

Selain itu, bersyukur membuat hati lebih bahagia. Banyak penelitian modern pun membuktikan bahwa rasa syukur dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis. Maka, dalam Islam, belajar ikhlas menerima kenyataan hidup sejalan dengan upaya menjaga kesehatan hati dan pikiran melalui rasa syukur.


6. Menerima Bahwa Luka Adalah Bagian dari Proses

Tidak ada manusia yang hidup tanpa luka. Namun, orang beriman diajarkan untuk belajar ikhlas menerima kenyataan hidup dengan memahami bahwa luka adalah bagian dari proses menuju kedewasaan spiritual.

Dalam setiap rasa sakit, Allah sedang menghapus dosa dan mengangkat derajat kita. Rasulullah SAW bersabda:
"Tidaklah seorang Muslim ditimpa kelelahan, penyakit, kesedihan, atau bahkan duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapus sebagian dosa-dosanya karena hal itu." (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini memberikan harapan besar bagi siapa pun yang sedang berjuang. Bahwa dalam proses belajar ikhlas menerima kenyataan hidup, setiap air mata dan kesabaran bernilai pahala di sisi Allah.

Menerima luka bukan berarti tidak merasakan sakit, tetapi memilih untuk tidak larut di dalamnya. Orang yang ikhlas tahu bahwa Allah tidak akan memberi ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Kesadaran ini menjadi pondasi penting dalam belajar ikhlas menerima kenyataan hidup dengan penuh keyakinan dan tawakal.

Dengan waktu dan doa, luka akan berubah menjadi pelajaran berharga. Kita akan memahami bahwa Allah menyiapkan sesuatu yang lebih baik di balik setiap kehilangan.


7. Menjadikan Ujian Sebagai Jalan Menuju Kedewasaan Iman

Langkah terakhir dalam belajar ikhlas menerima kenyataan hidup adalah menjadikan ujian sebagai sarana untuk memperkuat iman. Setiap kesulitan membawa peluang untuk lebih mengenal Allah, memperbaiki diri, dan mendekatkan hati pada kebenaran.

Dalam QS. Al-Baqarah ayat 286 disebutkan:
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."

Ayat ini menjadi pengingat bahwa setiap ujian datang dengan ukuran yang pas. Tidak ada yang terlalu berat, jika kita mau belajar ikhlas menerima kenyataan hidup. Dengan sudut pandang ini, setiap masalah menjadi ladang pahala dan kesempatan untuk memperdalam keimanan.

Ketika kita belajar menerima kenyataan hidup tanpa menyalahkan, hati akan terasa ringan. Tak lagi terikat pada masa lalu, tetapi fokus pada masa depan yang Allah siapkan. Dalam proses belajar ikhlas menerima kenyataan hidup, seseorang akan menemukan makna sejati dari sabar dan tawakal.


Belajar ikhlas menerima kenyataan hidup adalah perjalanan panjang yang membutuhkan waktu, kesabaran, dan iman yang kuat. Tidak ada manusia yang langsung bisa ikhlas tanpa melalui proses. Namun, setiap langkah kecil menuju keikhlasan akan membawa ketenangan yang luar biasa.

Hidup akan terasa lebih damai ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu terjadi karena kasih sayang dan kebijaksanaan Allah. Dengan terus belajar ikhlas menerima kenyataan hidup, hati kita akan semakin siap menghadapi apapun yang terjadi, tanpa menyalahkan siapa pun, bahkan diri sendiri.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. At-Taghabun ayat 11:
"Tidak ada musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya."

Ikhlas bukan sekadar menerima, tetapi mempercayai bahwa setiap takdir membawa jalan menuju kebaikan yang lebih besar.

 

 

Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:

https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat 

#MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan

 

 

 

 

05/11/2025 | Kontributor: Admin bidang 1

Artikel Terbaru

Shalat Sunnah Fajar: Memulai Pagi dengan Doa dan Ketentraman
Shalat Sunnah Fajar: Memulai Pagi dengan Doa dan Ketentraman
Di antara berbagai ibadah sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW, Shalat Sunnah Qobliyah Subuh memiliki kedudukan khusus. Dilaksanakan sebelum shalat Subuh wajib, dua rakaat ringan ini membawa kedamaian hati dan keberkahan untuk memulai hari. Semuanya bermula dari satu hal sederhana namun bermakna dalam: niat yang tulus. Mengucapkan niat shalat sunnah sebelum Subuh bukan hanya sebuah rutinitas, melainkan ungkapan hati bahwa ibadah ini dilakukan semata-mata untuk meraih keridhaan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya” (HR. Bukhari dan Muslim), yang menunjukkan bahwa nilai sebuah ibadah sangat bergantung pada ketulusan hati. Makna Niat dalam Shalat Sunnah Qobliyah Subuh Shalat ini dikerjakan di waktu fajar, saat suasana masih hening dan jauh dari keramaian dunia. Saat seperti ini memberi kesempatan untuk introspeksi, merenung, dan memohon petunjuk dari Allah SWT. Dengan niat yang tulus, dua rakaat ini menjadi tempat hati untuk menenangkan diri dan menyambut hari dengan semangat dan ketenangan. Lebih dari itu, niat dalam shalat sunnah sebelum Subuh juga menunjukkan tekad seorang Muslim untuk menjaga konsistensi dalam beribadah. Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan shalat ini, bahkan ketika dalam perjalanan. Beliau bersabda, “Dua rakaat sebelum Subuh lebih utama daripada dunia beserta isinya” (HR. Muslim). Cara Melakukan dan Lafal Niat Shalat Sunnah Sebelum Subuh Niat cukup dilafalkan dalam hati, namun dianjurkan mengetahui lafaz berikut: “Usholli sunnatal fajri rok‘ataini qobliyyatan lillahi ta‘ala.” Artinya: “Saya berniat shalat sunnah sebelum Subuh dua rakaat karena Allah Ta‘ala.” Pelaksanaan shalat ini serupa dengan shalat sunnah lain: Dua rakaat yang ringan Rakaat pertama dianjurkan membaca surah Al-Kafirun Rakaat kedua dianjurkan membaca surah Al-Ikhlas Dilakukan setelah waktu Subuh masuk, namun sebelum shalat wajib Subuh Setelah menunaikan shalat, dianjurkan memperbanyak dzikir dan doa karena waktu fajar adalah saat yang mustajab untuk memohon ampunan, perlindungan, dan petunjuk. Keutamaan dan Manfaat Shalat Sunnah Sebelum Subuh Pahala Besar dan Mendekatkan Diri pada Allah Dua rakaat ini sangat dicintai Allah SWT. Rasulullah menyatakan bahwa shalat ini lebih bernilai daripada seluruh dunia dan isinya. Ibadah ini bukan sekadar tambahan, melainkan sumber pahala besar. Menenangkan Hati dan Pikiran Dalam menghadapi tantangan hidup, shalat sunnah ini menjadi cara terbaik untuk membuka hari dengan ketenangan dan menguatkan hubungan spiritual dengan Allah SWT. Membangun Disiplin dan Konsistensi Bangun pagi demi ibadah ini membantu membentuk karakter disiplin dan komitmen dalam beragama. Kebiasaan ini memberikan pengaruh positif pada berbagai aspek kehidupan, termasuk produktivitas. Menjadi Teladan bagi Keluarga dan Sekitar Orang yang rutin melakukan shalat ini menjadi contoh yang baik, mendorong terbentuknya budaya ibadah di lingkungan sekitarnya. Melindungi dari Bahaya dan Gangguan Shalat sunnah ini berfungsi sebagai pelindung dari bisikan setan dan memberikan perlindungan dari berbagai kesulitan sepanjang hari. Memulai Hari dengan Doa dan Harapan Niat shalat sunnah sebelum Subuh bukan sekadar pembuka ibadah kecil, tapi juga pijakan penting untuk mengisi hari dengan nilai keimanan. Di balik dua rakaat itu terkandung harapan, ketulusan, dan keinginan mendekatkan diri kepada Allah. Mari biasakan memulai pagi dengan sujud dan doa agar setiap langkah kita selalu diberkahi.
ARTIKEL11/08/2025 | Admin bidang 1
Pajak dan Zakat sebagai Penyucian Harta dalam Islam
Pajak dan Zakat sebagai Penyucian Harta dalam Islam
Sebagai seorang Muslim, kita percaya bahwa harta yang kita miliki bukan hanya hasil kerja keras sendiri, melainkan juga titipan dari Allah SWT yang mengandung hak orang lain serta kewajiban kepada negara. Karena itu, memahami dan mengamalkan konsep Pajak dan Zakat sebagai cara menyucikan harta sangat penting agar kekayaan kita tidak hanya bermanfaat secara duniawi, tapi juga mendapat keberkahan. Artikel ini akan menjelaskan secara lengkap tentang makna, hikmah, serta peran Pajak dan Zakat dalam membersihkan harta, baik dari sisi ajaran Islam maupun tanggung jawab sebagai warga negara. Dengan pemahaman ini, diharapkan kita dapat mengelola keuangan dengan cara yang bersih, diberkahi, dan bertanggung jawab kepada Allah serta sesama. Makna Pajak dan Zakat sebagai Penyucian dalam Islam Dalam Islam, semua hal, termasuk harta, memiliki aturan yang harus dipatuhi. Pajak dan Zakat bukan hanya kewajiban administratif, tapi juga ibadah yang memiliki nilai spiritual dan sosial yang tinggi. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib bagi setiap Muslim yang mampu, sebagaimana firman Allah dalam QS. At-Taubah ayat 103, yang menyatakan bahwa zakat membersihkan dan menyucikan harta. Ayat ini mengajarkan bahwa Pajak dan Zakat berfungsi untuk membersihkan harta dari sifat serakah dan cinta berlebihan terhadap dunia. Zakat menyucikan hati sekaligus menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT. Begitu juga pajak, yang merupakan kewajiban kepada negara, turut membersihkan harta dari sikap acuh tak acuh terhadap sesama dan membangun rasa tanggung jawab sosial. Pajak dan Zakat mengingatkan kita bahwa harta bukan hanya milik pribadi, tapi juga milik orang lain — melalui zakat yang diberikan kepada yang membutuhkan, dan pajak yang digunakan untuk kepentingan masyarakat luas. Ini menanamkan kesadaran bahwa harta adalah amanah. Lebih dari itu, Pajak dan Zakat memastikan harta yang kita miliki halal dan diberkahi. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidaklah suatu kaum menahan zakatnya, kecuali akan ditahan hujan dari langit” (HR. Ibnu Majah), yang menunjukkan betapa pentingnya menyucikan harta. Hikmah Menjalankan Pajak dan Zakat sebagai Penyucian Harta Menunaikan Pajak dan Zakat membawa banyak manfaat bagi kehidupan Muslim. Pertama, harta yang disucikan dari zakat dan pajak terhindar dari sifat tamak dan serakah. Zakat mendidik kita agar lebih peduli dan dermawan, sementara pajak membangun rasa tanggung jawab sebagai warga negara. Kedua, Pajak dan Zakat memperkuat ikatan sosial. Zakat membantu mengurangi kesenjangan dengan menyalurkan bantuan, sementara pajak membiayai pembangunan dan layanan yang dinikmati bersama. Ketiga, keduanya menjadi pelindung dari musibah. Zakat dapat menolak bala dan mendatangkan rahmat Allah, dan pajak yang dikelola dengan amanah menciptakan kesejahteraan dan mencegah kerusuhan. Keempat, Pajak dan Zakat membuka pintu keberkahan dalam rezeki dan usaha. Ketika kita ikhlas melaksanakan kewajiban ini, Allah akan melimpahkan rezeki dan memudahkan urusan. Kelima, Pajak dan Zakat menunjukkan ketaatan kita pada Allah dan negara, membuktikan bahwa Muslim bukan hanya hamba Allah yang taat, tapi juga warga negara yang bertanggung jawab dan berakhlak mulia. Pajak dan Zakat: Kewajiban Agama dan Tanggung Jawab Sosial Seringkali zakat dan pajak dianggap berbeda, padahal keduanya saling melengkapi. Keduanya bertujuan menjaga keseimbangan sosial dan memperbaiki perekonomian. Pertama, keduanya mengajarkan tanggung jawab sosial. Zakat memiliki dimensi agama dan sosial, sementara pajak adalah kewajiban negara untuk kemaslahatan umum. Keduanya alat penting untuk mewujudkan keadilan sosial. Kedua, Pajak dan Zakat adalah sarana distribusi kekayaan yang adil. Islam menekankan pemerataan agar tidak ada kesenjangan. Zakat disalurkan kepada yang berhak, pajak untuk pembangunan. Ketiga, keduanya merupakan bentuk ibadah dan kontribusi kepada masyarakat. Dengan zakat kita beribadah, dengan pajak kita berkontribusi membangun bangsa. Keempat, Pajak dan Zakat memperkuat rasa gotong royong. Kesadaran menjalankan kewajiban ini menumbuhkan solidaritas dan kebersamaan. Kelima, keduanya menciptakan keteraturan dalam beragama dan bernegara, menciptakan harmoni yang saling mendukung. Mengamalkan Pajak dan Zakat demi Keberkahan Harta Mengamalkan Pajak dan Zakat dengan ikhlas adalah bukti ketaatan kepada Allah dan kepatuhan pada negara. Zakat bukan sekadar kewajiban formal, melainkan niat tulus karena Allah. Pajak juga dibayar dengan kesadaran sebagai warga negara, bukan sekadar takut hukuman. Kewajiban ini harus dilaksanakan tepat waktu dan rutin. Menundanya hanya membawa beban dunia dan akhirat. Orang yang amanah pasti menjalankannya dengan penuh tanggung jawab. Pajak dan Zakat mendidik kita untuk lebih bersyukur dan menyadari bahwa semua harta adalah titipan Allah. Selain itu, keduanya membantu membersihkan harta dari unsur haram atau keraguan. Pajak dan Zakat juga membuka pintu keberkahan dalam usaha dan rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Hartamu tidak akan berkurang karena sedekah.” Dengan niat yang ikhlas, harta yang disucikan akan membawa keberkahan berlipat. Dengan mengamalkan keduanya, hidup menjadi lebih tenang, hati damai, dan harta penuh berkah dunia-akhirat. Kesimpulan: Jadikan Pajak dan Zakat Sebagai Jalan Keberkahan Mari kita jadikan Pajak dan Zakat sebagai bagian dari keseharian. Jangan abaikan kewajiban ini karena selain perintah agama, ini juga tanggung jawab sosial kita sebagai makhluk Allah dan warga negara. Dengan memahami dan melaksanakan Pajak dan Zakat sebagai penyucian, insyaAllah harta kita akan bersih, halal, dan penuh berkah. Semoga kita termasuk orang yang selalu taat kepada Allah dan bermanfaat bagi sesama.
ARTIKEL11/08/2025 | Admin bidang 1
Dampak Minuman Keras dalam Islam: Menjaga Diri dari Bahaya Dunia dan Akhirat
Dampak Minuman Keras dalam Islam: Menjaga Diri dari Bahaya Dunia dan Akhirat
Dalam Islam, setiap perintah dan larangan punya hikmah besar demi kebaikan umat manusia. Salah satu larangan tegas adalah menjauhi minuman keras. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh pelakunya di dunia, tapi juga bisa membahayakan keselamatan di akhirat. Khamr, atau minuman keras, dikenal sebagai sumber segala kejahatan karena bisa menjerumuskan seseorang ke banyak dosa lainnya. Oleh sebab itu, penting bagi setiap Muslim untuk memahami konsekuensi mengonsumsi minuman keras agar terhindar dari perbuatan yang dilarang Allah SWT. Dengan pemahaman yang baik, kita jadi lebih waspada dan bisa menjaga diri serta keluarga agar masa depan dunia dan akhirat tetap terjaga. Larangan dan Dampak Minuman Keras dalam Al-Qur’an dan Hadis Islam melarang minuman keras secara tegas, namun larangan ini disampaikan secara bertahap dalam Al-Qur’an. Awalnya ada peringatan tentang bahayanya, lalu larangan meminumnya saat salat, hingga akhirnya larangan total. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 219, Allah menjelaskan bahwa meskipun ada sedikit manfaat dalam khamr, kerugiannya jauh lebih banyak. Jadi, jelas minuman keras membawa dampak buruk yang besar. Di QS. Al-Maidah ayat 90-91, Allah memerintahkan orang beriman untuk menjauhi khamr, judi, berhala, dan undi nasib karena semua itu perbuatan setan yang menjijikkan. Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadis riwayat Muslim, “Khamr adalah ibu dari segala kejahatan,” menunjukkan betapa seriusnya pengaruh buruk minuman keras karena membuka jalan dosa lain seperti zina dan kekerasan. Selain itu, minum khamr bisa menghapus amal baik seseorang. Dalam hadis riwayat Ibnu Majah, disebutkan orang yang mengonsumsi khamr shalatnya tidak diterima selama 40 hari. Bahkan, Rasulullah juga memperingatkan bahwa pelaku minum khamr yang meninggal tanpa bertaubat tidak akan masuk surga (HR. Ahmad). Dampak Minuman Keras pada Kehidupan Pribadi Bahaya minuman keras tidak hanya pada sisi spiritual, tapi juga menghancurkan kehidupan pribadi. Minuman keras merusak akal sehat dan membuat seseorang kehilangan kontrol, sehingga sulit membedakan benar salah dan rentan melakukan tindakan merugikan diri dan orang lain. Dari segi kesehatan, alkohol merusak organ penting seperti hati, jantung, dan otak. Islam mengajarkan kita menjaga kesehatan, jadi jelas minuman keras bertentangan dengan syariat. Pelaku minuman keras juga kehilangan martabat. Mereka sering diejek, dijauhi keluarga, dan dipandang rendah karena perilaku buruk saat mabuk. Moralitas juga runtuh, pelaku mudah terjerumus dalam pergaulan buruk, kekerasan, dan tindakan kriminal. Ketergantungan minuman keras dapat menghancurkan masa depan, menyebabkan kehilangan pekerjaan, rusaknya rumah tangga, serta risiko kecelakaan atau kematian. Dampak Minuman Keras pada Keluarga Bahaya minuman keras juga sangat terasa dalam keluarga. Minuman keras sering memicu konflik rumah tangga karena pelaku lebih mudah marah, berkata kasar, atau bahkan melakukan kekerasan. Keuangan keluarga bisa hancur karena uang yang seharusnya untuk kebutuhan malah habis untuk membeli minuman keras. Banyak rumah tangga berantakan karena sulit melepaskan kebiasaan minum. Anak-anak di keluarga pecandu berisiko mengalami trauma dan kehilangan kasih sayang, bahkan meniru perilaku buruk orang tua. Keluarga ini sering kehilangan kehormatan di mata masyarakat dan mendapat stigma negatif. Dampak Minuman Keras pada Masyarakat Di tingkat masyarakat, dampaknya juga sangat merugikan. Minuman keras sering memicu kerusuhan dan perkelahian karena pengaruh mabuk membuat orang bertindak kasar. Angka kriminalitas meningkat, termasuk pencurian, penganiayaan, dan pembunuhan yang sering terjadi di bawah pengaruh alkohol. Ketergantungan ini menciptakan keresahan dan ketidakamanan di lingkungan. Moral masyarakat menurun jika kebiasaan ini dianggap biasa, sehingga generasi muda pun bisa meniru. Ketika masyarakat Muslim terjerumus dalam minuman keras, citra Islam sebagai agama rahmat menjadi ternoda. Menjaga Diri dari Bahaya Minuman Keras Sebagai Muslim, kita harus sadar betapa berat dampak minuman keras bagi dunia dan akhirat. Minuman keras tidak hanya merusak akal dan tubuh, tapi juga menghancurkan kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Menjauhi minuman keras artinya menjaga diri dari kerusakan moral, kerugian materi, dan dosa besar yang menghalangi kita menuju surga. Mari kita berkomitmen untuk menjauhi segala bentuk minuman keras dan menjadi contoh baik di lingkungan sekitar. Semoga Allah SWT selalu melindungi kita dan keluarga dari segala maksiat, termasuk bahaya minuman keras, serta membimbing kita di jalan yang diridhai-Nya.
ARTIKEL11/08/2025 | Admin bidang 1
Doa Sebelum dan Sesudah Makan dalam Islam: Wujud Syukur dan Jalan Meraih Keberkahan
Doa Sebelum dan Sesudah Makan dalam Islam: Wujud Syukur dan Jalan Meraih Keberkahan
Dalam Islam, setiap aktivitas dianjurkan untuk diawali dengan doa, termasuk saat akan makan. Membaca doa sebelum dan sesudah makan bukan hanya rutinitas, tetapi bentuk nyata dari rasa syukur atas rezeki yang diberikan oleh Allah SWT. Selain itu, doa ini juga merupakan cara untuk memohon agar makanan yang dikonsumsi membawa manfaat dan keberkahan. Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai pentingnya doa makan, tata cara yang benar, hingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan mengamalkan doa makan, umat Islam dapat menjadikan momen makan sebagai ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah. 1. Arti dan tujuan membaca doa makan Doa makan dalam ajaran Islam mengandung makna sebagai pengakuan bahwa segala rezeki berasal dari Allah SWT. Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 172 menekankan pentingnya mengonsumsi makanan yang baik dan halal serta mensyukurinya. Doa makan mengingatkan umat Islam untuk tidak sekadar menikmati makanan, tetapi juga menyadari asal usul rezeki tersebut. Selain sebagai bentuk syukur, doa makan juga berfungsi untuk memohon perlindungan dari gangguan syaitan. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa setan tidak bisa ikut makan bersama seseorang yang membaca doa sebelum makan (HR. Abu Dawud). Ini menunjukkan bahwa doa memiliki peran spiritual dalam menjaga kemurnian dan keberkahan makanan. Lebih dari itu, membaca doa sebelum makan juga mengajarkan sikap tawadhu’ (rendah hati) dan menjauhkan dari kesombongan terhadap rezeki yang diperoleh. Makanan, sekecil atau sesederhana apa pun, tetap harus disyukuri sebagai nikmat dari Allah. Dengan memahami nilai-nilai tersebut, aktivitas makan pun menjadi bagian dari akhlak mulia yang dicontohkan Rasulullah SAW. 2. Bacaan doa makan dan artinya Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk membaca doa sebelum dan sesudah makan. Doa yang umum dibaca sebelum makan adalah: Doa sebelum makan: (Bismillah wa ‘ala barakatillah) Artinya: "Dengan nama Allah dan atas berkah Allah." “Ya Allah, berkahilah kami pada rezeki yang telah Engkau berikan dan lindungilah kami dari siksa api neraka.” Dalam bahasa Arab yang umum dibaca adalah: (Allahumma barik lana fima razaqtana wa qina ‘adhaban-nar) Doa setelah makan: (Alhamdulillahil-ladhi at'amana wasaqana waja'alna minal-muslimin) Artinya: "Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan minum serta menjadikan kami orang-orang Islam." Doa jika lupa sebelum makan: (Bismillah fii awwalihi wa akhirihi) Artinya: "Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya." Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Islam sangat fleksibel dan memberi kemudahan dalam pelaksanaannya. Bacaan doa-doa ini bersumber dari hadis sahih dan menjadi bagian dari tradisi Islam yang terus diajarkan secara turun-temurun. 3. Adab makan yang memyempurnakan doa Membaca doa makan menjadi lebih sempurna jika diiringi dengan adab yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW. Di antaranya adalah memastikan makanan yang dimakan halal dan bersih, makan dengan tangan kanan, serta tidak makan secara berlebihan. Rasulullah SAW bersabda agar umatnya makan dan minum dengan tangan kanan, karena itu merupakan bagian dari sunnah yang menunjukkan kepatuhan pada ajaran beliau (HR. Muslim). Selain itu, Allah juga memerintahkan dalam QS. Al-A’raf: 31 agar tidak berlebihan dalam makan dan minum. Makan secara bersama-sama juga dianjurkan karena di dalamnya terdapat keberkahan. Rasulullah SAW menyampaikan bahwa makanan yang dimakan secara berjamaah akan lebih diberkahi. Tak kalah penting, umat Islam juga diajarkan untuk tidak mencela makanan, apapun bentuk atau rasanya, sebagai wujud syukur terhadap apa yang diberikan Allah. 4. hikmah membaca doa makan Mengamalkan doa makan membawa banyak manfaat, baik secara spiritual maupun sosial. Pertama, hal ini menanamkan rasa syukur dalam diri, bahwa segala sesuatu yang dikonsumsi adalah karunia dari Allah. Kedua, doa makan menjaga hati agar tetap terhubung dengan Allah meskipun dalam kegiatan sehari-hari yang sederhana. Ketiga, doa ini juga menjadi tameng dari godaan syaitan yang bisa menghilangkan keberkahan dari makanan yang dimakan. Keempat, membaca doa sebelum dan sesudah makan membiasakan disiplin dalam menjalankan adab Islam, membentuk karakter yang teratur dan taat kepada ajaran agama. Terakhir, doa makan memperkuat hubungan spiritual dengan Sang Pencipta. Setiap kali seorang muslim mengucapkannya, ia memperbarui niat untuk menjadikan aktivitas makan sebagai bagian dari ibadah. Kesimpulan: Jadikan doa makan sebagai kebiasaan sehari hari Doa makan dalam Islam bukan hanya rutinitas, tetapi sarana untuk menyemai rasa syukur, menguatkan spiritualitas, dan menjalankan sunnah Rasulullah SAW. Dengan niat yang tulus, aktivitas makan bisa menjadi ladang pahala dan mempererat hubungan dengan Allah. Oleh karena itu, mari biasakan membaca doa sebelum dan sesudah makan, agar setiap rezeki yang kita nikmati membawa keberkahan dalam hidup. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah #BAZNASYogyakarta #BahagianyaMustahiq #TentramnyaMuzaki #AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL07/08/2025 | Admin bidang 1
Tata Cara Berpakaian dalam Islam: Memelihara Aurat dan Menghargai Nilai Sosial
Tata Cara Berpakaian dalam Islam: Memelihara Aurat dan Menghargai Nilai Sosial
Berpakaian dalam Islam lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan fisik; ia merupakan bentuk manifestasi akhlak, identitas diri, serta ketaatan kepada Allah SWT. Islam mengajarkan agar setiap muslim berpakaian dengan cara yang mencerminkan rasa hormat terhadap nilai-nilai moral, sosial, dan spiritual. Tata cara berpakaian ini tidak hanya bertujuan menutup tubuh, tetapi juga menjaga martabat dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Artikel ini akan membahas prinsip-prinsip berpakaian menurut syariat Islam, dilengkapi dengan dasar dari Al-Qur’an dan hadis, serta penjelasan tentang panduan berpakaian bagi pria dan wanita. 1. Landasan Al-Qur’an dan Hadis tentang Tata Cara Berpakaian Tata cara berpakaian dalam Islam bersumber pada ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang mengajarkan pentingnya menjaga aurat, serta memperhatikan kesopanan. Salah satu ayat yang membahas hal ini adalah Surah An-Nur ayat 31, di mana Allah SWT memerintahkan wanita untuk menjaga pandangannya dan menutupi perhiasannya kecuali yang biasa nampak. Ini adalah salah satu pedoman utama dalam berpakaian menurut Islam. Selain itu, dalam Surah Al-Ahzab ayat 59, Allah juga memerintahkan wanita untuk mengenakan jilbab, yang tidak hanya berfungsi untuk menutup aurat, tetapi juga untuk memperlihatkan identitas mereka sebagai muslimah yang terhormat. Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya kesederhanaan dalam berpakaian. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda: “Barang siapa yang memakai pakaian untuk tujuan kesombongan, maka Allah akan menurunkan derajatnya pada hari kiamat” (HR. Abu Dawud). Hadis ini mengingatkan bahwa berpakaian haruslah bebas dari niat pamer atau sombong. Tata cara berpakaian menurut Islam juga mencakup larangan untuk berpakaian menyerupai lawan jenis, sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW (HR. Bukhari), yang menunjukkan bahwa berpakaian harus sesuai dengan fitrah dan identitas gender yang ditentukan Allah. Dengan memahami dalil-dalil ini, umat Islam diingatkan bahwa berpakaian sesuai syariat adalah bentuk ibadah yang mengundang pahala dan keberkahan. 2. Panduan Berpakaian untuk Wanita dalam Islam Untuk wanita, ada pedoman khusus terkait cara berpakaian yang bertujuan menjaga aurat dan kesopanan. Wanita muslimah diwajibkan menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan, sesuai dengan petunjuk dalam Surah An-Nur ayat 31. Pakaian yang dipilih sebaiknya longgar, tidak memperlihatkan lekuk tubuh, dan tidak transparan. Wanita juga dianjurkan untuk menghindari pakaian yang mencolok atau berlebihan, baik dalam warna maupun perhiasan. Rasulullah SAW mengajarkan agar pakaian yang dikenakan tidak menarik perhatian berlebihan agar tidak menimbulkan fitnah. Jilbab atau kerudung yang menutupi dada adalah simbol penting dalam berpakaian menurut Islam. Selain menutupi aurat, jilbab menjadi identitas muslimah yang menunjukkan ketaatan kepada Allah dan rasa hormat terhadap diri sendiri dan orang lain. Di balik itu, berpakaian sesuai dengan syariat juga mengajarkan wanita untuk menjaga niat. Setiap langkah berpakaian adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjaga moralitas dalam pergaulan. 3. Panduan Berpakaian untuk Pria dalam Islam Bagi pria, tata cara berpakaian menurut Islam juga memiliki aturan yang perlu diikuti. Aurat pria terletak antara pusar hingga lutut, yang harus ditutup di depan orang lain. Pakaian yang dikenakan oleh pria sebaiknya tidak ketat agar aurat tetap terjaga. Pria dalam Islam juga dianjurkan untuk berpakaian secara sederhana dan menghindari pakaian yang berlebihan atau mencolok. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kesederhanaan dalam berpakaian adalah bagian dari iman (HR. Muslim), dan ini mengingatkan pria untuk tidak terjebak dalam dunia materi atau penampilan berlebihan. Selain itu, pria dilarang memakai pakaian yang menyerupai wanita, yang telah ditegaskan dalam hadis. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesucian fitrah dan identitas gender. Kebersihan pakaian juga sangat penting dalam Islam. Rasulullah SAW sangat memperhatikan kebersihan pakaiannya dan menekankan bahwa kebersihan adalah bagian dari iman (HR. Tirmidzi). Oleh karena itu, berpakaian dalam Islam bukan hanya soal menutupi tubuh, tetapi juga tentang menjaga kebersihan dan kerapian. Tata cara berpakaian bagi pria juga mencakup larangan memakai sutra dan emas, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Dua hal ini diharamkan bagi laki-laki dari umatku: sutra dan emas” (HR. Nasai). 4. Hikmah Tata Cara Berpakaian dalam Islam Mengamalkan tata cara berpakaian menurut Islam membawa banyak manfaat, baik dari segi spiritual maupun sosial. Pertama, berpakaian sesuai dengan syariat membantu menjaga aurat dan melindungi kesucian hati. Ini adalah bentuk ketaatan kepada Allah yang menjaga seorang muslim dari dosa dan menjaga kehormatan diri. Kedua, berpakaian dengan cara yang sesuai syariat juga memperkuat identitas Islam seseorang. Ini adalah tanda kebanggaan akan keislaman dan komitmen terhadap nilai-nilai agama. Hal ini turut mempererat solidaritas umat Islam. Ketiga, kesederhanaan dalam berpakaian mengajarkan kita untuk rendah hati. Menghindari pakaian berlebihan atau yang menunjukkan kesombongan adalah bentuk sikap zuhud yang mendekatkan seseorang pada Allah. Keempat, berpakaian yang sopan dan sesuai syariat berkontribusi pada terciptanya lingkungan sosial yang harmonis dan bermartabat. Pakaian yang tidak mencolok atau memancing perhatian yang tidak pantas akan menciptakan suasana yang lebih nyaman dan menghormati satu sama lain. Terakhir, berpakaian dengan niat yang benar menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, karena setiap tindakan dalam Islam yang dilandasi niat baik adalah ibadah yang mendatangkan pahala. Kesimpulan: Berpakaian Sebagai Cermin Ketaatan Tata cara berpakaian menurut Islam bukan hanya sekadar menutupi aurat, tetapi juga mencerminkan karakter mulia seorang muslim. Dengan mengikuti panduan berpakaian yang sesuai syariat, seorang muslim menunjukkan ketaatannya kepada Allah, menjaga identitasnya sebagai seorang muslim, dan berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih baik. Marilah kita menjadikan tata cara berpakaian ini sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, agar penampilan kita mencerminkan akhlak yang baik dan ketakwaan kepada Allah SWT. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah #BAZNASYogyakarta #BahagianyaMustahiq #TentramnyaMuzaki #AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL07/08/2025 | Admin bidang 1
Minum Sambil Berdiri dalam Islam: Larangan dan Pengecualian dari Nabi
Minum Sambil Berdiri dalam Islam: Larangan dan Pengecualian dari Nabi
Dalam kehidupan sehari-hari, minum sambil berdiri sering dianggap hal yang biasa. Namun, dalam Islam, setiap perbuatan, termasuk cara minum, memiliki adab dan panduan yang mendalam. Rasulullah SAW tidak hanya memberikan petunjuk mengenai ibadah, tetapi juga mengenai adab dalam aktivitas sehari-hari, seperti makan dan minum. Mungkin banyak di antara umat Islam yang belum mengetahui bahwa ada hadis-hadis sahih yang melarang minum sambil berdiri, yang menunjukkan pentingnya mengikuti tata cara hidup yang benar menurut sunnah. Larangan ini memiliki alasan yang jelas, karena Islam sangat memperhatikan kesehatan fisik dan mental umatnya. Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai hukum minum sambil berdiri dalam Islam, hadis-hadis yang terkait, hikmah dari larangan ini, dan kondisi-kondisi tertentu yang memperbolehkan pengecualian. Mari kita simak dengan bijak agar dapat mengamalkan sunnah Nabi SAW dalam kehidupan kita. 1. Larangan Minum Sambil Berdiri dalam Hadis Rasulullah SAW Larangan untuk minum sambil berdiri dalam Islam bukan hanya merupakan pendapat pribadi atau kebiasaan budaya tertentu, melainkan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi. Salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik menyebutkan: “Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang seseorang minum sambil berdiri.” (HR. Muslim) Hadis ini dengan jelas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak menganjurkan umatnya untuk minum sambil berdiri. Bahkan, dalam sebuah riwayat lain, beliau memerintahkan seseorang yang sedang minum sambil berdiri untuk memuntahkan kembali minuman tersebut, sebagai bentuk ketegasan terhadap larangan ini. Para ulama, seperti Imam Nawawi, mengungkapkan bahwa larangan ini termasuk dalam kategori makruh—yakni sesuatu yang sebaiknya dihindari meskipun tidak berdosa. Artinya, lebih baik dan lebih sesuai dengan sunnah jika kita meminum dalam posisi duduk, sebagaimana yang diajarkan Nabi. Selain itu, larangan ini juga mengajarkan kita untuk menjaga sikap rendah hati dan kesopanan dalam setiap tindakan, termasuk dalam hal-hal kecil seperti minum. Islam mengajarkan kita untuk bersikap tenang dan teratur dalam menjalani kehidupan. Bagi umat Islam yang ingin meneladani sunnah Rasulullah SAW, sebaiknya menghindari minum sambil berdiri, kecuali dalam kondisi yang dibenarkan oleh syariat. 2. Pengecualian nabi dalam minum sambil berdiri Meski Rasulullah SAW melarang minum sambil berdiri, terdapat juga hadis-hadis shahih yang menunjukkan bahwa beliau pernah melakukannya dalam situasi tertentu. Salah satu riwayat dari Ibnu Abbas RA menyebutkan: “Aku pernah memberikan air zamzam kepada Nabi SAW, dan beliau minum sambil berdiri.” (HR. Bukhari dan Muslim) Hadis ini menunjukkan bahwa larangan untuk minum sambil berdiri tidak bersifat mutlak. Ada kondisi-kondisi tertentu yang membolehkan hal tersebut, misalnya saat berada di tempat umum, dalam perjalanan, atau saat situasi tidak memungkinkan untuk duduk. Pengecualian ini mencerminkan fleksibilitas Islam, yang penuh kasih sayang kepada umatnya. Nabi Muhammad SAW memahami bahwa tidak semua kondisi memungkinkan umatnya untuk duduk saat minum. Oleh karena itu, dalam situasi tertentu, minum sambil berdiri diperbolehkan. Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi, seorang ulama kontemporer, menjelaskan bahwa tindakan Nabi minum sambil berdiri saat mengkonsumsi air zamzam adalah bentuk keringanan (rukhshah). Air zamzam memiliki keutamaan khusus, dan Nabi melakukannya sebagai bentuk penghormatan terhadap air tersebut. Ini mengindikasikan bahwa Islam tidak kaku dalam penerapan hukum, namun tetap memberi kelonggaran selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip utama ajaran Islam. Oleh karena itu, minum sambil berdiri dapat dibolehkan dalam kondisi tertentu tanpa melanggar sunnah, asalkan tidak disalahgunakan. Namun, jika keadaan memungkinkan untuk duduk, maka itulah yang lebih utama dan sesuai dengan adab Nabi SAW. 3. Hikmah di balik larangan minum sambil berdiri Larangan minum sambil berdiri dalam Islam tidak hanya berhubungan dengan adab, tetapi juga memiliki hikmah yang mendalam, baik dari sisi kesehatan maupun etika. Secara medis, beberapa penelitian menunjukkan bahwa minum sambil berdiri dapat menyebabkan cairan langsung masuk dengan cepat ke dalam saluran pencernaan, yang berisiko mengganggu fungsi ginjal dan saluran kemih. Dengan duduk, cairan dapat diterima tubuh dengan lebih stabil dan perlahan, memberikan manfaat yang lebih baik bagi kesehatan. Selain itu, minum sambil berdiri dapat menyebabkan risiko tersedak atau masuknya udara berlebih ke dalam lambung, yang dapat mengganggu sistem pencernaan, terutama bagi mereka yang memiliki masalah dengan asam lambung. Dari sisi etika, Islam mengajarkan kita untuk bersikap tenang, tertib, dan sopan dalam setiap aspek kehidupan. Minum dalam posisi duduk mencerminkan ketenangan, kebersihan, dan kesantunan, sedangkan minum sambil berdiri dapat terlihat terburu-buru dan kurang memperhatikan etika yang diajarkan Nabi SAW. Selain itu, larangan ini mengajarkan kita untuk konsisten mengikuti teladan Nabi, bahkan dalam hal-hal kecil sekalipun. Mengamalkan sunnah secara penuh adalah wujud cinta sejati kepada Rasulullah SAW. Dengan demikian, memilih untuk tidak minum sambil berdiri adalah bagian dari menjaga kesopanan, kesehatan, dan kesadaran sebagai seorang Muslim. 4. Mengajarkan adab minum kepada anak dan keluarga Sebagai orang tua, mendidik anak-anak tentang adab minum dalam Islam adalah tanggung jawab yang sangat penting. Meskipun terlihat sederhana, mengajarkan anak untuk minum dalam posisi duduk adalah bagian dari menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini. Anak-anak cenderung meniru apa yang dilakukan orang dewasa, jadi penting bagi orang tua untuk menjadi contoh dalam hal ini. Jangan lupa untuk menjelaskan bahwa ini adalah bagian dari sunnah Nabi SAW yang seharusnya kita ikuti. Selain itu, momen makan dan minum bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan sunnah kepada anak-anak. Mengingatkan mereka untuk duduk sebelum minum, membaca basmalah, dan menggunakan tangan kanan adalah bagian dari pendidikan moral yang sangat penting. Dengan melibatkan anak dalam adab makan dan minum, kita juga membantu mereka untuk lebih tenang dan sabar dalam bertindak, serta menghargai makanan dan minuman sebagai nikmat dari Allah SWT. kesimpulan: memahami minum sambil berdiri dengan bijak Pada akhirnya, meskipun minum sambil berdiri dilarang oleh Rasulullah SAW, pengecualian tetap ada dalam kondisi tertentu, seperti saat Nabi meminum air zamzam. Hal ini menunjukkan bahwa Islam bersifat fleksibel, namun tetap menekankan adab yang baik. Sebagai umat yang ingin mengikuti sunnah Nabi SAW, kita sebaiknya menghindari minum sambil berdiri kecuali dalam kondisi yang benar-benar membutuhkan. Duduklah sejenak saat minum sebagai bentuk penghormatan terhadap adab Nabi SAW dan untuk menjaga kesehatan tubuh kita. Di tengah kehidupan yang serba cepat, mari kita lebih bijak dalam mengamalkan sunnah dan menjaga etika dalam segala aspek kehidupan. Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk hidup sesuai dengan tuntunan Islam yang mulia. Aamiin. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah #BAZNASYogyakarta #BahagianyaMustahiq #TentramnyaMuzaki #AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL07/08/2025 | Admin bidang 1
Penerima Beasiswa Kader Remaja Masjid BAZNAS Kota Yogyakarta Raih Wisudawan Terbaik Kategori Tahfidz
Penerima Beasiswa Kader Remaja Masjid BAZNAS Kota Yogyakarta Raih Wisudawan Terbaik Kategori Tahfidz
Yogyakarta – Ahad, 22 Juni 2025 Kabar membanggakan datang dari acara Wisuda SDIT Al Khairaat Yogyakarta yang digelar di Merapi Merbabu Hotel. Salah satu santri yang menjadi penerima Beasiswa Kader Remaja Masjid BAZNAS Kota Yogyakarta, Abida Azma Taqiyya, berhasil meraih predikat Wisudawan Terbaik I Kategori Tahfidz. Abida merupakan bagian dari program unggulan BAZNAS Kota Yogyakarta yang menyasar remaja masjid untuk menjadi kader Qur’ani yang tangguh, berakhlak, dan berdaya guna. Beasiswa yang diterimanya tidak hanya mendukung pendidikan formal, tetapi juga membekali dengan pembinaan spiritual dan kepemimpinan berbasis masjid. “Prestasi yang diraih Abida merupakan buah dari komitmen kuat dalam mencintai Al-Qur’an dan semangat belajar yang tinggi. Ini menjadi kebanggaan bagi kami di BAZNAS, sekaligus motivasi bagi kader remaja lainnya,” ujar Ketua BAZNAS Kota Yogyakarta. Melalui program Kader Remaja Masjid, BAZNAS Kota Yogyakarta berupaya mencetak generasi penerus yang tidak hanya cakap secara akademik, tetapi juga memiliki landasan nilai keislaman yang kuat. Barakallahu fiikum, Abida Azma Taqiyya. Semoga senantiasa dijaga hafalannya, diberkahi ilmunya, dan tumbuh menjadi generasi pejuang Al-Qur’an yang menebar manfaat bagi umat. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah #BAZNASYogyakarta #BahagianyaMustahiq #TentramnyaMuzaki #AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL23/06/2025 | HUMAS BAZNAS Kota Yogyakarta
Kader Hafidz BAZNAS Kota Yogyakarta Raih Juara 1 MHQ di Sedayu Islamic Festival
Kader Hafidz BAZNAS Kota Yogyakarta Raih Juara 1 MHQ di Sedayu Islamic Festival
Yogyakarta – Prestasi membanggakan kembali diraih oleh kader hafidz BAZNAS Kota Yogyakarta. Syakira Azka Nabila, salah satu peserta Program Beasiswa Kader Hafidz Angkatan 3, berhasil meraih Juara 1 dalam ajang Musabaqah Hifzhil Qur'an (MHQ) tingkat SMP/MTs sederajat yang digelar pada Sabtu, 14 Juni 2025 di SMA Negeri 1 Sedayu, Bantul. Kompetisi ini menjadi bagian dari rangkaian Sedayu Islamic Festival, sebuah acara tahunan yang menghimpun potensi generasi muda Islam dalam bidang dakwah, tilawah, dan hafalan Al-Qur’an. Syakira tampil dengan penuh percaya diri, memperdengarkan hafalannya dengan tartil, fasih, dan lancar, menunjukkan hasil pembinaan intensif dalam program pembinaan kader Qur’ani BAZNAS. Capaian ini menjadi bukti bahwa zakat, infak, dan sedekah (ZIS) yang dititipkan masyarakat melalui BAZNAS Kota Yogyakarta mampu melahirkan generasi muda penghafal Al-Qur’an yang berprestasi dan berakhlak mulia. Program Kader Hafidz merupakan salah satu bentuk nyata pentasyarufan dana zakat untuk pendidikan, yang mendorong lahirnya bibit-bibit unggul dalam bidang keislaman. Melalui dukungan dari para muzakki dan donatur, BAZNAS terus mengembangkan pola pembinaan kader Qur’ani berbasis zakat yang terstruktur dan berkelanjutan. Kemenangan Syakira menjadi semangat baru bagi seluruh kader untuk terus mengasah hafalan dan menebar kemanfaatan ilmu Al-Qur’an bagi lingkungan sekitarnya. Prestasi ini juga menjadi ajakan terbuka kepada masyarakat untuk terus memperkuat ekosistem pendidikan Qur’ani melalui sedekah pendidikan dan infak pembinaan penghafal Qur’an. BAZNAS Kota Yogyakarta berkomitmen untuk terus menjadi jembatan kebaikan antara para muzakki dan mustahik yang berjuang di jalan ilmu dan iman.
ARTIKEL17/06/2025 | Humas BAZNAS Kota Yogyakarta
UMKM Binaan BAZNAS: Pisang Krispy Ibu Martini Diminati Warga Kedungwaru
UMKM Binaan BAZNAS: Pisang Krispy Ibu Martini Diminati Warga Kedungwaru
Lapak sederhana milik Martini (40) di Dusun Ringinagung, Kelurahan Ringinpitu, Kecamatan Kedungwaru, menjadi lokasi favorit warga dan anak-anak sekolah yang melintas. Menjual pisang krispy dengan harga hanya Rp500 per biji, usaha kuliner ini mampu menarik minat pembeli karena rasa gurih dan kerenyahannya. Usaha yang dirintis sejak awal 2023 ini dikelola sepenuhnya oleh Martini sendiri, mulai dari produksi hingga penjualan. Meski dijual murah, omzet kotor harian dapat mencapai Rp200.000 dengan keuntungan bersih sekitar Rp80.000 per hari. Camilan ini pun telah memiliki pelanggan tetap dari warga sekitar. Untuk mempertahankan produksi dan meningkatkan konsistensi usaha, Martini memperoleh bantuan pinjaman usaha dari program Baznas Microfinance Desa (BMD) Tulungagung sebesar Rp2 juta. Dana tersebut dimanfaatkan untuk membeli bahan baku secara berkala demi menjaga ketersediaan produk. Kisah Martini menjadi potret nyata ketangguhan pelaku UMKM dalam menghadapi tantangan ekonomi. Dengan kerja keras dan dukungan dari BAZNAS, usahanya perlahan tumbuh dan membuka harapan akan masa depan yang lebih baik. Kontributor: Daffa Yazid Fadhlan Editor: MAS
ARTIKEL06/06/2025 | BAZNAS RI
Tata Cara Menyembelih Hewan Qur'ban
Tata Cara Menyembelih Hewan Qur'ban
Tata Cara Menyembelih Hewan Qur’ban Menurut Pusat Studi Halal itu membagi tata cara menyembelih hewan kurban menjadi tiga proses, di antaranya: Persiapan Sebelum Penyembelihan Lafazkan niat Allâhumma hâdzihî minka wa ilaika, fataqabbal minnî yâ karîm Artinya, Ya Tuhanku, hewan ini adalah nikmat dari-Mu. Dan dengan ini aku bertaqarrub kepada-Mu. Karenanya waihai Tuhan Yang Maha Pemurah, terimalah taqarrub-ku. Pastikan hewan telah direbahkan dan posisinya roboh ke kiri Hewan kurban harus berada pada posisi yang menghadap kiblat Semua orang yang terlibat harus berada di posisi yang aman Proses Penyembelihan Tentukan titik sayatan di bawah jakun (kerongkongan) Letakkan pisau pada leher hewan pada titik sayatan Lafazkan bismillahi Allahu Akbar Lakukan sayatan dengan cepat dan tegas untuk memotong saluran makan (kerongkongan), saluran nafas (trakea), dan dua pembuluh darah nadi (arteri karotis) Pemeriksaan Setelah Penyembelihan Periksa penampang sayatan untuk memastikan semua saluran telah terpotong dengan baik dan benar Pastikan tidak ada sumbatan pada pembuluh darah agar darah dapat mengalir dengan lancar dan tuntas Segera lakukan koreksi jika ditemukan saluran yang belum terpotong sempurna atau terjadi sumbatan pada pembuluh darah besar
ARTIKEL22/05/2025 | Hida
Sejarah Qurban, Meneladani Ketulusan Nabi Ibrahim AS dalam Ibadah idul adha
Sejarah Qurban, Meneladani Ketulusan Nabi Ibrahim AS dalam Ibadah idul adha
Apa Itu Qurban Qurban merupakan salah satu bentuk ibadah dalam islam yang dilakukan sebagai wujud ketaatan dan penghambaan Allah SWT. Ibadah ini dilakukan dengan menyembelih hewan tertentu, disertai niat yang ikhlas, serta mengikuti tuntunan syariat Islam. Pelaksanaan qurban bertepatan dengan Hari Raya Iduladha, yang dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah. Sejarah Qurban Sejarah ibadah qurban dalam Islam memiliki akar yang sangat kuat, berlandaskan pada kisah penuh keteladanan antara Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an. Kisah ini menjadi pijakan utama dalam pelaksanaan qurban yang dijalankan umat Muslim hingga hari ini. Diceritakan bahwa Allah SWT menguji keimanan dan ketaatan Nabi Ibrahim AS dengan perintah yang sangat berat: menyembelih putranya sendiri, Nabi Ismail AS. Dengan penuh keikhlasan, Nabi Ibrahim siap menjalankan perintah tersebut demi ketaatan kepada Allah. Namun, saat pengorbanan itu akan dilaksanakan, Allah menggantinya dengan seekor domba sebagai bentuk kasih sayang-Nya. Peristiwa ini menjadi simbol totalitas penghambaan dan ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya. Sejak itu, perintah berkurban menjadi bagian dari syariat Islam yang ditetapkan secara formal pada masa kenabian Rasulullah SAW. Beliau menetapkan waktu pelaksanaan qurban, yaitu setiap tanggal 10 Zulhijjah hingga hari-hari tasyrik (11–13 Zulhijjah), serta menetapkan syarat dan ketentuan sahnya ibadah ini. Hingga saat ini, umat Muslim di seluruh dunia tetap menjalankan ibadah qurban setiap Hari Raya Idul adha sebagai bentuk ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT, sekaligus meneladani pengorbanan agung Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Lebih dari sekadar ibadah ritual, qurban juga memiliki makna sosial yang dalam. Daging hewan qurban didistribusikan kepada keluarga, tetangga, dan terutama kepada mereka yang kurang mampu. Ini menunjukkan bahwa qurban juga mengajarkan nilai-nilai solidaritas, kebersamaan, dan semangat berbagi dalam masyarakat. Dengan demikian, sejarah qurban dalam Islam bukan hanya menceritakan tentang penyembelihan hewan, tetapi juga tentang kepatuhan, keikhlasan, dan kepedulian yang menjadi pondasi penting dalam kehidupan spiritual dan sosial umat Islam.
ARTIKEL15/05/2025 | Hida
Qurban dalam Islam: Pengertian, Hukum, Hikmah, dan Syarat Hewan Sesuai Syariat
Qurban dalam Islam: Pengertian, Hukum, Hikmah, dan Syarat Hewan Sesuai Syariat
Pengertian Qurban Secara etimologis, kata qurban berasal dari bahasa Arab qariba–yaqrabu–qurbanan wa qurbanan wa qirbanan, yang berarti mendekatkan diri (Lihat: Ibn Manzhur, 1992:1:662; Munawwir, 1984:1185). Makna ini menunjukkan bahwa ibadah qurban merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan sebagian dari perintah-Nya. Dalam penggunaan sehari-hari, istilah qurban dalam konteks agama disebut dengan udhiyah, yang merupakan bentuk jamak dari dhahiyyah, berasal dari kata dhaha (waktu dhuha). Artinya adalah penyembelihan hewan yang dilakukan pada waktu dhuha, tepatnya antara tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah. Dari praktik inilah muncul istilah “Iduladha”. Hukum Berqurban Para ulama memiliki perbedaan pendapat mengenai hukum berqurban. Mayoritas ulama berpendapat bahwa berqurban hukumnya sunnah muakkad, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Artinya, meskipun tidak wajib, pelaksanaannya sangat ditekankan dan sangat dianjurkan bagi yang mampu. Namun demikian, ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa ibadah qurban bersifat wajib. Pendapat ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam surat Al-Kautsar ayat 2: “Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).” (QS. Al-Kautsar: 2) Sementara itu, pendapat yang menyatakan bahwa qurban merupakan sunnah muakkad diperkuat oleh hadits: “Barangsiapa yang mempunyai kemampuan tetapi ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat salat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) Dari ayat dan hadits tersebut, dapat disimpulkan bahwa qurban merupakan ibadah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam yang memiliki kemampuan. Namun, bagi yang belum mampu, tidak melaksanakan qurban tidaklah berdosa. Hikmah Berqurban Ibadah qurban disyariatkan oleh Allah SWT untuk mengenang peristiwa bersejarah dalam kehidupan Nabi Ibrahim AS, sekaligus sebagai bentuk kemudahan dan kegembiraan pada hari raya Iduladha. Rasulullah SAW bersabda: “Hari-hari itu tidak lain adalah hari-hari untuk makan, minum, dan berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla.” (HR. Ahmad) Qurban juga mengajarkan nilai keikhlasan, ketaatan, dan pengorbanan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah serta mempererat kepedulian sosial antar sesama Muslim. Hewan yang Diperbolehkan untuk Qurban Hewan yang sah digunakan untuk qurban adalah unta, sapi, dan kambing. Selain ketiga jenis hewan tersebut, tidak diperbolehkan untuk dijadikan hewan qurban. Allah SWT berfirman: “Agar mereka menyebut nama Allah atas binatang ternak yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka.” (QS. Al-Hajj: 34) Berikut adalah ketentuan usia hewan qurban yang dianggap sah menurut syariat: Domba: minimal berumur 6 bulan (jadza’) Kambing: minimal 1 tahun Sapi: minimal 2 tahun Unta: minimal 5 tahun Hadits-hadits yang mendukung ketentuan ini antara lain: Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Binatang qurban yang paling baik adalah kambing yang jadza’ (berumur satu tahun).” (HR. Ahmad dan Tirmidzi) Dari Uqbah bin Amir RA, ia berkata: "Wahai Rasulullah, aku memiliki kambing jadza’." Rasulullah SAW bersabda: “Berqurbanlah dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Dari Jabir RA, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kalian menyembelih hewan qurban kecuali yang berumur satu tahun ke atas. Jika itu menyulitkan kalian, maka sembelihlah domba jadza’.” (HR. Muslim)
ARTIKEL08/05/2025 | Hida
Zakat Sebagai Solusi Pemberantas Kemiskinan
Zakat Sebagai Solusi Pemberantas Kemiskinan
Zakat merupakan salah satu pilar penting dalam Islam yang memiliki peran signifikan dalam pemberantasan kemiskinan. Dengan mengeluarkan zakat, setiap Muslim berkontribusi untuk membantu mereka yang kurang beruntung. Zakat tidak hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan bentuk kepedulian sosial yang mendalam. Dalam konteks ekonomi, zakat berfungsi sebagai redistribusi kekayaan, di mana harta yang dimiliki oleh orang kaya dialokasikan untuk membantu orang miskin. Zakat dapat membantu memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan pendidikan bagi mereka yang membutuhkan. Dengan adanya zakat, diharapkan kesenjangan sosial dapat berkurang, dan masyarakat dapat hidup lebih sejahtera. Selain itu, zakat juga dapat digunakan untuk mendukung program-program pemberdayaan ekonomi, seperti pelatihan keterampilan dan modal usaha bagi para penerima zakat. Dengan demikian, zakat tidak hanya memberikan bantuan sementara, tetapi juga menciptakan peluang untuk kemandirian ekonomi. Pentingnya zakat dalam pemberantasan kemiskinan juga tercermin dalam ajaran Islam yang menekankan bahwa harta yang dimiliki bukanlah milik mutlak, melainkan amanah dari Allah. Oleh karena itu, setiap Muslim diharapkan untuk menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu sesama. Dengan cara ini, zakat menjadi solusi yang efektif dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. ===================== *Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Penulis: Saffanatussa'idiyah Editor: Ummi Kiftiyah
ARTIKEL13/03/2025 | admin
Info Rekening Zakat

Info Rekening Zakat

Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.

BAZNAS

Info Rekening Zakat