Berita Terbaru
Fidyah dalam Islam: Mengapa Penting dan Harus Ada?
Fidyah merupakan salah satu aspek penting dalam syariat Islam, yang berfungsi sebagai kompensasi bagi individu yang tidak dapat menjalankan ibadah puasa.
Ada beberapa alasan mengapa fidyah dianggap penting dan harus ada dalam praktik keagamaan.
1. Keadilan dan Keseimbangan
Fidyah memberikan kesempatan bagi mereka yang tidak mampu berpuasa, seperti orang sakit atau lansia, untuk tetap berpartisipasi dalam ibadah.
Ini menciptakan keadilan dalam menjalankan kewajiban agama.
2. Solidaritas Sosial
Dengan membayar fidyah, individu membantu mereka yang kurang beruntung.
Fidyah sering kali disalurkan dalam bentuk makanan kepada orang-orang yang membutuhkan, sehingga memperkuat rasa solidaritas dalam masyarakat.
3. Kepatuhan terhadap Syariat
Fidyah menunjukkan kepatuhan terhadap perintah Allah.
Dalam Al-Quran, Allah memerintahkan umat-Nya untuk memberikan fidyah sebagai bentuk tanggung jawab ketika tidak dapat berpuasa.
4. Pendidikan Spiritual
Praktik fidyah mengajarkan umat Islam tentang pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama.
Ini juga menjadi pengingat akan nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian sosial.
Dengan demikian, fidyah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan sarana untuk memperkuat ikatan sosial dan spiritual dalam komunitas Muslim.
Sumber:
1. Al-Quran, Surah Al-Baqarah.
2. Hadis Nabi Muhammad SAW tentang fidyah.
3. Buku "Islam dan Kesejahteraan Sosial" oleh Dr. Ahmad Zaki.
Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana
Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA28/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Fidyah: Dari Beras hingga Uang, Apa yang Menentukan Harganya?
Fidyah adalah kompensasi yang dibayarkan oleh individu yang tidak dapat menjalankan puasa, dan nilainya dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor.
Secara tradisional, fidyah dapat dibayarkan dalam bentuk makanan, seperti beras, atau dalam bentuk uang.
Namun, apa yang menentukan harga fidyah?
1. Jenis Makanan
Fidyah biasanya dihitung berdasarkan jenis makanan pokok yang berlaku di suatu daerah.
Misalnya, di Indonesia, beras sering digunakan sebagai acuan.
Satu sha' (ukuran) beras setara dengan sekitar 2,5 kg, dan harga fidyah dapat dihitung berdasarkan harga beras per kilogram.
2. Kondisi Ekonomi
Harga fidyah juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan inflasi.
Dalam situasi di mana harga bahan makanan meningkat, nilai fidyah dalam bentuk uang juga akan disesuaikan agar tetap relevan.
3. Konsensus Ulama
Penetapan harga fidyah juga melibatkan pendapat para ulama.
Mereka sering memberikan panduan tentang nilai fidyah yang sesuai berdasarkan konteks sosial dan ekonomi masyarakat.
4. Kepentingan Sosial
Fidyah bertujuan untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Oleh karena itu, nilai fidyah harus cukup untuk memberikan manfaat bagi penerima.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, penetapan harga fidyah menjadi lebih adil dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sumber:
1. Al-Quran, Surah Al-Baqarah.
2. Fatwa Ulama tentang Fidyah.
3. Buku "Fidyah dan Kesejahteraan Sosial" oleh Dr. Hasan Basri.
Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana
Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA28/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Tantangan Global: Standarisasi Nilai Fidyah di Berbagai Negara
Fidyah adalah kompensasi yang diberikan oleh seseorang yang tidak mampu menjalankan ibadah puasa karena alasan tertentu, seperti usia lanjut atau penyakit kronis. Namun, dalam penerapannya, nilai fidyah berbeda-beda di setiap negara. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor ekonomi, nilai mata uang, serta kebijakan lembaga fatwa setempat.
Perbedaan Nilai Fidyah di Berbagai Negara
Di Indonesia, fidyah umumnya dihitung berdasarkan harga makanan pokok, seperti beras. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan bahwa nilai fidyah setara dengan satu porsi makanan layak konsumsi. Sementara itu, di negara-negara Timur Tengah, fidyah sering dikonversi dalam bentuk uang dengan standar harga makanan pokok lokal, seperti gandum atau kurma.
Di Eropa dan Amerika Serikat, nilai fidyah sering kali lebih tinggi karena perbedaan standar hidup dan harga makanan. Muslim di negara-negara Barat biasanya mengikuti fatwa yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi setempat, seperti yang dikeluarkan oleh Dewan Fatwa Eropa atau Islamic Council of North America.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Standarisasi Fidyah
Fluktuasi Harga Pangan Nilai fidyah dipengaruhi oleh harga makanan pokok yang berfluktuasi akibat inflasi, cuaca, dan kebijakan perdagangan.
Perbedaan Mata Uang Konversi fidyah ke dalam bentuk uang berbeda di setiap negara tergantung pada nilai tukar mata uang dan daya beli masyarakat.
Interpretasi Hukum Islam Ulama dari berbagai mazhab memiliki pandangan berbeda tentang cara menghitung fidyah, apakah dalam bentuk makanan atau uang.
Kebijakan Lembaga Keagamaan Setiap negara memiliki lembaga yang mengatur fidyah, seperti MUI di Indonesia, Dar al-Ifta di Mesir, dan Islamic Relief di Inggris.
Upaya Standarisasi Fidyah di Tingkat Global
Organisasi Islam internasional, seperti Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), telah berupaya menyusun pedoman umum tentang fidyah. Salah satu pendekatan yang diusulkan adalah menetapkan fidyah berdasarkan indeks harga pangan global agar lebih merata dan adil bagi umat Muslim di berbagai negara.
Selain itu, penggunaan teknologi seperti aplikasi kalkulator fidyah berbasis AI mulai dikembangkan untuk membantu umat Muslim menghitung fidyah sesuai dengan lokasi mereka. Inovasi ini diharapkan dapat mempermudah proses pembayaran fidyah secara lebih akurat dan transparan.
Kesimpulan
Standarisasi nilai fidyah masih menjadi tantangan global karena dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi dan kebijakan keagamaan di setiap negara. Meskipun terdapat perbedaan, upaya harmonisasi melalui pedoman internasional dan teknologi dapat membantu memastikan fidyah tetap relevan dan sesuai dengan prinsip keadilan dalam Islam.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA28/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Fidyah dalam Kondisi Bencana Alam: Adaptasi Hukum Islam untuk Darurat
Dalam Islam, fidyah adalah kompensasi yang diberikan oleh seseorang yang tidak mampu menjalankan kewajiban puasa Ramadan karena alasan tertentu. Fidyah biasanya diberikan dalam bentuk makanan kepada fakir miskin. Namun, dalam situasi darurat seperti bencana alam, implementasi fidyah bisa mengalami penyesuaian agar tetap sesuai dengan prinsip syariah.
Ketentuan Umum Fidyah
Fidyah diwajibkan bagi mereka yang tidak mampu berpuasa dan tidak memiliki harapan untuk menggantinya, seperti orang tua renta, penderita penyakit kronis, atau wanita hamil dan menyusui dalam kondisi tertentu. Fidyah umumnya diberikan dalam bentuk makanan pokok, seperti beras sebanyak satu mud (sekitar 675 gram) untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.
Fidyah dalam Konteks Bencana Alam
Bencana alam seperti gempa bumi, banjir, atau tanah longsor dapat mengubah dinamika sosial dan ekonomi masyarakat. Dalam kondisi darurat ini, beberapa bentuk adaptasi fidyah dapat dilakukan, antara lain:
Bentuk Fidyah yang Fleksibel Dalam kondisi darurat, pemberian fidyah tidak harus dalam bentuk makanan siap konsumsi, tetapi dapat berupa bantuan logistik lain yang mendukung kebutuhan dasar korban bencana, seperti pakaian atau obat-obatan.
Penyesuaian Waktu Pembayaran Jika seseorang terdampak bencana dan mengalami kesulitan finansial, maka pembayaran fidyah bisa ditunda hingga kondisi lebih stabil. Islam memberikan kemudahan dalam hal ini sesuai dengan prinsip laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha (Allah tidak membebani seseorang di luar kemampuannya).
Distribusi yang Lebih Luas Dalam keadaan normal, fidyah diberikan kepada fakir miskin di sekitar tempat tinggal. Namun, saat bencana terjadi, distribusi fidyah bisa diperluas ke daerah-daerah terdampak, bahkan di luar wilayah asal pemberi fidyah, demi menjangkau lebih banyak orang yang membutuhkan.
Pengelolaan Fidyah oleh Lembaga Amil Lembaga amil zakat dan organisasi kemanusiaan dapat berperan dalam mendistribusikan fidyah secara lebih efektif. Dengan pengelolaan yang sistematis, fidyah dapat sampai kepada mereka yang benar-benar membutuhkan tanpa mengurangi esensi hukumnya.
Kesimpulan
Fidyah adalah bagian dari syariat Islam yang memberikan kemudahan bagi mereka yang tidak mampu berpuasa. Dalam situasi darurat akibat bencana alam, Islam memberikan fleksibilitas dalam pelaksanaan fidyah agar tetap relevan dan bermanfaat bagi masyarakat. Dengan adanya adaptasi hukum Islam ini, fidyah tidak hanya menjadi bentuk tanggung jawab individu, tetapi juga solusi sosial dalam menghadapi situasi darurat. Dalam menghadapi bencana, umat Islam diharapkan dapat menunaikan fidyah dengan cara yang paling memungkinkan, baik dalam bentuk makanan, bantuan lain, atau melalui lembaga amil. Dengan demikian, nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian tetap terjaga dalam setiap aspek ibadah.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA28/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Fidyah dalam Perspektif Kesehatan Mental: Kewajiban atau Kebebasan?
Fidyah adalah kompensasi yang dibayarkan oleh individu yang tidak dapat menjalankan ibadah puasa karena alasan tertentu, termasuk kesehatan.
Dalam konteks kesehatan mental, pertanyaan muncul: apakah orang dengan gangguan kejiwaan memiliki kewajiban untuk membayar fidyah?
Secara umum, dalam Islam, kewajiban beribadah termasuk puasa dapat dikecualikan bagi mereka yang mengalami gangguan mental yang signifikan.
Menurut para ulama, jika seseorang tidak mampu berpuasa karena kondisi mental yang mengganggu, mereka tidak diwajibkan untuk membayar fidyah.
Hal ini sejalan dengan prinsip kemudahan dalam agama, di mana Allah tidak membebani seseorang di luar kemampuan mereka.
Namun, ada pandangan yang berbeda.
Beberapa ahli berpendapat bahwa jika individu dengan gangguan kejiwaan masih memiliki kesadaran dan kemampuan untuk memahami kewajiban agama, mereka mungkin perlu mempertimbangkan fidyah.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan evaluasi yang cermat terhadap kondisi mental individu.
Dalam kesimpulannya, kewajiban membayar fidyah bagi orang dengan gangguan kejiwaan sangat bergantung pada tingkat kesadaran dan kemampuan mereka.
Diskusi ini memerlukan pendekatan yang sensitif dan pemahaman yang mendalam tentang kesehatan mental.
Sumber:
1. Al-Quran, Surah Al-Baqarah.
2. Fatwa Ulama tentang Fidyah dan Kesehatan Mental.
3. Buku "Islam dan Kesehatan Mental" oleh Dr. Ahmad Zaki.
Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana
Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA28/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Fidyah untuk Pekerja Migran yang Kesulitan Menjalankan Puasa
Dalam Islam, puasa di bulan Ramadan adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang memenuhi syarat. Namun, ada kondisi tertentu yang membuat seseorang sulit menjalankan puasa, seperti pekerja migran yang menghadapi tantangan berat di tempat kerja. Dalam situasi ini, Islam memberikan keringanan berupa fidyah bagi mereka yang tidak mampu berpuasa.
Apa Itu Fidyah?
Fidyah adalah kompensasi yang diberikan oleh seseorang yang tidak dapat menjalankan puasa karena alasan tertentu yang diperbolehkan dalam syariat, seperti sakit kronis, usia lanjut, atau pekerjaan yang sangat berat. Bentuk fidyah biasanya berupa pemberian makanan kepada fakir miskin.
Pekerja Migran dan Tantangan Berpuasa
Banyak pekerja migran yang menghadapi kondisi kerja berat, seperti bekerja di bawah terik matahari, melakukan pekerjaan fisik yang menguras tenaga, atau memiliki jadwal kerja yang tidak memungkinkan untuk berpuasa. Dalam kondisi seperti ini, jika mereka benar-benar tidak mampu menjalankan puasa dan tidak memiliki alternatif lain, mereka diperbolehkan untuk membayar fidyah.
Cara Membayar Fidyah untuk Pekerja Migran
Menentukan Kelayakan: Pekerja migran yang merasa tidak mampu menjalankan puasa harus memastikan bahwa kondisi mereka memang termasuk dalam kategori yang diperbolehkan untuk membayar fidyah.
Bentuk Fidyah: Fidyah umumnya berupa pemberian makanan kepada fakir miskin, baik dalam bentuk makanan siap santap maupun bahan makanan pokok seperti beras.
Jumlah Fidyah: Fidyah yang dibayarkan adalah satu mud (sekitar 0,6 kg) makanan pokok per hari puasa yang ditinggalkan.
Distribusi Fidyah: Fidyah harus diberikan kepada mereka yang berhak, seperti fakir miskin di lingkungan sekitar atau melalui lembaga yang mengelola fidyah.
Kesimpulan
Fidyah menjadi solusi bagi pekerja migran yang mengalami kesulitan menjalankan puasa Ramadan. Dengan membayar fidyah, mereka tetap bisa menjalankan kewajiban agama sesuai dengan kondisi mereka. Penting bagi pekerja migran untuk memahami aturan fidyah agar tetap dapat beribadah dengan baik meskipun dalam kondisi kerja yang berat. Dengan adanya fidyah, Islam menunjukkan fleksibilitas dan kasih sayang bagi umatnya, termasuk mereka yang menghadapi kesulitan dalam menjalankan ibadah puasa.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA27/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Zakat Indonesia: Model Pengelolaan yang Diakui Dunia
Indonesia dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, sehingga peran zakat dalam kesejahteraan masyarakat menjadi sangat penting. Dalam beberapa tahun terakhir, sistem pengelolaan zakat di Indonesia mendapatkan pengakuan dunia karena dianggap sebagai salah satu yang terbaik dan paling inovatif.
Pengakuan Global terhadap Zakat Indonesia
Salah satu bentuk pengakuan global terhadap zakat di Indonesia datang dari World Zakat Forum (WZF), organisasi internasional yang menghubungkan lembaga zakat di berbagai negara. Indonesia, melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), sering dijadikan model dalam pengelolaan zakat yang profesional dan transparan.
Selain itu, laporan dari Islamic Development Bank (IDB) dan PBB juga mengakui bahwa Indonesia berhasil mengelola zakat sebagai instrumen ekonomi yang efektif dalam mengatasi kemiskinan. Dengan sistem yang terstruktur, dana zakat di Indonesia tidak hanya diberikan dalam bentuk bantuan sosial, tetapi juga dimanfaatkan untuk program pemberdayaan ekonomi dan sosial.
Inovasi dalam Pengelolaan Zakat
Indonesia telah mengembangkan berbagai inovasi dalam pengelolaan zakat, salah satunya adalah digitalisasi pembayaran zakat. Melalui platform digital seperti aplikasi mobile, e-wallet, dan marketplace, pembayaran zakat menjadi lebih mudah dan praktis. Hal ini membantu meningkatkan jumlah zakat yang terkumpul setiap tahun.
Selain itu, Indonesia juga memiliki sistem Zakat Core Principles (ZCP) yang menjadi standar internasional dalam pengelolaan zakat. Prinsip ini diadopsi oleh berbagai negara dalam mengelola zakat dengan transparan dan akuntabel.
Dampak Zakat terhadap Perekonomian
Menurut BAZNAS, potensi zakat di Indonesia mencapai lebih dari Rp 300 triliun per tahun. Jika dikelola dengan optimal, zakat dapat menjadi solusi dalam menekan angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dana zakat di Indonesia digunakan untuk berbagai program, seperti pendidikan, kesehatan, bantuan modal usaha, hingga pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat kurang mampu. Dengan pendekatan ini, zakat tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek tetapi juga berdampak dalam jangka panjang bagi perekonomian negara.
Pengelolaan zakat di Indonesia telah menjadi model bagi banyak negara Muslim lainnya. Dengan dukungan regulasi yang kuat, inovasi digital, serta transparansi dalam penyaluran dana, zakat di Indonesia mendapatkan pengakuan dunia. Ke depan, zakat berpotensi menjadi pilar utama dalam upaya pemerataan ekonomi dan kesejahteraan sosial.
=====================
*Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor: Ummi Kiftiyah
BERITA27/03/2025 | admin
Hari Zakat Nasional: Momen Meningkatkan Kepedulian Sosial
Setiap tanggal 27 Ramadan, Indonesia memperingati Hari Zakat Nasional (HZN). Penetapan hari ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya zakat sebagai instrumen kesejahteraan sosial dan pemerataan ekonomi.
Sejarah Hari Zakat Nasional
Hari Zakat Nasional ditetapkan pada 27 Ramadan 1422 H atau bertepatan dengan 17 November 2001 melalui Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001. Penetapan ini dilakukan sebagai bentuk pengakuan terhadap peran zakat dalam membantu masyarakat yang kurang mampu dan mendukung pembangunan nasional.
Pentingnya Zakat dalam Perekonomian
Zakat memiliki potensi besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), potensi zakat di Indonesia mencapai ratusan triliun rupiah per tahun. Jika dikelola dengan baik, dana zakat bisa menjadi solusi efektif dalam mengatasi kemiskinan dan ketimpangan ekonomi.
Zakat juga memiliki fungsi sebagai penggerak ekonomi umat. Dana yang terkumpul bisa digunakan untuk berbagai program seperti bantuan pendidikan, kesehatan, modal usaha bagi UMKM, hingga pembangunan infrastruktur sosial. Dengan demikian, zakat tidak hanya membantu individu, tetapi juga memperkuat perekonomian nasional.
Peran Lembaga Pengelola Zakat
Seiring berkembangnya teknologi, pembayaran zakat semakin mudah melalui berbagai platform digital. Lembaga seperti BAZNAS, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, dan Lazismu memainkan peran penting dalam mengumpulkan dan menyalurkan zakat kepada mustahik (penerima zakat) dengan cara yang transparan dan tepat sasaran.
Meningkatkan Kesadaran dan Partisipasi
Hari Zakat Nasional menjadi momentum bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap sesama. Berbagai kampanye dan kegiatan sosial dilakukan untuk meningkatkan partisipasi dalam membayar zakat, baik oleh individu maupun perusahaan. Pemerintah dan lembaga zakat juga aktif mengedukasi masyarakat agar memahami pentingnya zakat dalam Islam dan dampaknya bagi kesejahteraan bersama.
Hari Zakat Nasional bukan sekadar peringatan, tetapi juga ajakan bagi seluruh masyarakat untuk berkontribusi dalam menciptakan kesejahteraan sosial melalui zakat. Dengan pengelolaan yang baik, zakat dapat menjadi salah satu solusi utama dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Mari jadikan zakat sebagai gaya hidup dan wujud nyata kepedulian kita terhadap sesama
=====================
*Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor: Ummi Kiftiyah
BERITA27/03/2025 | admin
Dampak Jangka Panjang Zakat bagi Kesejahteraan Masyarakat
Zakat bukan sekadar kewajiban ibadah bagi umat Islam, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang yang signifikan dalam membangun kesejahteraan sosial dan ekonomi. Jika dikelola dengan baik, zakat dapat menjadi solusi berkelanjutan dalam mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Berikut adalah beberapa dampak jangka panjang dari zakat.
1. Mengurangi Kemiskinan secara Berkelanjutan
Zakat memiliki potensi besar dalam mengatasi kemiskinan. Dengan distribusi yang tepat, zakat tidak hanya memberikan bantuan sementara, tetapi juga membantu mustahik (penerima zakat) untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Program-program seperti pemberian modal usaha, pelatihan keterampilan, dan beasiswa pendidikan dapat membantu mustahik menjadi mandiri secara finansial.
2. Meningkatkan Pendidikan dan Sumber Daya Manusia
Banyak lembaga zakat yang mengalokasikan dana untuk pendidikan. Beasiswa bagi anak-anak kurang mampu, penyediaan fasilitas belajar, serta pelatihan keterampilan bagi masyarakat dapat menciptakan generasi yang lebih berkualitas. Dengan pendidikan yang lebih baik, peluang kerja dan kesejahteraan pun meningkat.
3. Memberdayakan Ekonomi Umat
Dana zakat yang dikelola secara produktif dapat mendukung usaha kecil dan menengah (UMKM). Program pemberdayaan ekonomi berbasis zakat dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
4. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
Sebagian dana zakat juga digunakan untuk layanan kesehatan gratis, pembangunan rumah sakit, dan penyediaan obat-obatan bagi masyarakat kurang mampu. Dengan akses kesehatan yang lebih baik, produktivitas masyarakat meningkat, sehingga berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi.
5. Membangun Infrastruktur Sosial yang Berkelanjutan
Zakat dapat digunakan untuk membangun fasilitas umum seperti masjid, sekolah, rumah layak huni, dan sarana air bersih. Infrastruktur yang memadai akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang.
Dampak zakat tidak hanya terasa dalam jangka pendek, tetapi juga membawa perubahan besar bagi kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Dengan pengelolaan yang transparan dan inovatif, zakat dapat menjadi instrumen utama dalam menciptakan masyarakat yang lebih mandiri, sejahtera, dan berdaya saing. Oleh karena itu, kesadaran untuk menunaikan zakat dan mendukung pengelolaannya secara optimal harus terus ditingkatkan agar manfaatnya semakin luas dan berkelanjutan.
=====================
*Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor: Ummi Kiftiyah
BERITA27/03/2025 | admin
Bolehkah Zakat Fitrah Diberikan dalam Bentuk Makanan yang Sudah Dimasak?
Zakat fitrah umumnya diberikan dalam bentuk bahan makanan pokok seperti beras, gandum, atau kurma. Namun, ada pertanyaan apakah zakat fitrah boleh diberikan dalam bentuk makanan yang sudah dimasak?
Mayoritas ulama berpendapat bahwa zakat fitrah harus diberikan dalam bentuk makanan pokok sebelum dimasak. Hal ini karena zakat fitrah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar mustahik agar mereka bisa mengolahnya sendiri sesuai kebutuhan.
Jika zakat fitrah diberikan dalam bentuk makanan yang sudah dimasak, ada kekhawatiran bahwa makanan tersebut tidak bisa bertahan lama atau tidak mencukupi kebutuhan mustahik dalam jangka waktu yang lebih panjang. Selain itu, makanan yang sudah dimasak bisa berbeda-beda nilainya, sehingga kurang sesuai dengan ketentuan zakat fitrah yang sudah ditetapkan.
Namun, dalam kondisi tertentu, jika ada kebutuhan mendesak dan mustahik lebih membutuhkan makanan siap saji, sebagian ulama memperbolehkan dengan catatan nilainya setara dengan makanan pokok yang seharusnya diberikan. Yang terpenting adalah memastikan bahwa zakat fitrah benar-benar bermanfaat bagi penerima dan tidak menghilangkan esensi dari kewajiban tersebut.
=====================
*Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor: Ummi Kiftiyah
Penulis: Saffanatussa'idiyah
BERITA27/03/2025 | admin
Perbedaan Zakat Fitrah dan Sedekah di Bulan Ramadan
Zakat fitrah dan sedekah adalah dua amalan yang sering dilakukan selama Ramadan. Keduanya sama-sama merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama, tetapi memiliki perbedaan mendasar dalam hukum dan pelaksanaannya.
Zakat fitrah adalah zakat wajib yang harus dikeluarkan oleh setiap Muslim yang mampu sebelum Idulfitri. Jumlahnya telah ditentukan, yaitu sekitar 2,5 kg beras atau makanan pokok lainnya, atau dalam bentuk uang senilai makanan pokok tersebut. Tujuan zakat fitrah adalah menyucikan diri dari kekurangan dalam ibadah puasa dan membantu kaum miskin merayakan Idulfitri.
Sedangkan sedekah bersifat sunnah dan dapat diberikan kapan saja, termasuk selama Ramadan. Bentuknya tidak terbatas pada makanan pokok, tetapi bisa berupa uang, pakaian, atau bantuan lainnya. Sedekah tidak memiliki batasan jumlah atau waktu tertentu, sehingga lebih fleksibel dibandingkan zakat fitri
Meskipun berbeda, keduanya dianjurkan dalam Islam karena memberikan manfaat besar bagi umat. Zakat fitrah memastikan setiap Muslim dapat merayakan Idulfitri dengan layak, sementara sedekah membantu mereka yang membutuhkan kapan saja. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk menunaikan zakat fitrah sekaligus memperbanyak sedekah di bulan Ramadan.
=====================
*Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor: Ummi Kiftiyah
Penulis: Saffanatussa'idiyah
BERITA27/03/2025 | admin
Hukum Menerima Zakat Fitrah bagi Orang yang Sebenarnya Mampu
Zakat fitrah diperuntukkan bagi delapan golongan yang berhak menerimanya (mustahik) sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, khususnya fakir dan miskin. Namun, bagaimana hukumnya jika seseorang yang sebenarnya mampu tetap menerima zakat fitrah?
Dalam Islam, seseorang yang mampu secara finansial tidak diperbolehkan menerima zakat fitrah. Hal ini karena zakat bertujuan untuk membantu mereka yang benar-benar membutuhkan. Jika seseorang yang memiliki kecukupan ekonomi tetap menerima zakat, maka ia termasuk dalam kategori yang tidak berhak dan dapat dianggap mengambil hak orang lain yang lebih membutuhkan.
Namun, dalam beberapa kasus, seseorang yang tampak mampu bisa saja mengalami kesulitan ekonomi yang tidak diketahui orang lain. Jika ia benar-benar membutuhkan, meskipun terlihat memiliki harta, maka ia berhak menerima zakat. Oleh karena itu, penerima zakat harus benar-benar jujur dalam kondisi ekonominya agar zakat fitrah tersalurkan kepada orang yang tepat.
Jika seseorang yang sebenarnya mampu menerima zakat dengan sengaja dan tanpa hak, maka lebih baik ia mengembalikannya atau menyalurkannya kembali kepada yang lebih membutuhkan. Dengan demikian, zakat fitrah dapat menjalankan fungsinya secara maksimal sesuai dengan ketentuan syariat.
=====================
*Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor: Ummi Kiftiyah
Penulis: Saffanatussa'idiyah
BERITA27/03/2025 | admin
Hari Zakat Nasional BAZNAS Kota Yogyakarta 1446/2025: Momentum Penguatan Gerakan Zakat di Kota Yogyakarta
Yogyakarta, 27 Ramadhan 1446/27 Maret 2025 – Dalam semarak bulan suci Ramadhan, BAZNAS Kota Yogyakarta menggelar peringatan Hari Zakat Nasional 1446/2025 yang berlangsung Kamis 27 Ramadhan 1446 (27/3/2025) bertempat di Grha Pandawa Balaikota Yogyakarta. Acara ini menjadi momentum penting untuk memperkuat gerakan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya (ZIS DSKL) di Kota Yogyakarta, sekaligus mengajak seluruh masyarakat untuk semakin peduli terhadap kesejahteraan umat melalui pengelolaan zakat yang profesional dan amanah.
Ketua BAZNAS Kota Yogyakarta, Drs. H. Syamsul Azhari, dalam sambutannya menyampaikan, bahwa Hari Zakat Nasional ditetapkan pertama kali oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, tanggal 27 Ramadhan 1434 (5/8/2013), bertujuan sebagai pengingat pentingnya optimalisasi zakat sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi umat. “Kami mengajak seluruh masyarakat, instansi, dan dunia usaha untuk semakin memperkuat sinergi dalam penghimpunan dan pendistribusian zakat agar manfaatnya dapat dirasakan lebih luas oleh mereka yang membutuhkan,” ungkapnya.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, dalam sambutannya menegaskan komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mendukung gerakan zakat. Pemerintah Kota Yogyakarta mengapresiasi peran BAZNAS Kota Yogyakarta dalam mengelola ZIS DSKL secara transparan dan akuntabel, serta menekankan bahwa zakat dapat menjadi instrumen penting dalam menanggulangi kemiskinan di Kota Yogyakarta.
Acara ini turut dihadiri oleh jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FORKOPIMDA), seluruh kader BAZNAS Kota Yogyakarta, termasuk kader hafidz dan kader remaja masjid, serta para peserta Pesantren Dhuafa yang merupakan penerima manfaat zakat. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa zakat bukan sekadar kewajiban keagamaan, tetapi juga memiliki dampak sosial yang besar dalam membangun generasi yang cerdas dan berakhlak.
Sebagai bagian dari peringatan Hari Zakat Nasional, BAZNAS Kota Yogyakarta juga menyerahkan penghargaan Zakat Terbaik kepada berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan sekolah di Kota Yogyakarta yang berperan aktif dalam penghimpunan dan penyaluran zakat. Penghargaan ini menjadi bentuk apresiasi sekaligus motivasi bagi lebih banyak pihak untuk terus berkontribusi dalam penguatan ekosistem zakat di Kota Yogyakarta.
Dengan terselenggaranya acara ini, diharapkan semangat kebersamaan dalam membangun Kota Yogyakarta yang lebih sejahtera melalui zakat, infak, dan sedekah semakin meningkat. BAZNAS Kota Yogyakarta terus berkomitmen untuk menjadi lembaga yang profesional dan terpercaya dalam mengelola dana zakat guna memberikan manfaat terbaik bagi masyarakat.
BERITA27/03/2025 | Salsa Fateha
Fidyah yang Tepat: Kenapa Lembaga Zakat Menjadi Pilihan Utama?
Fidyah adalah kewajiban bagi umat Islam yang tidak dapat menjalankan puasa Ramadan karena alasan tertentu, seperti sakit atau hamil.
Dalam melunasi fidyah, membayar melalui lembaga zakat menjadi pilihan yang sangat dianjurkan.
Pertama, lembaga zakat memiliki sistem yang terorganisir dan transparan.
Mereka memastikan bahwa dana yang diterima digunakan secara efektif untuk membantu yang membutuhkan, sehingga fidyah yang dibayarkan benar-benar sampai kepada orang yang berhak.
Kedua, lembaga zakat sering kali memiliki program khusus untuk penyaluran fidyah, yang menjamin bahwa bantuan diberikan tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Ini membantu dalam menciptakan dampak sosial yang lebih besar.
Ketiga, membayar fidyah melalui lembaga zakat juga memberikan rasa aman bagi pembayar, karena mereka dapat memastikan bahwa kewajiban ibadah mereka dilaksanakan dengan benar.
Dengan demikian, memilih lembaga zakat untuk membayar fidyah bukan hanya memenuhi kewajiban, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat.
Sumber: Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana
Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA27/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Fidyah yang Dibayar dengan Uang Haram: Bagaimana Statusnya dalam Islam?
Fidyah merupakan kewajiban bagi umat Islam yang tidak dapat menjalankan puasa Ramadan karena alasan tertentu, seperti sakit atau hamil.
Namun, pertanyaan muncul mengenai status fidyah yang dibayarkan dengan uang yang tidak halal atau haram.
Dalam Islam, sumber pendapatan yang digunakan untuk beribadah, termasuk fidyah, harus berasal dari cara yang halal.
Uang haram, seperti hasil dari perjudian, riba, atau penipuan, tidak dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban ibadah.
Hal ini karena Allah SWT tidak menerima amal yang dilakukan dengan cara yang tidak baik.
Jika seseorang telah membayar fidyah dengan uang haram, maka ia perlu mengganti fidyah tersebut dengan uang yang halal.
Selain itu, penting untuk bertobat dan berusaha memperbaiki sumber pendapatan agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang haram di masa depan.
Sumber:
1. Majelis Ulama Indonesia (MUI).
2. Buku Fiqh Puasa oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana
Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA27/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Prioritas Fidyah: Tahun Lalu vs. Tahun Ini, Mana yang Harus Didahulukan?
Fidyah adalah kewajiban bagi umat Islam yang tidak dapat menjalankan puasa Ramadan karena alasan tertentu, seperti sakit atau hamil.
Dalam hal pelunasan fidyah, sering muncul pertanyaan: mana yang harus didahulukan, fidyah tahun lalu atau tahun ini?
Menurut para ulama, kewajiban fidyah harus dilunasi sesuai dengan tahun di mana puasa tidak dilaksanakan.
Oleh karena itu, jika seseorang memiliki fidyah yang belum dibayar dari tahun lalu, sebaiknya itu dilunasi terlebih dahulu sebelum membayar fidyah untuk tahun ini.
Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa kewajiban yang lebih lama harus diselesaikan terlebih dahulu.
Namun, jika seseorang baru menyadari kewajiban fidyah tahun lalu dan juga memiliki kewajiban fidyah untuk tahun ini, disarankan untuk segera melunasi keduanya.
Dalam hal ini, niat dan kesungguhan untuk memenuhi kewajiban sangat penting.
Sumber:
1. Majelis Ulama Indonesia (MUI).
2. Buku Fiqh Puasa oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana
Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA27/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Fidyah dan Inflasi: Apakah Nilainya Harus Disesuaikan dengan Harga Sekarang?
Fidyah adalah salah satu kewajiban dalam Islam bagi mereka yang tidak mampu berpuasa di bulan Ramadan karena alasan tertentu, seperti sakit kronis atau usia lanjut. Kewajiban ini diwujudkan dalam bentuk pemberian makanan kepada fakir miskin sebagai pengganti puasa yang ditinggalkan. Namun, dalam konteks ekonomi modern, muncul pertanyaan penting: apakah nilai fidyah harus disesuaikan dengan inflasi dan kenaikan harga bahan pokok?
Konsep Fidyah dalam Islam
Fidyah dihitung berdasarkan jumlah hari puasa yang ditinggalkan, dengan standar pemberian makanan yang cukup bagi seorang miskin per hari. Dalam fiqih klasik, besaran fidyah umumnya dihitung berdasarkan makanan pokok yang lazim di suatu daerah, seperti beras atau gandum. Namun, seiring perkembangan zaman, harga bahan makanan mengalami fluktuasi akibat inflasi dan perubahan ekonomi.
Dampak Inflasi terhadap Fidyah
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam periode tertentu. Hal ini berpengaruh langsung terhadap daya beli masyarakat, termasuk besaran nilai fidyah. Jika fidyah tetap menggunakan standar nilai lama tanpa memperhitungkan inflasi, ada kemungkinan bahwa jumlah yang diberikan tidak lagi mencukupi kebutuhan fakir miskin sesuai dengan standar kehidupan saat ini.
Sebagai contoh, jika pada tahun lalu fidyah setara dengan harga 1,5 kg beras, tetapi harga beras meningkat 10% tahun ini, maka besaran fidyah seharusnya ikut menyesuaikan agar tetap memberikan manfaat yang sama. Dengan demikian, menyesuaikan nilai fidyah dengan harga sekarang menjadi solusi agar tetap relevan dan memberikan dampak yang optimal bagi penerima.
Pendapat Ulama tentang Penyesuaian Fidyah
Banyak ulama berpendapat bahwa fidyah harus memiliki nilai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fakir miskin. Oleh karena itu, beberapa lembaga fatwa dan organisasi zakat menganjurkan agar fidyah dihitung berdasarkan harga makanan pokok terkini di suatu daerah. Hal ini sejalan dengan prinsip keadilan dan kemaslahatan dalam Islam.
Namun, ada juga pendapat yang tetap mempertahankan besaran fidyah berdasarkan ukuran tetap, misalnya dengan takaran makanan tertentu tanpa memperhitungkan kenaikan harga. Pendekatan ini berpegang pada ketentuan syariat yang tidak berubah meskipun kondisi ekonomi berfluktuasi.
Kesimpulan
Menyesuaikan nilai fidyah dengan harga sekarang merupakan langkah yang masuk akal dalam menghadapi inflasi. Dengan demikian, fidyah tetap dapat memberikan manfaat yang sesuai dengan kondisi ekonomi terkini. Meskipun terdapat perbedaan pandangan, yang terpenting adalah memastikan bahwa fidyah benar-benar dapat membantu fakir miskin dan memenuhi tujuan utama dari ibadah ini. Sebagai umat Islam, penting untuk selalu merujuk kepada ulama dan lembaga zakat terpercaya dalam menentukan besaran fidyah yang sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial yang berlaku.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA27/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Dampak Sosial Fidyah dalam Mengurangi Kelaparan di Masyarakat
Fidyah adalah salah satu bentuk ibadah dalam Islam yang berfungsi sebagai kompensasi bagi seseorang yang tidak dapat berpuasa karena alasan tertentu. Fidyah biasanya berupa pemberian makanan kepada orang miskin atau yang membutuhkan. Konsep ini memiliki dampak sosial yang signifikan dalam mengurangi kelaparan di masyarakat.
Fidyah sebagai Solusi Pangan bagi Kaum Dhuafa
Salah satu manfaat utama fidyah adalah membantu kaum dhuafa yang kesulitan mendapatkan makanan. Dengan adanya fidyah, kebutuhan dasar mereka dapat terpenuhi, terutama bagi mereka yang hidup dalam kondisi ekonomi yang kurang mampu. Fidyah menjadi solusi konkret dalam meringankan beban masyarakat yang mengalami kelaparan.
Mendorong Solidaritas Sosial
Praktik fidyah juga mempererat rasa kepedulian sosial di masyarakat. Orang-orang yang membayar fidyah tidak hanya menjalankan kewajiban agama, tetapi juga turut serta dalam membantu sesama. Hal ini menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan saling mendukung antara kelompok masyarakat yang mampu dan yang membutuhkan.
Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Dalam banyak kasus, fidyah disalurkan dalam bentuk makanan yang dibeli dari pedagang atau warung kecil setempat. Dengan demikian, fidyah tidak hanya memberikan manfaat bagi penerima, tetapi juga bagi perekonomian lokal. Siklus ini membantu meningkatkan pendapatan masyarakat kecil dan UMKM yang menjual bahan makanan.
Mengurangi Angka Kemiskinan dan Kelaparan
Fidyah memiliki peran penting dalam mengurangi tingkat kelaparan secara langsung. Ketika fidyah didistribusikan dengan baik, banyak individu yang kesulitan memperoleh makanan sehari-hari dapat merasakan manfaatnya. Oleh karena itu, fidyah menjadi salah satu instrumen yang efektif dalam mengatasi permasalahan kemiskinan dan kelaparan.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, fidyah bukan hanya sekadar kewajiban ibadah, tetapi juga memiliki dampak sosial yang besar dalam mengurangi kelaparan di masyarakat. Dengan penerapan yang baik, fidyah mampu menjadi sarana untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk memahami dan mengoptimalkan fidyah sebagai bentuk kepedulian sosial yang nyata.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA27/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Tata Cara Sedekah
Sedekah adalah ibadah mulia yang memiliki tata cara khusus dalam pelaksanaannya. BAZNAS memberikan panduan lengkap tentang bagaimana melakukan sedekah secara benar, ikhlas, dan bermakna.
Persiapan Sebelum Bersedekah:
Pastikan harta yang akan disedekahkan halal
Niatkan sedekah dengan ikhlas karena Allah
Perhitungkan kemampuan finansial
Pilih penerima sedekah yang tepat sasaran
Etika Saat Bersedekah:
Berikan sedekah dengan penuh rendah hati
Hindari menyakiti perasaan penerima
Jangan sombong atau merasa paling baik
Sembunyikan sedekah sebisa mungkin
Metode Penyaluran Sedekah:
Gunakan lembaga resmi seperti BAZNAS
Pilih program sedekah yang tepat guna
Dokumentasikan proses sedekah
Pastikan dana tersalurkan transparan
Jenis-Jenis Sedekah:
Sedekah materi (uang, barang)
Sedekah waktu dan tenaga
Sedekah ilmu
Sedekah senyum dan motivasi
Pasca Bersedekah:
Bersyukur telah diberi kesempatan berbagi
Tidak mengungkit-ungkit pemberian
Yakin sedekah membawa keberkahan
Terus konsisten dalam bersedekah
Sedekah bukan sekadar memberi, tetapi bentuk ibadah yang mulia. Dengan memahami tata cara yang benar, kita dapat menghadirkan sedekah yang bermakna dan berkelanjutan.
Ayo bersedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/sedekah
Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Penulis: Shifa Indri Hudannaya
Editor: M. Sahal
BERITA27/03/2025 | AdminS
Sedekah Sampah: Ibadah Ramadhan yang Berkelanjutan
Ramadhan bukan sekadar tentang puasa dan sedekah materi, tetapi juga tentang kepedulian lingkungan. Konsep sedekah sampah hadir sebagai inovasi sosial yang mengubah sampah menjadi berkah. BAZNAS memperkenalkan program kreatif yang mengajak masyarakat bertransformasi melalui pengelolaan sampah.
Sedekah sampah memiliki multi manfaat. Pertama, mengurangi timbunan sampah yang merusak lingkungan. Kedua, memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat kurang mampu. Melalui program ini, sampah daur ulang dapat dikonversi menjadi bantuan pendidikan, kesehatan, atau bantuan sosial lainnya.
Caranya sederhana. Masyarakat mengumpulkan sampah layak daur ulang seperti plastik, kertas, dan logam. BAZNAS bekerjasama dengan mitra pengolah sampah akan mengkonversi sampah tersebut menjadi dana sosial. Setiap kilogram sampah yang diserahkan akan bernilai sedekah.
Ini adalah cara cerdas menjalankan sedekah di Ramadhan. Kita tidak sekadar membersihkan lingkungan, tetapi juga membantu sesama dengan cara yang inovatif dan berkelanjutan.
Ayo bersedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/sedekah
Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Penulis: Shifa Indri Hudannaya
Editor M. Sahal
BERITA26/03/2025 | AdminS

Info Rekening Zakat
Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.
BAZNAS
Info Rekening Zakat

