WhatsApp Icon
Harta Duniawi Menurut Islam: Manfaat, Batasan, dan Risikonya

Harta duniawi merupakan bagian yang melekat dalam kehidupan manusia. Sejak manusia menjalani aktivitasnya di pagi hari hingga kembali beristirahat di malam hari, urusan harta hampir selalu hadir dalam berbagai bentuk. Dalam pandangan Islam, harta duniawi bukanlah sesuatu yang dilarang, namun juga bukan tujuan utama hidup seorang muslim. Harta ditempatkan sebagai sarana untuk menjalani kehidupan dan menunaikan kewajiban kepada Allah SWT.

 

Islam memandang harta duniawi sebagai amanah dan ujian. Cara seseorang memperoleh, mengelola, serta membelanjakan hartanya akan menjadi ukuran keimanan dan ketakwaannya. Oleh sebab itu, pemahaman yang benar tentang harta duniawi sangat penting agar seorang muslim tidak terjerumus dalam kecintaan berlebihan terhadap dunia yang bersifat sementara.

Di tengah kehidupan modern, harta duniawi sering dijadikan tolok ukur keberhasilan dan kebahagiaan. Kekayaan, jabatan, dan kemewahan kerap dipandang sebagai simbol kesuksesan. Padahal, Islam mengajarkan bahwa semua itu hanyalah titipan dari Allah SWT yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.

Islam tidak melarang umatnya untuk menjadi kaya. Bahkan, sejarah mencatat banyak sahabat Nabi yang memiliki harta melimpah. Namun, kekayaan tersebut tidak menjauhkan mereka dari Allah SWT. Justru sebaliknya, harta duniawi dijadikan sarana untuk beribadah, membantu sesama, dan memperkuat kemaslahatan umat.

Melalui pembahasan ini, diharapkan umat Islam mampu memahami hakikat harta duniawi secara utuh, sehingga dapat menempatkannya secara proporsional dan tidak melupakan tujuan utama kehidupan, yaitu meraih keselamatan di akhirat.

Peran dan Manfaat Harta Duniawi bagi Seorang Muslim

Harta duniawi memiliki peran penting dalam menunjang kehidupan seorang muslim. Dengan tercukupinya kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal, seorang muslim dapat menjalankan ibadah dengan lebih khusyuk dan tenang. Kekurangan ekonomi yang berat sering kali menjadi penghalang dalam menjalankan kewajiban agama secara optimal.

Selain itu, harta duniawi menjadi sarana untuk melaksanakan berbagai kewajiban sosial dalam Islam. Zakat, infak, dan sedekah merupakan bentuk ibadah yang memiliki dampak besar bagi kesejahteraan umat. Tanpa harta duniawi, peran sosial seorang muslim tentu menjadi terbatas.

Harta duniawi juga dapat menjadi alat dakwah dan pemberdayaan masyarakat. Banyak lembaga pendidikan, kegiatan sosial, serta pelayanan kesehatan yang dapat berjalan karena dukungan harta dari kaum muslimin. Jika dikelola dengan baik, harta duniawi dapat berubah menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir.

Dalam lingkup keluarga, harta duniawi berperan dalam menciptakan ketenteraman rumah tangga. Nafkah yang halal dan mencukupi akan menjaga keharmonisan keluarga serta menjauhkan dari konflik akibat kesulitan ekonomi. Islam bahkan memandang usaha mencari nafkah halal sebagai bentuk ibadah.

Lebih dari itu, harta duniawi juga mendukung peningkatan kualitas hidup seorang muslim, seperti pendidikan dan kesehatan. Selama dimanfaatkan untuk hal-hal yang dibenarkan syariat, harta duniawi menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.

Batasan dalam Mengelola Harta Duniawi

Meski memiliki banyak manfaat, Islam menetapkan batasan yang jelas dalam urusan harta duniawi. Batasan pertama adalah cara memperolehnya. Harta yang diperoleh harus melalui jalan yang halal dan bersih dari riba, penipuan, serta kezaliman terhadap orang lain.

Selain cara memperoleh, Islam juga mengatur cara menggunakan harta duniawi. Pemborosan dan gaya hidup berlebihan dilarang karena bertentangan dengan prinsip kesederhanaan dan rasa syukur. Sikap boros mencerminkan kelalaian dalam menghargai nikmat Allah SWT.

Islam juga mengingatkan agar harta duniawi tidak melalaikan seorang muslim dari kewajiban agama. Ketika harta menyebabkan seseorang meninggalkan shalat, melupakan zakat, atau menjauh dari nilai-nilai Islam, maka harta tersebut telah menjadi sumber mudarat.

Dari sisi batin, Islam mengajarkan agar seorang muslim tidak menggantungkan hatinya pada harta duniawi. Harta boleh dimiliki, namun tidak boleh menguasai hati. Ketergantungan yang berlebihan pada materi dapat merusak keikhlasan dan ketakwaan.

Islam juga menegaskan bahwa dalam harta seorang muslim terdapat hak orang lain. Zakat merupakan kewajiban yang tidak boleh diabaikan, sementara sedekah dan infak menjadi pelengkap yang mendatangkan keberkahan. Mengabaikan hak tersebut menjadikan harta sebagai sumber dosa.

 

Bahaya dan Risiko Terlalu Mencintai Harta Duniawi

Cinta berlebihan terhadap harta duniawi dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Salah satunya adalah munculnya sifat sombong dan merasa lebih tinggi dari orang lain. Ketika harta dijadikan ukuran kemuliaan, nilai-nilai akhlak akan terkikis.

Harta duniawi juga dapat menyeret seseorang ke dalam perbuatan haram. Demi mengejar kekayaan, sebagian orang mengabaikan aturan agama dan menghalalkan segala cara. Dalam kondisi ini, harta duniawi menjadi sumber kehancuran moral dan spiritual.

Risiko lainnya adalah munculnya rasa takut kehilangan yang berlebihan. Ketergantungan pada harta membuat seseorang hidup dalam kecemasan dan kegelisahan. Padahal, Islam mengajarkan ketenangan hati melalui tawakal kepada Allah SWT.

Selain itu, harta duniawi dapat merusak hubungan sosial. Perselisihan, iri hati, dan permusuhan sering kali berawal dari persoalan harta. Islam menekankan pentingnya keadilan dan kepedulian sosial agar harta tidak menjadi sumber perpecahan.

Bahaya terbesar dari cinta dunia adalah kelalaian terhadap kehidupan akhirat. Kesibukan mengejar harta duniawi dapat membuat seseorang lupa bahwa dunia hanyalah tempat singgah sementara.

Menempatkan Harta Duniawi secara Proporsional

Islam mengajarkan keseimbangan dalam menyikapi harta duniawi. Harta bukan untuk ditinggalkan sepenuhnya, namun juga tidak boleh dijadikan tujuan hidup. Dengan niat yang lurus, harta duniawi dapat menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Seorang muslim dituntut untuk mencari harta secara halal, mengelolanya dengan amanah, dan menggunakannya pada jalan yang diridhai Allah SWT. Ketika prinsip ini diterapkan, harta duniawi akan membawa keberkahan dan ketenangan.

Kesadaran bahwa harta hanyalah titipan akan menjaga hati dari keterikatan berlebihan pada dunia. Semua yang dimiliki kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

Dengan menjadikan harta duniawi sebagai alat, bukan tujuan, seorang muslim dapat meraih kebahagiaan sejati. Kebahagiaan tersebut bukan diukur dari banyaknya harta, melainkan dari keberkahan hidup dan ridha Allah SWT.

Semoga pemahaman ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk bijak dalam menyikapi harta duniawi dan tidak melupakan kehidupan akhirat yang kekal.

ZAKAT DI AKHIR TAHUN

 

Zakat bukan sekadar kewajiban, melainkan jalan menuju keberkahan. Dengan menunaikan zakat di akhir tahun, kita turut meringankan beban mustahik dan menghadirkan kebahagiaan bagi mereka yang membutuhkan.

 


Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan.

Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:

https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat

 

#MariMemberi #ZakatInfakSedekah #BAZNASYogyakarta #BahagianyaMustahiq #TentramnyaMuzaki #AmanahProfesionalTransparan

24/12/2025 | Kontributor: Admin Bidang 1
Harta sebagai Amanah dan Ujian: Ini Penjelasan Islam

Dalam pandangan Islam, harta amanah bukan sekadar hasil kerja keras manusia, melainkan titipan dari Allah SWT yang mengandung tanggung jawab besar. Cara seorang muslim memandang, memperoleh, mengelola, dan menggunakan harta akan menentukan nilai ibadahnya di dunia serta hisabnya di akhirat. Oleh karena itu, pembahasan tentang harta amanah menjadi sangat penting agar umat Islam tidak terjebak pada pemahaman materialistis yang menyesatkan.

 

Sejak awal, Islam telah menegaskan bahwa kepemilikan manusia atas harta bersifat relatif. Hakikat kepemilikan sejati tetap berada di tangan Allah SWT. Manusia hanya diberi kepercayaan untuk mengelola harta amanah sesuai dengan aturan syariat. Kesadaran ini menuntun seorang muslim untuk bersikap bijak, adil, dan bertanggung jawab dalam setiap keputusan finansialnya.

Dalam kehidupan modern, tantangan menjaga harta amanah semakin kompleks. Godaan gaya hidup konsumtif, persaingan ekonomi, serta dorongan menumpuk kekayaan sering kali membuat manusia lupa bahwa harta juga merupakan ujian keimanan. Islam hadir memberikan panduan agar harta amanah menjadi jalan kebaikan, bukan sumber kebinasaan.

Artikel ini akan mengulas secara komprehensif makna harta amanah dalam Islam, bagaimana harta menjadi ujian keimanan, cara mengelola harta sesuai syariat, serta konsekuensi spiritual dari pengabaian amanah tersebut. Dengan pemahaman ini, diharapkan umat Islam mampu menempatkan harta amanah secara proporsional dalam kehidupannya.

Makna Harta Amanah dalam Perspektif Islam
Pemahaman tentang harta amanah berangkat dari keyakinan bahwa seluruh kekayaan di alam semesta adalah milik Allah SWT. Manusia hanya berperan sebagai pengelola sementara yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Konsep ini ditegaskan dalam Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa Allah-lah pemilik langit dan bumi beserta isinya.

Ketika seorang muslim menyadari bahwa harta amanah hanyalah titipan, maka cara pandangnya terhadap kekayaan akan berubah. Harta tidak lagi menjadi tujuan utama hidup, melainkan sarana untuk menjalankan perintah Allah. Kesadaran ini mendorong sikap rendah hati dan menjauhkan diri dari kesombongan akibat kepemilikan materi.

Dalam Islam, harta amanah juga berkaitan erat dengan konsep tanggung jawab sosial. Harta yang dimiliki seorang muslim tidak boleh berputar hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi harus memberi manfaat bagi orang lain. Inilah yang membedakan pandangan Islam dengan sistem materialisme murni yang menempatkan kepemilikan individu sebagai hak absolut.

Lebih jauh, harta amanah menuntut kejujuran dalam memperolehnya. Islam melarang segala bentuk harta yang diperoleh secara batil, seperti riba, penipuan, dan korupsi. Dengan demikian, amanah tidak hanya pada penggunaan harta, tetapi juga sejak proses memperolehnya.

Pemahaman ini membentuk karakter muslim yang berhati-hati dalam urusan dunia. Ia menyadari bahwa setiap rupiah dari harta amanah akan dimintai pertanggungjawaban, baik dari mana diperoleh maupun ke mana dibelanjakan. Kesadaran inilah yang menjadi fondasi etika ekonomi Islam.

Harta Amanah sebagai Ujian Keimanan
Dalam Islam, harta amanah bukan hanya nikmat, tetapi juga ujian. Allah SWT menguji hamba-Nya dengan kelapangan maupun kesempitan rezeki untuk melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur. Kekayaan sering kali menjadi ujian yang lebih berat dibandingkan kemiskinan karena berpotensi melalaikan manusia.

Ketika seseorang diberi harta amanah yang melimpah, ia diuji apakah tetap taat atau justru terjerumus dalam kesombongan. Banyak manusia yang lupa diri saat memiliki kekayaan, merasa tidak lagi membutuhkan pertolongan Allah. Padahal, sikap seperti ini dapat menghapus nilai keberkahan dari harta amanah itu sendiri.

Sebaliknya, keterbatasan harta juga merupakan ujian. Dalam kondisi ini, seorang muslim diuji kesabarannya dan keyakinannya bahwa Allah Maha Pemberi Rezeki. Baik kaya maupun miskin, keduanya adalah bentuk ujian atas harta amanah yang harus disikapi dengan iman.

Islam mengajarkan bahwa ukuran keberhasilan bukan terletak pada banyaknya harta amanah, melainkan pada ketakwaan. Kekayaan yang tidak diiringi ketakwaan justru dapat menjadi sebab kebinasaan di akhirat. Oleh karena itu, seorang muslim harus selalu menautkan kepemilikan harta dengan nilai spiritual.

Ujian harta amanah juga tampak pada pilihan penggunaan harta. Apakah harta digunakan untuk hal-hal yang diridhai Allah atau sebaliknya. Setiap keputusan finansial menjadi cerminan kualitas iman seseorang dalam menjaga amanah tersebut.

Cara Mengelola Harta Amanah Sesuai Syariat
Mengelola harta amanah dalam Islam tidak dapat dilepaskan dari prinsip halal dan thayyib. Seorang muslim wajib memastikan bahwa sumber penghasilan berasal dari jalan yang halal. Tanpa kehalalan, harta amanah kehilangan nilai ibadahnya meskipun jumlahnya besar.

Islam juga mengajarkan keseimbangan dalam penggunaan harta amanah. Sikap boros dan kikir sama-sama dilarang. Seorang muslim dianjurkan untuk membelanjakan hartanya secara proporsional, memenuhi kebutuhan diri dan keluarga tanpa melampaui batas.

Pengelolaan harta amanah juga mencakup perencanaan keuangan yang bijak. Islam mendorong umatnya untuk berpikir jangka panjang, menyiapkan kebutuhan masa depan tanpa melupakan kewajiban sosial. Perencanaan ini membantu menjaga stabilitas ekonomi keluarga dan masyarakat.

 

Aspek penting lainnya dalam mengelola harta amanah adalah menunaikan zakat, infak, dan sedekah. Kewajiban ini bukan sekadar ritual, tetapi mekanisme penyucian harta dan pemerataan ekonomi. Dengan berbagi, harta amanah menjadi lebih berkah dan bermanfaat.

Selain itu, Islam mendorong penggunaan harta amanah untuk kemaslahatan umat. Investasi dalam pendidikan, kesehatan, dan kegiatan sosial merupakan bentuk nyata pemanfaatan harta yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dengan demikian, harta tidak hanya dinikmati secara pribadi, tetapi juga memberi dampak luas.

Dampak Mengabaikan Amanah Harta
Mengabaikan harta amanah membawa konsekuensi serius, baik di dunia maupun di akhirat. Ketika harta digunakan tanpa memperhatikan aturan Allah, maka harta tersebut dapat menjadi sumber masalah, seperti konflik, kecemasan, dan ketidakberkahan hidup.

Dalam perspektif Islam, penyalahgunaan harta amanah termasuk bentuk pengkhianatan. Harta yang seharusnya digunakan untuk kebaikan justru menjadi alat kezaliman jika dipakai untuk menindas atau merugikan orang lain. Akibatnya, ketenangan batin sulit diraih meskipun harta melimpah.

Dampak sosial dari pengabaian harta amanah juga sangat besar. Ketimpangan ekonomi, kemiskinan struktural, dan kerusakan moral sering berakar dari keserakahan segelintir orang yang tidak amanah dalam mengelola harta. Islam sangat menentang praktik semacam ini.

Di akhirat kelak, harta amanah akan menjadi salah satu hal yang paling awal dipertanyakan. Rasulullah SAW menegaskan bahwa manusia akan ditanya tentang hartanya, dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan, sebagaimana diriwayatkan dalam Sahih Muslim. Pertanyaan ini menunjukkan betapa seriusnya amanah harta dalam Islam.

Kesadaran akan hisab ini seharusnya membuat seorang muslim lebih berhati-hati. Dengan menjaga harta amanah, seorang muslim tidak hanya menyelamatkan dirinya dari siksa, tetapi juga meraih pahala yang berkelanjutan.

Menjadikan Harta Amanah sebagai Jalan Kebaikan
Pada akhirnya, harta amanah adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan iman seorang muslim. Harta bukan musuh, tetapi alat yang dapat mengantarkan pada kebaikan atau keburukan, tergantung bagaimana amanah itu dijaga. Islam memberikan panduan lengkap agar harta menjadi sarana ibadah dan keberkahan.

Dengan memahami bahwa harta amanah adalah titipan dan ujian, seorang muslim akan lebih bijak dalam bersikap. Ia tidak berlebihan mencintai dunia, namun juga tidak mengabaikan peran harta dalam menopang kehidupan. Keseimbangan inilah yang dikehendaki Islam.

Menjaga harta amanah berarti menjaga hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Ketika harta dikelola sesuai syariat, maka keberkahan akan dirasakan tidak hanya oleh pemiliknya, tetapi juga oleh lingkungan sekitarnya. Inilah tujuan utama dari konsep amanah dalam Islam.

Oleh sebab itu, sudah selayaknya umat Islam terus memperdalam pemahaman tentang harta amanah. Dengan ilmu dan kesadaran, harta dapat menjadi jalan menuju ridha Allah, bukan sumber penyesalan di akhirat. Semoga kita semua termasuk hamba yang amanah dalam mengelola setiap titipan-Nya.

ZAKAT DI AKHIR TAHUN

 

Zakat bukan sekadar kewajiban, tapi jalan keberkahan. Dengan menunaikan zakat di akhir tahun, kita turut mengangkat beban hidup mustahik dan menghadirkan senyum bagi mereka yang membutuhkan.

 


Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan.

Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:

https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat

 

#MariMemberi #ZakatInfakSedekah #BAZNASYogyakarta #BahagianyaMustahiq #TentramnyaMuzaki #AmanahProfesionalTransparan

24/12/2025 | Kontributor: Admin Bidang 1
Mengapa Harta Tidak Dibawa Mati, Ini Penjelasan Islam

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia bekerja keras mengumpulkan kekayaan demi memenuhi kebutuhan dan meraih kenyamanan hidup. Namun, Islam mengingatkan bahwa harta tidak dibawa mati, sehingga setiap muslim perlu memahami posisi harta dalam kehidupan dunia. Kesadaran bahwa harta tidak dibawa mati menjadi pondasi penting agar seorang muslim tidak terjebak dalam kecintaan berlebihan terhadap materi.

 

Konsep harta tidak dibawa mati mengajarkan bahwa segala kepemilikan duniawi bersifat sementara dan akan ditinggalkan saat ajal menjemput. Ketika seseorang wafat, seluruh harta yang dikumpulkan semasa hidup tidak akan ikut bersamanya ke alam kubur. Yang tersisa hanyalah amal perbuatan yang telah dilakukan.

Dalam Islam, pemahaman bahwa harta tidak dibawa mati bukan untuk melemahkan semangat bekerja, melainkan untuk meluruskan niat dan tujuan. Harta tetap dicari dengan cara halal, tetapi tidak dijadikan sebagai tujuan akhir kehidupan.

Banyak ayat dan hadis yang menegaskan bahwa harta tidak dibawa mati, sehingga seorang muslim dianjurkan untuk memanfaatkannya di jalan kebaikan. Dengan pemahaman ini, harta menjadi sarana ibadah, bukan sumber kesombongan.

Oleh karena itu, membahas mengapa harta tidak dibawa mati menurut Islam menjadi penting agar umat Islam mampu menata orientasi hidup secara seimbang antara dunia dan akhirat.

Harta Tidak Dibawa Mati dalam Pandangan Al-Qur’an
Al-Qur’an secara tegas mengingatkan bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Banyak ayat menegaskan bahwa harta tidak dibawa mati dan tidak dapat menyelamatkan manusia dari kematian. Kekayaan yang dibanggakan di dunia akan ditinggalkan tanpa sisa.

Dalam pandangan Al-Qur’an, harta tidak dibawa mati karena manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah, bukan untuk mengumpulkan kekayaan semata. Harta hanya alat untuk mendukung ketaatan, bukan tujuan hidup.

Ayat-ayat Al-Qur’an juga menggambarkan penyesalan orang-orang yang lalai karena terlalu mencintai dunia, padahal harta tidak dibawa mati. Mereka berharap bisa kembali ke dunia hanya untuk beramal saleh, bukan untuk menambah kekayaan.

Pemahaman bahwa harta tidak dibawa mati mendorong seorang muslim untuk tidak terbuai oleh kenikmatan dunia. Al-Qur’an mengajarkan agar harta digunakan sebagai bekal amal, bukan sebagai simbol status semata.

Dengan demikian, Al-Qur’an menanamkan kesadaran mendalam bahwa harta tidak dibawa mati, sehingga orientasi hidup seorang muslim harus selalu diarahkan pada keridaan Allah dan kehidupan akhirat.

Hadis Nabi Menegaskan Harta Tidak Dibawa Mati
Selain Al-Qur’an, Rasulullah SAW melalui hadis-hadisnya menegaskan bahwa harta tidak dibawa mati. Dalam salah satu hadis disebutkan bahwa ketika manusia meninggal, yang mengiringinya ada tiga hal, namun hanya amal yang akan tinggal bersamanya.

Hadis ini menguatkan keyakinan bahwa harta tidak dibawa mati dan hanya akan diwariskan kepada ahli waris. Sementara itu, pahala dan dosa dari pemanfaatan harta itulah yang akan menyertai seseorang hingga akhirat.

Rasulullah SAW juga mencontohkan kehidupan yang sederhana meskipun beliau memiliki kesempatan untuk hidup berkecukupan. Hal ini menjadi teladan bahwa harta tidak dibawa mati dan kesederhanaan lebih mendekatkan pada ketakwaan.

Dengan memahami hadis-hadis tersebut, seorang muslim diingatkan bahwa harta tidak dibawa mati sehingga tidak layak dijadikan sumber kesombongan atau alat menindas orang lain.

Hadis Nabi SAW mendorong umat Islam agar memanfaatkan harta untuk sedekah, infak, dan zakat, karena inilah bentuk harta yang “dibawa” dalam bentuk pahala meskipun secara fisik harta tidak dibawa mati.

Hikmah di Balik Harta Tidak Dibawa Mati
Hikmah utama dari kenyataan bahwa harta tidak dibawa mati adalah agar manusia tidak terikat secara berlebihan pada dunia. Islam mengajarkan keseimbangan, di mana dunia dijadikan ladang amal untuk akhirat.

Ketika seseorang menyadari bahwa harta tidak dibawa mati, ia akan lebih mudah bersyukur atas apa yang dimiliki. Kekayaan tidak lagi menjadi ukuran kebahagiaan, melainkan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Harta tidak dibawa mati juga mengajarkan nilai keadilan sosial. Seorang muslim terdorong untuk berbagi karena menyadari bahwa harta hanyalah titipan sementara yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Selain itu, kesadaran bahwa harta tidak dibawa mati menumbuhkan sikap qanaah atau merasa cukup. Seseorang tidak lagi rakus mengejar dunia dengan cara yang tidak halal.

Dengan demikian, hikmah harta tidak dibawa mati membentuk karakter muslim yang rendah hati, dermawan, dan berorientasi pada kehidupan akhirat.

Harta Tidak Dibawa Mati dan Tanggung Jawab Manusia
Dalam Islam, harta tidak dibawa mati, tetapi tanggung jawab atas harta akan dibawa hingga hari kiamat. Setiap muslim akan dimintai pertanggungjawaban dari mana harta diperoleh dan ke mana harta dibelanjakan.

Kesadaran ini membuat seorang muslim lebih berhati-hati dalam mencari rezeki. Karena harta tidak dibawa mati, maka cara memperolehnya harus halal dan thayyib agar tidak menjadi beban di akhirat.

Harta tidak dibawa mati juga mengingatkan bahwa penumpukan kekayaan tanpa kepedulian sosial adalah perbuatan yang sia-sia. Islam mendorong agar harta dialirkan melalui zakat, infak, dan sedekah.

Tanggung jawab ini menjadikan harta sebagai amanah, bukan hak mutlak. Meskipun harta tidak dibawa mati, catatan amal dari penggunaannya akan kekal.

Oleh sebab itu, pemahaman bahwa harta tidak dibawa mati harus diiringi dengan kesadaran tanggung jawab moral dan spiritual dalam mengelola kekayaan.

Menjadikan Harta Bekal Akhirat
Pada akhirnya, Islam mengajarkan bahwa harta tidak dibawa mati, namun bukan berarti harta tidak penting. Harta tetap dibutuhkan untuk menjalani kehidupan, tetapi harus dikelola dengan bijak dan sesuai syariat.

Kesadaran bahwa harta tidak dibawa mati seharusnya mendorong umat Islam untuk menjadikan kekayaan sebagai sarana amal. Dengan demikian, harta yang fana dapat berubah menjadi pahala yang kekal.

Seorang muslim yang memahami bahwa harta tidak dibawa mati akan lebih fokus memperbanyak amal saleh, memperbaiki niat, dan menjaga akhlak dalam bermuamalah.

Harta tidak dibawa mati juga menjadi pengingat agar manusia tidak lalai dari tujuan hidup yang sejati, yaitu beribadah kepada Allah dan meraih kebahagiaan akhirat.

Dengan memahami dan mengamalkan ajaran ini, umat Islam diharapkan mampu menempatkan harta secara proporsional, menyadari bahwa harta tidak dibawa mati, sementara amal saleh adalah bekal utama menuju kehidupan yang abadi.

ZAKAT DI AKHIR TAHUN

 

Zakat bukan sekadar kewajiban, tapi jalan keberkahan. Dengan menunaikan zakat di akhir tahun, kita turut mengangkat beban hidup mustahik dan menghadirkan senyum bagi mereka yang membutuhkan.

 


Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan.

Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:

https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat

 

#MariMemberi #ZakatInfakSedekah #BAZNASYogyakarta #BahagianyaMustahiq #TentramnyaMuzaki #AmanahProfesionalTransparan

24/12/2025 | Kontributor: Admin Bidang 1
Harta Halal vs Haram: Ini Perbedaannya Menurut Islam

Dalam kehidupan seorang muslim, persoalan harta halal dan haram bukan sekadar urusan ekonomi, tetapi juga menyangkut akidah, ibadah, dan keberkahan hidup. Setiap rezeki yang diperoleh akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT, sehingga pemahaman tentang harta halal dan haram menjadi fondasi penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

 

Islam memandang harta sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan tujuan utama hidup. Oleh karena itu, harta halal dan haram harus dipahami secara utuh agar seorang muslim tidak terjebak pada kenikmatan dunia yang justru menjauhkan dirinya dari nilai-nilai ketakwaan.

Di era modern, sumber penghasilan semakin beragam dan kompleks. Tanpa pemahaman yang benar, batas antara harta halal dan haram bisa menjadi kabur. Inilah sebabnya Islam memberikan panduan yang jelas agar umatnya tidak salah langkah dalam mencari, menggunakan, dan mengelola harta.

Pembahasan mengenai harta halal dan haram juga berkaitan erat dengan ketenangan hati. Harta yang halal mendatangkan keberkahan, sementara harta haram meskipun tampak menguntungkan sering kali membawa kegelisahan dan masalah dalam hidup seseorang.

Melalui artikel ini, kita akan mengulas secara mendalam perbedaan harta halal dan haram menurut Islam, lengkap dengan dalil, prinsip, serta dampaknya bagi kehidupan dunia dan akhirat.

Pengertian Harta Halal dan Haram dalam Islam
Harta halal dan haram dalam Islam didefinisikan berdasarkan sumber dan cara memperolehnya. Harta halal dan haram ditentukan oleh syariat, bukan oleh penilaian manusia semata, sehingga standar yang digunakan adalah Al-Qur’an dan Sunnah.

Dalam Islam, harta halal dan haram berkaitan dengan ketaatan seorang hamba kepada perintah Allah. Harta halal adalah harta yang diperoleh melalui cara yang dibenarkan syariat, sementara harta haram berasal dari jalan yang dilarang, meskipun secara hukum dunia terlihat sah.

Pemahaman tentang harta halal dan haram juga mencakup cara penggunaannya. Harta yang asalnya halal dapat berubah menjadi haram jika digunakan untuk kemaksiatan atau hal yang merugikan orang lain.

Islam menegaskan bahwa harta halal dan haram tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada keluarga dan masyarakat. Harta haram yang beredar dapat merusak tatanan sosial dan menimbulkan ketidakadilan.

Dengan memahami konsep harta halal dan haram, seorang muslim diharapkan mampu menjaga dirinya dari perbuatan yang dilarang serta menumbuhkan sikap amanah dan tanggung jawab dalam bermuamalah.

Ciri-Ciri Harta Halal Menurut Islam
Harta halal dan haram dapat dibedakan dari cara memperolehnya. Harta halal dan haram terlihat jelas ketika sumber penghasilan berasal dari pekerjaan yang jujur, tidak merugikan pihak lain, dan sesuai dengan ketentuan syariat.

Ciri utama harta halal dan haram adalah adanya keadilan dalam transaksi. Harta halal diperoleh tanpa unsur penipuan, riba, gharar, maupun eksploitasi, sehingga membawa ketenangan bagi pemiliknya.

Dalam konteks harta halal dan haram, harta halal mendorong pemiliknya untuk bersyukur dan berbagi. Semakin halal sumber harta, semakin ringan pula seseorang dalam menunaikan zakat, infak, dan sedekah.

Keberkahan menjadi pembeda penting antara harta halal dan haram. Harta halal meskipun sedikit mampu mencukupi kebutuhan dan menghadirkan ketentraman dalam keluarga.

Islam mengajarkan bahwa harta halal dan haram dapat dikenali dari dampaknya. Harta halal menumbuhkan kebaikan, sedangkan harta haram sering kali memicu konflik, keserakahan, dan menjauhkan dari ibadah.

Bentuk-Bentuk Harta Haram yang Harus Dihindari
Pembahasan harta halal dan haram tidak lengkap tanpa memahami sumber-sumber harta haram. Islam secara tegas melarang penghasilan yang berasal dari riba, korupsi, pencurian, dan penipuan.

Dalam praktik sehari-hari, harta halal dan haram juga tampak pada transaksi yang tidak transparan. Suap dan gratifikasi termasuk harta haram meskipun dilakukan secara terselubung.

Harta halal dan haram berkaitan erat dengan kejujuran. Penghasilan dari manipulasi data, mark-up harga, atau kecurangan timbangan jelas masuk dalam kategori harta haram menurut Islam.

Selain itu, harta halal dan haram juga mencakup penghasilan dari usaha yang objeknya diharamkan, seperti perdagangan minuman keras atau perjudian, meskipun menghasilkan keuntungan besar.

 

Dengan menjauhi sumber harta halal dan haram yang haram, seorang muslim menjaga kesucian rezekinya serta melindungi dirinya dari murka Allah SWT.

Dampak Harta Halal dan Haram terhadap Kehidupan
Harta halal dan haram memiliki dampak yang sangat berbeda dalam kehidupan. Harta halal dan haram memengaruhi kualitas ibadah, doa, dan hubungan seseorang dengan Allah SWT.

Dalam Islam dijelaskan bahwa doa orang yang memakan harta haram sulit dikabulkan. Oleh karena itu, menjaga harta halal dan haram menjadi kunci diterimanya amal ibadah.

Harta halal dan haram juga berdampak pada keharmonisan keluarga. Harta halal membawa ketenangan, sementara harta haram sering memicu pertengkaran dan ketidakberkahan dalam rumah tangga.

Secara sosial, peredaran harta halal dan haram memengaruhi keadilan ekonomi. Harta halal mendorong kesejahteraan bersama, sedangkan harta haram memperlebar kesenjangan.

Dari sisi akhirat, harta halal dan haram akan dihisab secara detail. Setiap muslim akan ditanya dari mana hartanya diperoleh dan untuk apa digunakan.

Cara Menjaga Diri dari Harta Haram
Menjaga diri dari harta halal dan haram dimulai dengan niat yang lurus dalam mencari rezeki. Niat yang benar akan menuntun seseorang untuk memilih jalan yang halal meskipun terasa sulit.

Ilmu menjadi benteng utama dalam memahami harta halal dan haram. Dengan belajar fiqih muamalah, seorang muslim dapat membedakan transaksi yang dibolehkan dan yang dilarang.

Dalam kehidupan modern, kehati-hatian sangat dibutuhkan agar tidak terjerumus dalam harta halal dan haram yang samar. Prinsip kehati-hatian atau wara’ menjadi sikap yang dianjurkan.

Evaluasi sumber penghasilan secara berkala membantu menjaga harta halal dan haram tetap bersih. Jika ditemukan unsur yang meragukan, Islam menganjurkan untuk meninggalkannya.

Dengan konsistensi menjaga harta halal dan haram, seorang muslim akan merasakan ketenangan batin dan keberkahan hidup yang hakiki.

Sebagai penutup, pemahaman tentang harta halal dan haram merupakan bagian penting dari keimanan seorang muslim. Harta bukan sekadar alat pemuas kebutuhan, tetapi amanah yang kelak dipertanggungjawabkan.

Islam telah memberikan panduan yang jelas mengenai harta halal dan haram, mulai dari cara memperoleh hingga cara menggunakannya. Mengikuti panduan ini adalah wujud ketaatan kepada Allah SWT.

Dengan menjaga harta halal dan haram, seorang muslim tidak hanya meraih ketenangan di dunia, tetapi juga keselamatan di akhirat. Keberkahan hidup terletak pada kehalalan rezeki yang diperoleh.

Semoga pemahaman tentang harta halal dan haram dalam artikel ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dalam bermuamalah dan mencari rezeki.

Akhirnya, marilah kita berdoa agar Allah SWT senantiasa membimbing kita dalam memperoleh harta halal dan haram yang halal, serta menjauhkan kita dari rezeki yang haram dan meragukan.

ZAKAT DI AKHIR TAHUN

 

Zakat bukan sekadar kewajiban, tapi jalan keberkahan. Dengan menunaikan zakat di akhir tahun, kita turut mengangkat beban hidup mustahik dan menghadirkan senyum bagi mereka yang membutuhkan.

 


Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan.

Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:

https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat

 

#MariMemberi #ZakatInfakSedekah #BAZNASYogyakarta #BahagianyaMustahiq #TentramnyaMuzaki #AmanahProfesionalTransparan

24/12/2025 | Kontributor: Admin Bidang 1
7 Cara Menjaga Kehalalan Harta agar Hidup Lebih Berkah

Dalam Islam, persoalan harta tidak hanya berkaitan dengan jumlah dan kepemilikan, tetapi juga menyangkut kehalalan cara memperolehnya. Harta halal menjadi fondasi penting bagi kehidupan seorang muslim karena berpengaruh langsung terhadap keberkahan hidup, ketenangan batin, serta diterimanya ibadah. Banyak orang memiliki harta melimpah, namun tidak merasakan ketenteraman karena mengabaikan prinsip harta halal dalam kehidupannya.

 

Kesadaran tentang harta halal perlu terus ditumbuhkan, terutama di tengah tantangan ekonomi modern yang menghadirkan berbagai bentuk transaksi abu-abu. Islam hadir dengan pedoman yang jelas agar umatnya mampu membedakan mana harta halal dan mana yang harus dihindari. Dengan menjaga harta halal, seorang muslim tidak hanya menjaga dirinya sendiri, tetapi juga keluarganya dari dampak buruk harta yang tidak diridhai Allah.

Artikel ini akan membahas tujuh cara menjaga harta halal agar hidup lebih berkah. Setiap pembahasan disusun secara sistematis dan mendalam, sehingga dapat menjadi panduan praktis bagi umat Islam dalam mengelola harta halal di kehidupan sehari-hari.


1. Memahami Konsep Harta Halal dalam Islam

Pemahaman yang benar tentang harta halal merupakan langkah awal yang sangat penting bagi setiap muslim. Harta halal adalah harta yang diperoleh melalui cara yang dibenarkan oleh syariat Islam, baik dari segi sumber, proses, maupun penggunaannya. Tanpa pemahaman ini, seseorang bisa terjebak pada praktik yang merusak kehalalan hartanya tanpa disadari.

Dalam Islam, harta halal tidak hanya dilihat dari hasil akhirnya, tetapi juga dari proses yang dilalui. Meskipun hasilnya tampak baik, jika proses memperolehnya melanggar ketentuan syariat, maka harta halal tidak akan terwujud. Oleh karena itu, Islam sangat menekankan kejujuran, keadilan, dan transparansi dalam setiap aktivitas ekonomi.

Pemahaman tentang harta halal juga mencakup kesadaran bahwa segala harta sejatinya adalah titipan Allah. Dengan memahami hal ini, seorang muslim akan lebih berhati-hati dalam mencari dan menggunakan harta halal, karena sadar bahwa setiap harta akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Harta halal memiliki dampak langsung terhadap kehidupan spiritual seseorang. Doa yang dipanjatkan, ibadah yang dilakukan, dan amal yang dikerjakan sangat dipengaruhi oleh kehalalan harta. Rasulullah SAW menegaskan bahwa makanan dan minuman dari harta halal menjadi sebab diterimanya doa seorang hamba.

Dengan memahami konsep harta halal secara menyeluruh, seorang muslim akan memiliki landasan kuat untuk menjalani kehidupan ekonomi yang sesuai syariat. Pemahaman ini menjadi benteng awal agar harta halal senantiasa terjaga dan membawa keberkahan.


2. Mencari Nafkah dengan Cara yang Dibenarkan Syariat

Cara mencari nafkah sangat menentukan status harta halal yang dimiliki seseorang. Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras, namun tetap dalam koridor yang dibenarkan oleh syariat. Setiap pekerjaan yang halal dan dilakukan dengan jujur akan menghasilkan harta halal yang penuh keberkahan.

Harta halal tidak akan diperoleh dari pekerjaan yang mengandung unsur riba, penipuan, perjudian, atau praktik zalim lainnya. Oleh sebab itu, seorang muslim wajib memastikan bahwa profesi atau usaha yang dijalani tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Kesadaran ini menjadi kunci utama dalam menjaga harta halal.

Dalam kehidupan modern, bentuk pekerjaan semakin beragam dan kompleks. Di sinilah pentingnya sikap kritis dan kehati-hatian agar harta halal tetap terjaga. Seorang muslim dianjurkan untuk bertanya, belajar, dan berkonsultasi apabila ragu terhadap status kehalalan suatu pekerjaan.

Harta halal yang diperoleh dari kerja keras juga akan membentuk karakter pribadi yang lebih bertanggung jawab. Seseorang yang mencari harta halal dengan cara yang benar akan lebih menghargai hasil usahanya dan menggunakannya untuk hal-hal yang diridhai Allah.

Dengan menjadikan syariat sebagai pedoman dalam mencari nafkah, harta halal akan menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan justru menjauhkan. Inilah tujuan utama Islam dalam mengatur aspek ekonomi umatnya.


3. Menjauhi Riba dan Transaksi Haram

Riba merupakan salah satu faktor utama yang merusak kehalalan harta. Islam dengan tegas melarang riba karena dampaknya yang merugikan dan menzalimi. Oleh karena itu, menjaga harta halal berarti berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi segala bentuk riba dalam transaksi keuangan.

Harta halal tidak akan tercapai jika seseorang terbiasa melakukan transaksi yang mengandung unsur riba, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam praktik sehari-hari, riba bisa muncul dalam pinjaman berbunga, denda keterlambatan, atau keuntungan yang tidak adil dalam transaksi.

Menjaga harta halal juga berarti berhati-hati dalam memilih lembaga keuangan dan instrumen ekonomi. Seorang muslim dianjurkan untuk memilih sistem yang sesuai dengan prinsip syariah agar harta halal tetap terjaga dan tidak tercampur dengan yang haram.

Selain riba, transaksi haram lainnya seperti penipuan, suap, dan manipulasi juga harus dihindari. Meskipun terlihat menguntungkan dalam jangka pendek, praktik tersebut akan menghilangkan keberkahan harta halal dan mendatangkan mudarat di kemudian hari.

Dengan menjauhi riba dan transaksi haram, seorang muslim sedang melindungi harta halal miliknya. Sikap ini mencerminkan ketaatan kepada Allah dan kepedulian terhadap dampak sosial dari aktivitas ekonomi yang dijalani.

 


4. Mengeluarkan Zakat dan Hak Orang Lain

Harta halal tidak hanya ditentukan oleh cara memperolehnya, tetapi juga oleh cara mengelolanya. Salah satu cara menjaga harta halal adalah dengan menunaikan zakat dan mengeluarkan hak orang lain yang ada di dalam harta tersebut. Zakat merupakan kewajiban yang menyucikan harta dan jiwa.

Dengan mengeluarkan zakat, harta halal menjadi bersih dari hak orang lain yang tertahan. Islam mengajarkan bahwa dalam setiap harta halal terdapat hak fakir miskin dan golongan yang membutuhkan. Mengabaikan zakat dapat menghilangkan keberkahan harta tersebut.

Harta halal yang dizakati akan tumbuh dan membawa ketenteraman batin bagi pemiliknya. Zakat bukanlah pengurang harta, melainkan sarana untuk menjaga keberkahan dan kelangsungan harta halal dalam jangka panjang.

Selain zakat, seorang muslim juga dianjurkan untuk memperhatikan kewajiban lain seperti infak dan sedekah. Meskipun bersifat sunnah, infak dan sedekah memperkuat nilai harta halal sebagai sarana kebaikan dan kebermanfaatan sosial.

Dengan menunaikan zakat dan hak orang lain, harta halal tidak hanya menjadi milik pribadi, tetapi juga menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat luas. Inilah salah satu bentuk nyata keberkahan harta dalam Islam.


5. Menggunakan Harta untuk Hal yang Diridhai Allah

Menjaga harta halal tidak berhenti pada cara memperolehnya, tetapi juga mencakup bagaimana harta tersebut digunakan. Penggunaan harta halal untuk tujuan yang baik akan memperkuat nilai keberkahan dalam kehidupan seorang muslim.

Harta halal seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang wajar, mendukung ibadah, dan membantu sesama. Jika harta halal digunakan untuk maksiat atau hal yang dilarang, maka keberkahannya akan berkurang meskipun sumbernya halal.

Islam mengajarkan keseimbangan dalam menggunakan harta halal, tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir. Sikap moderat ini membantu seorang muslim menjaga hubungan yang sehat antara harta dan kehidupan spiritualnya.

Penggunaan harta halal yang tepat juga berdampak pada keluarga. Nafkah yang berasal dari harta halal akan membentuk lingkungan keluarga yang lebih harmonis dan mendukung tumbuhnya generasi yang saleh.

Dengan menjadikan ridha Allah sebagai tujuan utama dalam penggunaan harta halal, seorang muslim akan merasakan bahwa hartanya benar-benar menjadi sarana mendekatkan diri kepada-Nya.


6. Bersikap Jujur dan Amanah dalam Urusan Harta

Kejujuran dan amanah adalah nilai utama dalam menjaga harta halal. Tanpa kejujuran, harta halal sangat mudah tercemar oleh praktik yang tidak dibenarkan. Islam menempatkan kejujuran sebagai pondasi utama dalam setiap transaksi.

Harta halal hanya dapat terjaga jika seseorang bersikap amanah dalam mengelola titipan, tanggung jawab, dan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Pengkhianatan terhadap amanah akan merusak kehalalan harta dan menghilangkan keberkahan.

Dalam kehidupan sehari-hari, sikap jujur tercermin dalam keterbukaan harga, kejelasan akad, dan tidak menyembunyikan cacat dalam jual beli. Semua ini berperan penting dalam menjaga harta halal tetap bersih dan diridhai Allah.

Harta halal yang diperoleh dengan kejujuran akan membawa ketenangan hati. Seseorang tidak akan dihantui rasa bersalah atau takut karena hartanya diperoleh dengan cara yang benar dan penuh integritas.

Dengan menjadikan kejujuran dan amanah sebagai prinsip hidup, seorang muslim sedang membangun fondasi kuat bagi keberlangsungan harta halal yang penuh keberkahan.


7. Selalu Berdoa dan Memohon Keberkahan Harta

Usaha menjaga harta halal perlu disertai dengan doa dan ketergantungan kepada Allah. Doa menjadi penguat spiritual agar harta halal yang dimiliki senantiasa berada dalam lindungan dan keberkahan-Nya.

Seorang muslim dianjurkan untuk berdoa agar diberikan rezeki dari harta halal dan dijauhkan dari harta yang haram atau syubhat. Doa ini mencerminkan kesadaran bahwa segala rezeki datang dari Allah semata.

Harta halal yang disertai doa akan membawa ketenangan batin dan rasa cukup. Seseorang tidak mudah tergoda oleh jalan pintas yang merusak kehalalan harta karena yakin bahwa Allah telah menjamin rezeki setiap hamba-Nya.

Doa juga menjadi sarana introspeksi agar seorang muslim terus memperbaiki cara mencari dan menggunakan harta halal. Dengan doa, hati menjadi lebih peka terhadap nilai-nilai syariat dalam kehidupan ekonomi.

Dengan mengiringi usaha dengan doa, harta halal tidak hanya menjadi sarana pemenuhan kebutuhan dunia, tetapi juga bekal menuju kehidupan akhirat yang lebih baik.


Menjaga harta halal adalah tanggung jawab setiap muslim yang ingin hidup lebih berkah dan diridhai Allah. Harta halal bukan sekadar soal halal atau haram secara hukum, tetapi juga menyangkut dampaknya terhadap ibadah, keluarga, dan kehidupan sosial.

Dengan memahami konsep harta halal, mencari nafkah yang benar, menjauhi riba, menunaikan zakat, menggunakan harta untuk kebaikan, bersikap jujur, serta selalu berdoa, seorang muslim dapat menjaga harta halal secara utuh dan berkelanjutan.

Semoga upaya menjaga harta halal ini menjadikan hidup lebih tenang, ibadah lebih khusyuk, dan rezeki yang dimiliki benar-benar membawa keberkahan di dunia dan akhirat.


ZAKAT DI AKHIR TAHUN

 

Zakat bukan sekadar kewajiban, tapi jalan keberkahan. Dengan menunaikan zakat di akhir tahun, kita turut mengangkat beban hidup mustahik dan menghadirkan senyum bagi mereka yang membutuhkan.

 


Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan.

Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:

https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat

 

 

#MariMemberi #ZakatInfakSedekah #BAZNASYogyakarta #BahagianyaMustahiq #TentramnyaMuzaki #AmanahProfesionalTransparan

24/12/2025 | Kontributor: Admin Bidang 1

Artikel Terbaru

Keutamaan Shalat Tahajud di Bulan Mulia
Keutamaan Shalat Tahajud di Bulan Mulia
Shalat tahajud adalah salah satu ibadah sunnah yang sangat istimewa dalam Islam. Shalat ini dilakukan pada malam hari setelah tidur, dan memiliki keutamaan luar biasa bagi siapa saja yang mengamalkannya dengan ikhlas. Keutamaan shalat tahajud di bulan mulia, seperti Ramadan, Muharram, atau bulan-bulan hijriyah lainnya, semakin besar karena Allah SWT melipatgandakan pahala di waktu-waktu penuh berkah. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap tentang keutamaan shalat tahajud di bulan mulia, dalil-dalil yang mendukung, doa setelah shalat tahajud, serta manfaatnya bagi kehidupan dunia dan akhirat. Apa Itu Shalat Tahajud? Shalat tahajud adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari setelah seseorang tidur terlebih dahulu. Minimal dua rakaat, namun lebih utama jika dikerjakan lebih banyak, bahkan Rasulullah SAW biasa melaksanakan hingga 11 atau 13 rakaat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan pada sebagian malam hari, lakukanlah shalat tahajud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”(QS. Al-Isra: 79) Ayat ini menjadi dalil utama bahwa shalat tahajud adalah amalan yang mendekatkan seorang hamba pada kemuliaan di sisi Allah. Waktu Terbaik Melaksanakan Shalat Tahajud Keutamaan shalat tahajud di bulan mulia akan semakin besar jika dilakukan pada sepertiga malam terakhir. Rasulullah SAW bersabda: “Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir setiap malam, lalu berfirman: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku beri. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.’”(HR. Bukhari dan Muslim) Sepertiga malam terakhir adalah waktu terbaik karena doa lebih mustajab, ampunan terbuka lebar, dan rahmat Allah tercurah. Keutamaan Shalat Tahajud di Bulan Mulia 1. Mendekatkan Diri kepada Allah Shalat tahajud adalah ibadah yang penuh kekhusyukan. Di saat orang lain tidur lelap, seorang hamba yang bangun untuk bermunajat kepada Allah akan merasakan kedekatan spiritual yang sangat dalam. 2. Doa Lebih Mustajab Doa yang dipanjatkan setelah shalat tahajud di bulan mulia memiliki peluang besar untuk dikabulkan. Rasulullah SAW dan para sahabat sering menjadikan waktu tahajud sebagai momen terbaik untuk memohon hajat. 3. Mendapat Pujian Allah Dalam Al-Qur’an, Allah memuji orang-orang yang bangun di malam hari untuk shalat: “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”(QS. As-Sajdah: 16) 4. Menjadi Jalan Masuk Surga Shalat tahajud adalah amalan ahli surga. Dalam hadis disebutkan bahwa orang yang membiasakan tahajud akan dimasukkan Allah ke dalam surga dengan penuh kemuliaan. 5. Menenangkan Hati dan Jiwa Keutamaan shalat tahajud juga terasa dalam kehidupan sehari-hari. Hati menjadi lebih tenang, pikiran lebih jernih, dan jiwa lebih sabar menghadapi ujian. Shalat Tahajud di Bulan Ramadan dan Bulan Mulia Lainnya Di bulan Ramadan, shalat malam lebih populer dikenal sebagai shalat tarawih dan witir. Namun, tahajud tetap bisa dilakukan, terutama di malam-malam terakhir Ramadan yang penuh dengan Lailatul Qadar. Bulan Muharram, Rajab, Sya’ban, dan Dzulhijjah juga dikenal sebagai bulan mulia dalam Islam. Melaksanakan tahajud di bulan-bulan ini akan dilipatgandakan pahalanya. Tata Cara Shalat Tahajud Niat dalam hati untuk melaksanakan shalat tahajud. Takbiratul ihram lalu membaca doa iftitah. Membaca Al-Fatihah dan surah pendek. Rukuk, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, lalu sujud lagi. Melanjutkan ke rakaat berikutnya. Salam. Jumlah rakaat bisa 2, 4, 6, 8, hingga 11 rakaat sesuai kemampuan. Doa Setelah Shalat Tahajud Rasulullah SAW biasa membaca doa panjang setelah shalat tahajud. Salah satunya: Doa Latin:Allahumma lakal hamdu anta qayyimus samaawati wal-ardhi wa man fiihinna. Walakal hamdu laka mulkus samaawati wal-ardhi wa man fiihinna... Artinya:“Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu. Engkau penegak langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkaulah penguasa langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya...” Doa ini dapat dipanjatkan sambil memohon ampunan, rezeki halal, kesehatan, dan keselamatan dunia akhirat. Manfaat Shalat Tahajud bagi Kehidupan Selain pahala akhirat, shalat tahajud juga memiliki manfaat nyata: Membuat tubuh lebih sehat karena pola tidur teratur. Menenangkan pikiran dan mengurangi stres. Memberi kekuatan mental untuk menghadapi tantangan hidup. Membiasakan disiplin dan kesungguhan dalam beribadah. Shalat tahajud adalah ibadah yang sangat mulia dan penuh dengan keutamaan. Terlebih lagi, keutamaan shalat tahajud di bulan mulia semakin besar karena Allah SWT membuka pintu rahmat dan keberkahan. Dengan membiasakan diri melaksanakan shalat tahajud, kita tidak hanya mendapatkan pahala besar, tetapi juga ketenangan hati, doa yang mustajab, dan kedekatan dengan Allah SWT. Mari jadikan shalat tahajud sebagai amalan rutin, terutama di bulan-bulan mulia, agar hidup kita senantiasa diberkahi dan dipenuhi rahmat Allah. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Doa Keselamatan untuk Diri dan Keluarga Menurut Islam
Doa Keselamatan untuk Diri dan Keluarga Menurut Islam
Setiap manusia tentu menginginkan hidup penuh keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Keselamatan bukan hanya terhindar dari musibah, tetapi juga mencakup keberkahan hidup, terjaga dari keburukan, serta mendapat perlindungan Allah SWT. Islam telah mengajarkan banyak doa keselamatan untuk diri dan keluarga, yang dapat diamalkan setiap hari agar hidup lebih tenang dan penuh berkah. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang doa-doa keselamatan yang diajarkan Rasulullah SAW, waktu terbaik membacanya, serta keutamaan mengamalkan doa-doa ini untuk melindungi diri dan keluarga tercinta. Pentingnya Memohon Keselamatan dalam Islam Keselamatan adalah nikmat besar dari Allah. Tanpa keselamatan, harta melimpah dan kedudukan tinggi pun tidak berarti. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Mintalah kepada Allah ampunan dan keselamatan, karena tidak ada pemberian yang lebih baik setelah yakin (iman) daripada keselamatan.”(HR. Tirmidzi) Hadis ini menegaskan betapa pentingnya kita selalu berdoa memohon keselamatan kepada Allah SWT. Doa Keselamatan untuk Diri Sendiri Berikut beberapa doa keselamatan yang dapat diamalkan: 1. Doa Keselamatan Umum Latin:Allahumma inni as’aluka al-‘afwa wal-‘afiyata fid-dunya wal-akhirah. Artinya:“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan di dunia dan di akhirat.” Doa ini sangat dianjurkan untuk dibaca setiap hari, terutama setelah shalat fardhu. 2. Doa Perlindungan dari Segala Keburukan Latin:Bismillahil-ladzi la yadurru ma’asmihi syai’un fil-ardi wa laa fis-sama’i wa huwas-sami’ul-‘alim. Artinya:“Dengan nama Allah yang dengan menyebut-Nya, tidak ada sesuatu pun yang dapat membahayakan di bumi maupun di langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) Doa ini sangat baik dibaca setiap pagi dan sore untuk melindungi diri dari segala musibah. Doa Keselamatan untuk Keluarga Keluarga adalah anugerah terindah, dan menjaga keselamatan mereka adalah doa setiap orang tua maupun anggota keluarga. 1. Doa Mohon Perlindungan untuk Anak Latin:U’idzuka bikalimatillahit-tammati min kulli syaithanin wa hammah, wa min kulli ‘ainin lammah. Artinya:“Aku memohon perlindungan untukmu dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari setiap setan, binatang berbisa, dan dari pandangan mata yang jahat.”(HR. Bukhari) Rasulullah SAW biasa membacakan doa ini kepada cucunya, Hasan dan Husain. 2. Doa Keluarga Agar Selamat Dunia Akhirat Latin:Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a’yun, waj’alna lil-muttaqina imama. Artinya:“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan hidup dan keturunan sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al-Furqan: 74) Doa ini dapat diamalkan agar keluarga senantiasa diberkahi dan dilindungi oleh Allah SWT. Waktu Terbaik Membaca Doa Keselamatan Setelah shalat fardhu – momen paling utama memohon perlindungan. Sepertiga malam terakhir – saat doa lebih mustajab, terutama setelah shalat tahajud. Pagi dan sore hari – sebagai benteng perlindungan sepanjang waktu. Ketika bepergian – agar dijaga dari marabahaya di perjalanan. Ketika ada musibah – sebagai bentuk tawakal dan permohonan pertolongan. Keutamaan Membaca Doa Keselamatan Mengamalkan doa keselamatan secara rutin memiliki banyak manfaat, di antaranya: Mendapat perlindungan Allah dari segala mara bahaya. Hati lebih tenang, tidak mudah cemas atau takut. Keluarga terjaga dari gangguan setan dan keburukan. Dilapangkan rezeki dan diberi keberkahan hidup. Diselamatkan di akhirat, terhindar dari azab kubur dan neraka. Doa Keselamatan yang Dianjurkan Rasulullah SAW Salah satu doa yang paling sering dibaca Nabi SAW adalah: Latin:Allahumma inni as’alukal-‘afwa wal-‘afiyata fid-dunya wal-akhirah. Allahumma inni as’alukal-‘afwa wal-‘afiyata fi dini wa dunyaya wa ahli wa mali. Artinya:“Ya Allah, aku memohon ampunan dan keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya Allah, aku memohon keselamatan dalam agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku.”(HR. Abu Dawud) Doa ini sangat lengkap, mencakup keselamatan untuk diri sendiri, keluarga, harta, serta urusan agama dan dunia. Doa adalah senjata seorang Muslim. Dengan memanjatkan doa keselamatan untuk diri dan keluarga menurut Islam, kita sedang berserah diri kepada Allah, Sang Pemilik Keselamatan sejati. Tidak ada yang bisa benar-benar melindungi selain Allah SWT. Mari kita biasakan membaca doa-doa keselamatan setiap hari, agar diri, keluarga, dan keturunan kita senantiasa berada dalam lindungan-Nya. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Niat dan Tata Cara Shalat Tahajud Lengkap Sesuai Sunnah
Niat dan Tata Cara Shalat Tahajud Lengkap Sesuai Sunnah
Shalat tahajud merupakan salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah. Keutamaan shalat tahajud begitu besar karena dilakukan pada sepertiga malam terakhir, waktu yang penuh keberkahan dan mustajab untuk berdoa. Bagi umat Islam yang ingin mendekatkan diri kepada Allah, penting untuk mengetahui niat shalat tahajud, tata cara, serta keutamaannya. Dalil tentang Shalat Tahajud Allah berfirman dalam Al-Qur’an:"Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah tambahan bagimu), mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra: 79) Hadis dari Rasulullah juga menyebutkan:"Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam." (HR. Muslim) Niat Shalat Tahajud Niat shalat tahajud cukup diucapkan dalam hati ketika hendak melaksanakannya. Namun, untuk memudahkan, berikut bacaan niatnya: Usholli sunnatat-tahajjudi rak’ataini lillahi ta’ala(Aku niat shalat sunnah tahajud dua rakaat karena Allah Ta’ala) Tata Cara Shalat Tahajud Bangun dari tidur pada malam hari setelah shalat isya. Berwudhu terlebih dahulu. Membaca niat shalat tahajud. Shalat minimal 2 rakaat, maksimal tidak terbatas (umumnya 8 rakaat, ditutup witir 3 rakaat). Membaca doa setelah shalat tahajud. Keutamaan Shalat Tahajud Mendapatkan kedudukan yang mulia di sisi Allah. Doa lebih mudah dikabulkan. Membersihkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah. Menjadi kebiasaan orang-orang saleh terdahulu. Dengan mengetahui niat shalat tahajud dan tata cara pelaksanaannya, umat Islam dapat semakin termotivasi untuk rutin melaksanakannya. Shalat malam adalah salah satu kunci keberkahan hidup dan jalan untuk meraih kedekatan dengan Allah SWT. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Doa Keselamatan untuk Keluarga Menurut Islam agar Hidup Penuh Berkah
Doa Keselamatan untuk Keluarga Menurut Islam agar Hidup Penuh Berkah
Setiap muslim pasti menginginkan keluarga yang selamat, harmonis, dan mendapat keberkahan dari Allah. Islam mengajarkan berbagai doa yang bisa dipanjatkan demi kebaikan keluarga. Dengan rutin membaca doa keselamatan keluarga, seorang muslim berharap agar keluarganya terjaga dari marabahaya, diberi kesehatan, dan selalu dalam lindungan Allah. Doa Keselamatan dalam Al-Qur’an Dalam QS. Al-Furqan: 74, Allah mengajarkan doa untuk keluarga:"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." Doa Keselamatan Keluarga Beberapa doa yang dianjurkan: Doa perlindungan dari keburukanBismillahil ladzi laa yadhurru ma’asmihi syai’un fil ardhi walaa fissamaa’i wahuwa sami’ul ‘alim(Dengan nama Allah yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang berbahaya di bumi maupun di langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui). Doa memohon keberkahan keluargaAllahumma barik lana fi ahliina wa awladina(Ya Allah, berkahilah keluarga dan anak-anak kami). Doa agar keluarga selalu dalam iman dan takwaRabbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a’yun waj’alna lil muttaqina imama Manfaat Membaca Doa Keselamatan Keluarga Keluarga terhindar dari bencana. Rumah tangga penuh dengan keberkahan. Menumbuhkan ketenangan batin. Menjadi bentuk tawakal kepada Allah. Dengan membiasakan membaca doa keselamatan keluarga, seorang muslim menanamkan harapan agar rumah tangganya selalu dijaga oleh Allah. Inilah salah satu ikhtiar spiritual untuk meraih kehidupan dunia yang tenteram dan akhirat yang bahagia. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Amalan Hari Jumat yang Membawa Keberkahan dan Pahala Besar
Amalan Hari Jumat yang Membawa Keberkahan dan Pahala Besar
Hari Jumat adalah hari yang sangat istimewa dalam Islam. Rasulullah menyebut hari ini sebagai sayyidul ayyam atau penghulu segala hari. Pada hari Jumat, banyak peristiwa besar terjadi, salah satunya adalah penciptaan Nabi Adam AS. Karena itu, Allah dan Rasul-Nya menjadikan Jumat sebagai hari penuh keberkahan yang memiliki kedudukan tinggi dibanding hari-hari lainnya. Dalam kehidupan modern saat ini, banyak orang menganggap Jumat sekadar hari terakhir menjelang akhir pekan. Padahal, bagi umat Islam, hari Jumat adalah momen emas untuk memperbanyak ibadah, memperkuat hubungan dengan Allah, dan mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Dengan melakukan amalan hari Jumat, seorang muslim dapat membuka pintu keberkahan dunia sekaligus kebahagiaan akhirat. Dalil Keutamaan Hari Jumat Hari Jumat memiliki keutamaan yang ditegaskan dalam Al-Qur’an dan hadis Rasulullah. Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkan jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”(QS. Al-Jumu’ah: 9) Selain itu, Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik hari yang pada hari itu matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu ia dimasukkan ke surga, dan pada hari itu ia dikeluarkan darinya.” (HR. Muslim) Dari dalil-dalil tersebut, jelas bahwa Jumat bukanlah hari biasa, melainkan hari istimewa yang memiliki banyak keutamaan dan kesempatan untuk mendulang pahala. Amalan Hari Jumat yang Dianjurkan 1. Mandi Sunnah Jumat Sebelum Shalat Jumat Salah satu amalan yang sangat dianjurkan adalah mandi sunnah sebelum berangkat ke masjid untuk shalat Jumat. Rasulullah bersabda: “Barang siapa mandi pada hari Jumat kemudian berangkat (ke masjid) pada waktu yang paling awal, maka ia seperti berkurban seekor unta…” (HR. Bukhari dan Muslim) Mandi sunnah Jumat bukan hanya memberikan pahala, tetapi juga menjaga kebersihan diri, sehingga jamaah yang berkumpul di masjid merasa nyaman. 2. Membaca Surah Al-Kahfi Membaca Surah Al-Kahfi di hari Jumat juga merupakan sunnah yang penuh berkah. Rasulullah bersabda: “Barang siapa membaca Surah Al-Kahfi pada hari Jumat, maka akan terpancar cahaya untuknya di antara dua Jumat.” (HR. Al-Hakim) Dengan membaca Surah Al-Kahfi, seorang muslim mendapatkan cahaya petunjuk dan perlindungan dari fitnah, termasuk fitnah Dajjal. 3. Memperbanyak Doa dan Shalawat kepada Nabi Muhammad Hari Jumat juga disebut sebagai hari yang paling utama untuk memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad Rasulullah bersabda: “Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada hari Jumat dan malam Jumat, karena shalawat kalian akan disampaikan kepadaku.” (HR. Al-Baihaqi) Selain itu, Jumat juga memiliki satu waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah bersabda: “Pada hari Jumat ada satu waktu, tidaklah seorang hamba muslim berdiri melaksanakan shalat kemudian memohon kepada Allah sesuatu pada waktu itu, melainkan Allah pasti memberinya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Mayoritas ulama berpendapat waktu mustajab ini terjadi di sore hari, menjelang magrib. 4. Bersedekah pada Hari Jumat Bersedekah memang dianjurkan setiap saat, namun melakukannya di hari Jumat memiliki keutamaan yang lebih besar. Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyebutkan bahwa sedekah di hari Jumat lebih utama dibanding hari-hari lainnya. Sedekah di hari Jumat menjadi sarana penyucian harta, menolak bala, dan membuka pintu rezeki. Hal ini juga sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 261 tentang besarnya balasan bagi orang yang bersedekah. 5. Datang Lebih Awal ke Masjid untuk Shalat Jumat Datang ke masjid sebelum khutbah dimulai merupakan sunnah yang sangat dianjurkan. Rasulullah bersabda: “Barang siapa berangkat pada waktu pertama (ke masjid untuk shalat Jumat), maka ia seakan-akan berkurban unta. Barang siapa berangkat pada waktu kedua, maka seakan-akan ia berkurban sapi…” (HR. Bukhari dan Muslim) Semakin cepat seorang muslim datang ke masjid, semakin besar pahala yang Allah berikan. 6. Memperbanyak Zikir dan Istighfar Hari Jumat adalah saat terbaik untuk memperbanyak zikir, istighfar, dan doa. Zikir dapat menenangkan hati, sementara istighfar menjadi wasilah pengampunan dosa. Allah SWT berfirman:“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28) Dengan memperbanyak zikir dan istighfar, seorang muslim mengisi hari Jumatnya dengan amalan yang mendekatkan diri kepada Allah. Keutamaan Mengamalkan Sunnah Hari Jumat Mengamalkan amalan hari Jumat membawa banyak manfaat dan keutamaan, di antaranya: Pahala yang berlipat ganda – ibadah yang dilakukan pada hari Jumat memiliki nilai pahala yang lebih besar dibanding hari lain. Doa lebih mustajab – terutama di waktu sore menjelang maghrib, doa seorang muslim lebih mudah dikabulkan. Menghapus dosa-dosa kecil – dengan memperbanyak ibadah, Allah menghapus dosa-dosa seorang hamba. Tanda cinta kepada sunnah Rasulullah – melaksanakan sunnah hari Jumat adalah bukti cinta seorang muslim kepada Nabi Muhammad. Mendapatkan keberkahan hidup – siapa yang menghidupkan sunnah Jumat, kehidupannya akan diliputi ketenteraman dan keberkahan. Hari Jumat adalah hari penuh keutamaan yang seharusnya tidak dilewatkan begitu saja. Melaksanakan amalan hari Jumat seperti mandi sunnah, membaca Surah Al-Kahfi, memperbanyak doa, bersedekah, datang lebih awal ke masjid, hingga memperbanyak zikir dan istighfar, semuanya akan mendatangkan pahala dan keberkahan. Bagi seorang muslim, hari Jumat bukan hanya sekadar hari libur atau rutinitas pekanan, tetapi sebuah kesempatan besar untuk memperbanyak amal saleh. Dengan menjadikan hari Jumat sebagai momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka seorang hamba akan meraih keberkahan dunia dan kebahagiaan akhirat. Mari kita hidupkan amalan hari Jumat mulai dari sekarang, agar setiap langkah kita di hari mulia ini menjadi saksi kebaikan di hadapan Allah SWT. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Penghitungan Zakat Perusahaan Properti dan Pertanian: Ketentuan dan Contoh Ilustratif
Penghitungan Zakat Perusahaan Properti dan Pertanian: Ketentuan dan Contoh Ilustratif
a. Zakat Perusahaan Properti Perusahaan konstruksi dan investasi properti biasanya menjalankan bisnisnya dengan membeli tanah lalu kemudian membangun bangunan, unit-unit pemukiman, kawasan bisnis, kawasan perkantoran dan sebagainya. Setelah itu lalu menjualnya guna memperoleh keuntungan. Untuk itu, diterapkan atasnya hukum-hukum zakat perdagangan dan juga industri. Hal-hal yang perlu diperhatikan: 1. Aset tetap yang mensupport pembangunan ini tidak tunduk kepada harta zakat. 2. Harta zakat terletak pada produksi yang telah sempurna, yang sedang dikerjakan, bahan baku, piutang dan uang tunai sebagaimana berikut: a. Unit-unit yang telah selesai dibangun dan belum terjual, dinilai berdasarkan nilai pasarnya saat itu. b. Unit-unit yang telah selesai dibangun dan belum terjual, dinilai berdasarkan harga jualnya pada saat itu. c. Unit-unit yang belum selesai dibangun, dinilai berdasarkan nilainya saat itu, sesuai dengan kondisinya, berdasarkan keterangan ahli. d. Konstruksi bahan baku, bahan bangunan dan sejenisnya didasarkan pada nilai pasarnya. e. Zakat tidak wajib pada jaminan penawaran, tender, dan pekerjaan karena ia merupakan harta yang terikat dan tertahan. f. Diantara liabilitas yang harus dipotong dari harta zakat adalah uang muka yang diberikan oleh kostumer yang belum menerima unit properti mereka. Begitupula dengan hutang, wesel bayar, pengeluaran-pengeluaran wajib, uang yang dikhususkan sebagai cadangan ketika adanya kenaikan harga, dan yang sejenisnya. Contoh Laporan Zakat Perusahaan Konstruksi dan Investasi Properti d. Zakat Perusahaan Pertanian Aktivitas usaha pertanian biasanya dilakukan dalam bentuk budidaya tanaman/hewan ternak yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan daripadanya. Pada perusahaan ini diterapkan zakat pertanian dan buah buahan hasil buminya. Diantara hal penting untuk diperhatikan pada aktivitas usaha pertanian adalah sebagai berikut: 1. Tidak wajib zakat pada nilai tanah yang dimanfaatkan untuk pertanian. 2. Zakat tidak wajib pada properti yang dibangun, alat-alat, mesin, peralatan, mobil, perabot, dan semua hal yang terdapat di lahan pertanian karena termasuk aset tetap. 3. Harta zakat pada musim panen terdapat pada nilai hasil bumi yang dinilai berdasarkan nilai pasar penjualannya. 4. Biaya dan pengeluaran yang berkaitan dengan lahan pertanian selama musim menanam, menjadi pengurang harta zakat. 5. Nishab zakat pertanian dan buah-buahan senilai dengan 5 ausuq, yang setara dengan 653 Kg, atau 50 Kilah, yang dinilai berdasarkan harga yang berlaku saat mengeluarkan zakat. 6. Persentase zakat pertanian dan buah-buahan adalah: jika pertaniannya diairi dengan alat dan sumur mesin atau yang sejenisnya: 5%. Contoh Ilustratif Laporan Penghitungan Zakat Hasil Pertanian – Dalam USD Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Petunjuk Praktis Menghitung Zakat Perusahaan
Petunjuk Praktis Menghitung Zakat Perusahaan
a. Menghitung Zakat Perusahaan Langkah yang perlu dilakukan pada saat menghitung zakat perusahaan, antara lain: Pertama: Menentukan tanggal tibanya haul: yaitu tanggal yang dipilih untuk menghitung zakat. Haul ini harus memiliki awal dan akhir, yang jarak waktunya adalah 12 bulan. Tanggal ini bisa ditentukan berdasarkan penanggalan hijriah ataupun masehi. Pada tanggal yang menjadi akhir dari satu haul, disiapkan transaksi penutup dan juga neraca laporan keuangan. Kedua: Menentukan dan mengukur harta zakat: yaitu analisis harta mana yang memenuhi syarat wajib zakat dan yang tidak. Adapun informasinya diambil dari kumpulan aset lancar yang ada di neraca umum atau di pusat keuangan. Ketiga: Menentukan dan mengukur liabiltas yang harus dibayarkan oleh perusahaan di akhir haul, yang tentunya harus dikurangi dari harta zakat sesuai dengn hukum, prinsip, dan dasar-dasar yang telah dijelaskan. Informasi ini diambil dari kumpulan kewajiban lancar (current liabilities) di laporan neraca umum atau di pusat keuangan. Keempat: Mengukur takaran (wi’a) zakat; dengan cara mengurangi semua liabilitas yang harus dibayar. Kelima: Menentukan dan mengukur jumlah nishab. Ijma’ para fuqaha klasik dan kontemporer jumlahnya setara dengan 85 gram emas murni, dinilai berdasarkan harga emas di pasar pada saat jatuhnya haul. Keenam: Menentukan persentase zakat, berupa jumlah yang diambil dari takaran zakat. Ijma’ para fuqaha klasik dan kontemporer jumlahnya adalah 2,5% berdasarkan penanggalan hijriah atau 2,575% berdasarkan penanggalan masehi. Ketujuh: Menghitung jumlah zakat yang wajib dikeluarkan dengan cara mengalikan takaran zakat dengan persentase zakat. Kedelapan: Menentukan beberapa hal: a. Pada perusahaan rekanan (Partnership Company) seperti perusahaan rekanan umum (General Partnership Company) dan Perseroan terbatas (Limited Partnership Company) setiap mitra/pemegang saham akan menanggung bagian zakatnya masing-masing yang difasilitasi manajemen. Dimana mereka akan mendapat pemberitahuan dari manajemen. b. Pada perusahaan join saham (Joint Stock Company), ditanggung oleh para pemilik saham. Dimana jumlah zakat dibagi sesuai dengan jumlah saham. Para pemegang saham akan diberitahu tentang hal ini oleh manajemen, sedangkan proses zakatnya dilakukan oleh masing-masing pemegang saham. b. Contoh Laporan Zakat Perusahaan Untuk diserahkan kepada instansi pemerintah, lembaga zakat atau pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Biasanya diterbitkan bersamaan dengan laporan keuangan perusahaan dalam bentuk sebagai berikut: Contoh Laporan Zakat Dari Haul yang Berakhir pada Tanggal: / / H (1) Informasi Umum Nama perusahaan: Alamat: Jenis Aktivitas: Periode Keuangan dari ../../.. H sampai ../../..H Informasi lainnya: (2) Keterangan dan Informasi tentang Zakat Total harta zakat sejumlah: Total liabilitas yang harus dibayar sejumlah: Takaran zakat sejumlah: Nishab zakat sebesar: Bagian rekan............ dari zakat sebesar: Bagian rekan............ dari zakat sebesar: Bagian saham............ dari zakat sebesar: Tanggal penyiapan laporan: / / H Akuntan Zakat Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Ketentuan dan Ilustrasi Penghitungan Zakat pada Perusahaan Perdagangan dan Industri
Ketentuan dan Ilustrasi Penghitungan Zakat pada Perusahaan Perdagangan dan Industri
a. Zakat Perusahaan Perdagangan Sebagaimana lazimnya perusahaan perdagangan melakukan aktivitas jual beli dengan tujuan memperoleh keuntungan. Maka berlaku baginya hukum fikih sebagaimana berikut: 1. Zakatnya dihitung pertahun. 2. Tidak wajib zakat pada aset tetap untuk penunjang usaha, baik yang bersifat materi maupun non materi. 3. Harta zakat pada aset lancar seperti barang-barang, piutang, wesel tagih, investasi, dan uang tunai di bank. 4. Penilaian terhadap harta zakat adalah berdasarkan nilai pasar yang sedang berlaku. 5. Liabilitas yang harus segera dibayarkan dalam jangka pendek wajib dikurangi dari harta zakat. 6. Nishab zakat setara dengan 85 Gram emas murni. 7. Persentase zakat adalah 2,5 berdasarkan penanggalan hijriah, dan 2,575 berdasarkan penanggalan masehi. 8. Zakat dibagi setelah dihitung nilainya untuk masing-masing rekan pada perusahaan rekanan, dan bagian saham pada perusahaan join saham. Contoh Ilustratif Laporan Penghitungan Zakat Perusahaan Dagang – dalam USD Tabel b. Zakat Perusahaan Industri Oleh karena perusahaan industri melibatkan bahan baku, pekerjaan, alat-alat, perlengkapan dan sejenisnya. Kemudian jenis perusahaan ini juga menjual produk-produknya di pasar dan mendapatkan keuntungan. Karena itulah dalam menghitung zakatnya pun dengan menggabungkan antara produksi dan perdagangan. Hal yang perlu diperhatikan: 1. Aset tetap yang digunakan di dalam produksi. Aset-aset ini tidak wajib zakat. 2. Harta zakat pada barang-barang, piutang, investasi, uang tunai, dengan syarat: a. Produk yang telah sempurna berdasarkan nilai pasarnya saat keluar dari pabrik. b. Produk yang dalam proses produksi (belum sempurna) berdasarkan opini ahli, sesuai dengan kondisinya saat itu. c. Bahan baku dan yang sejenisnya dinilai berdasarkan nilai pasar secara keseluruhan. d. Zakat tidak wajib pada peralatan produksi yang digunakan, seperti minyak pelumas dan alat-alat kebersihan. e. Zakat tidak wajib pada barang yang telah rusak dan tidak bisa dijual. Biaya-biaya yang digunakan seperti: biaya penelitian, kajian, percobaan dan yang sejenisnya yang digunakan sebelum memulai proses produksi tidak tunduk kepada zakat. Laporan Penghitungan Zakat Perusahaan Industri Perusahaan Industri – Dalam USD Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Ketentuan dan Penghitungan Zakat Perusahaan Kesehatan dan Lembaga Keuangan Syariah
Ketentuan dan Penghitungan Zakat Perusahaan Kesehatan dan Lembaga Keuangan Syariah
a. Zakat Perusahaan Kesehatan Aktivitas layanan kesehatan seperti rumah sakit dianggap sebagai aktivitas investasi modern yang banyak dilakukan, bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Biasanya, rumah sakit besar berbentuk perusahaan join saham. Antara hal yang harus diperhatikan pada perusahaan kesehatan/rumah sakit: 1. Zakat tidak wajib pada aset-aset tetap rumah sakit. 2. Zakat tidak wajib pada keperluan dan peralatan keperawatan. 3. Takaran zakat pada perusahaan jenis ini adalah selisih antara pemasukan total tahunan dan pengeluaran tahunan rumah sakit. Dihitung dengan cara: Takaran zakat = pemasukan tahunan – (biaya dan pengeluaran) 4. Nishab zakat rumah sakit adalah nishab perdagangan dan industri, yakni setara dengan 85 Gram emas murni. 5. Persentase zakat rumah sakit adalah 2,5% berdasarkan penanggalan hijriah, dikiaskan dengan zakat perdagangan. Contoh Aplikatif Laporan Penghitungan Zakat Rumah Sakit – Dalam USD b. Zakat Perusahaan Lembaga Keuangan Lembaga keuangan islam seperti bank syariat dan perusahaan investasi syariat dianggap sebagai lahan investasi terpenting pada zaman ini. Pada umumnya berbentuk perusahaan join saham atau perusahaan terbatas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada hitungan zakat perusahaan ini, diantaranya: 1. Zakat dihitung pertahun pada akhir haul (berdasarkan haul). 2. Zakat tidak wajib pada aset tetap seperti properti, perabot, mobil, mesin, alat-alat perkakas dan aset tetap lainnya. 3. Harta zakat terdiri atas kas tunai dan setara kas yang tersimpan di bank juga yang ada pada bank afiliasi. Ditambah dengan pertembahan nilai investasi berdasarkan harga pasar, piutang dan akun berjalan pada pihak lain. Harta zakat kemudian dikurangi dengan liabilitas kepada pihak lain seperti hutang lancar kepada deposan, investasi kepada pelanggan, piutang kepada bank sentral dan hutang lancar lainnya. Harta zakat bersihnya dihitung dengan cara berikut: 1. Takaran zakat = harta zakat – liabilitas dan kewajiban 2. Nishab zakat lembaga keuangan Islam adalah setara dengan 85 Gram emas murni. 3. Persentase zakat lembaga keuangan Islam adalah 2,5% dengan penanggalan hijriah. 4. Penghitungan jumlah zakat dilakukan dengan mengalikan takaran zakat dengan persentase zakat. 5. Zakat dibagikan sesuai dengan kepemilikan jumlah saham. Contoh Ilustratif Laporan Penghitungan Zakat Bank Islam – Dalam USD Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Zakat pada Perusahaan Investasi Syariah: Ketentuan dan Contoh Penghitungan
Zakat pada Perusahaan Investasi Syariah: Ketentuan dan Contoh Penghitungan
Para era modern seperti saat ini, sangat banyak perusahaan-perusahaan investasi bermunculan, biasanya mengambil bentuk tabung investasi (reksadana). Reksadana ini mengumpulkan dana dalam bentuk sukuk atau saham kemudian mengelolanya dalam bentuk proyek-proyek investasi beragam lainnya. Tabung ini menerapkan prinsip percampuran dan artificial person yang independen. Maksudnya harta para mitra yang ada dalam tabung sebagai harta satu orang dari sisi haul, takaran dan nishab. Dari sudut zakat harta, perusahaan investasi Syariat tunduk kepada zakat. Beberapa hal yang harus dierhatikan adalah sebagai berikut: 1. Artificial person yang independen pada tabung investasi. 2. Zakat dihitung pertahun berdasarkan haul. 3. Harta zakat pada investasi-investasi yang dinilai berdasarkan nilai pasar. 4. Liabilitas yang harus dikurangi dari harta zakat adalah hutang, wesel bayar, akun hutang lancar, dan pengeluaran-pengeluaran yang harus dikeluarkan. 5. Nishab zakatnya setara dengan 85 Gram emas murni berdasarkan harga per gram emas saat tibanya haul. 6. Persentase zakat adalah 2,5% dengan penanggalan hijriah. Contoh Laporan Zakat Tabung Investasi Syariat – Dalam USD Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Hitungan Zakat Investor dan Perusahaan Campuran: Ketentuan dan Contoh Ilustratif
Hitungan Zakat Investor dan Perusahaan Campuran: Ketentuan dan Contoh Ilustratif
a. Hitungan Zakat Para Investor Pertanyaan: Bagaimana menghitung zakat dari harta yang diberikan kepada salahsatu perusahaan untuk dikelola, namun bukan sebagai penyertaan modal (musyarakah)? Jawaban: Terkadang sebagian orang memberikan simpanan uang mereka kepada salah satu perusahaan agar dapat digunakan dalam kegiatan-kegiatannya yang beragam dengan sistem musyarakah di dalam keuntungan dan kerugian. Dalam kondisi ini, perusahaan menyiapkan laporan keuangannya dan mengetahui keuntungan atau kerugian dari dana yang dikelolanya. Dan kemudian memberitahukannya kepada pemilik dana, yang kemudian menghitung zakatnya pada dana pokok ditambah dengan keuntungan yang diperolehnya, atau dikurangi dengan kerugian yang ditanggungnya. Jika diasumsikan bahwa dana pokok yang diinvestasikan adalah: 10,000 USD Jika diasumsikan bahwa keuntungannya pada akhir haul adalah: 2,000 USD Maka takaran zakatnya adalah: 12,000 USD Dengan demikian, maka jumlah zakatnya adalah: 12,000 x 2,5%= 300 USD. Jika pemilik investasi itu memiliki harta lain yang diperdagangkan atau uang tunai lainnya, maka ia juga harus menambahkannya kepada dana yang dikelola berikut keuntungannya, lalu dihitung keseluruhan. b. Hitungan Zakat Hutang Campuran Pertanyaan: Bagaimanakah zakat perusahaan campuran dimana non muslim ikut serta di dalamnya? Jawaban: Zakat hanya diwajibkan atas muslim. Contoh ilustratif dalam angka: Jika diasumsikan bahwa takaran zakat yang mencapai 120,000 USD Dan bagian dari rekan non muslim di dalam takaran zakat adalah 25% Maka bagian dari rekan yang muslim di dalam takaran zakat adalah 75% Jika diasumsikan bahwa jumlah keuntungan yang masuk ke dalam takaran zakat adalah sebesar 20,000 USD, dan bagian dari rekan non muslim di dalamnya adalah 25% atau 5,000 USD, maka bagian dari rekan yang muslim adalah 75% yakni 15,000 USD. Dihitung sebagai berikut: Zakat bagi rekan yang muslim dihitung sebagai berikut: Takaran zakat bagi muslim = 120,000 x 75% = 90,000 USD Jumlah zakat bagi muslim = 90,000 x 2,5% = 2,250 USD Sedangkan untuk dana sosial (berdasarkan regulasi) bagi non muslim, dihitung sebagai berikut: Bagian keuntungannya = 5000 USD Jika diasumsikan bahwa persentase bebannya adalah 20% Maka jumlah bebannya adalah = 5000 x 20% = 1000 Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Zakat pada Perusahaan Merugi dan Penilaian Aset: Ketentuan dan Contoh Ilustratif
Zakat pada Perusahaan Merugi dan Penilaian Aset: Ketentuan dan Contoh Ilustratif
a. Perusahaan Mengalami Kerugian Pertanyaan: Apakah perusahaan yang merugi wajib zakat? Bagaimana cara perhitungannya? Jawaban: Terkadang ada tahun dimana perusahaan mengalami kerugian. Lalu para rekan mengira bahwa karena perusahaan tidak menghasilkan keuntungan maka tidak wajib zakat. Sejatinya tidak demikian, oleh karena zakat wajib atas harta, baik ia mengandung keuntungan maupun dikurangi dengan kerugian. Dan takaran zakat secara otomatis dipengaruhi oleh hasil dari usaha. Maka apabila takaran mencapai nishab di akhir haul, zakat menjadi wajib. Contoh ilustratif dalam angka: Apabila diasumsikan bahwa kerugian bersih yang ditanggung adalah sebesar 10,000 USD. Dan kerugian ini secara otomatis berpengaruh pada menurunnya unsur zakat seperti barang-barang, piutang, investasi dan uang tunai. Dengan kata lain bahwa nilai dari item tersebut di akhir haul berkurang sesuai dengan jumlah kerugian. Sehingga dengan demikian maka nilai dari takaran zakatnya pun berkurang. b. Valuasi Aset Perusahaan Pertanyaan: Nilai apa yang dijadikan pegangan oleh pedagang saat ia menilai barang-barangnya; apakah berdasarkan nilai historisnya (harga beli) atau berdasarkan nilai yang sedang berlaku (harga pasar)? Dan dengan harga yang mana; eceran ataukah grosir? Jawaban: Para fuqaha dari kalangan klasik dan kontemporer memandang bahwa penilaian barang-barang di akhir haul saat mengeluarkan zakat adalah berdasarkan harga yang sedang berlaku, yakni harga pasar yang sedang berlaku saat zakat itu akan dikeluarkan. Al-Faqih Maimun bin Mahran mengatakan: “Apabila haul zakat telah tiba, maka nilailah apa yang kamu miliki dengan nilai uang yang ada.” Pedagang eceran menilai barang-barangnya dengan harga eceran, dan pedagang grosiran menilai barang-barangnya dengan harga grosir. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Zakat atas Produk Tidak Laku, Rusak, dan Saham Perusahaan yang Tercampur Non-Halal
Zakat atas Produk Tidak Laku, Rusak, dan Saham Perusahaan yang Tercampur Non-Halal
a. Zakat Produk yang Tidak Laku/ Rusak Pertanyaan: Terkadang ada barang-barang yang tidak laku dan lamban perputarannya yang disebabkan oleh perubahan bentuk dan model, atau karena adanya cacat sehingga perlu diperbaiki, atau karena rusak dan tidak layak jual dan bahkan harus dibuang. Bagaimanakah perlakuan terhadap barang-barang ini? Jawaban: Para fuqaha berbeda pendapat mengenai barang-barang yang tidak laku. Sebagian fuqaha Malikiyah berpendapat bahwa ia tidak dikeluarkan zakatnya kecuali saat ia terjual pada tahun itu. dan tidak ada pengulangan zakat baginya dengan adanya pengulangan tahun. Jumhur fuqaha berpendapat bahwa ia juga termasuk harta zakat yang dinilai berdasarkan harga pasar yang sedang berlaku, baik untung maupun rugi. Contoh ilustratif dalam angka: Jika diasumsikan bahwa inventarisasi dan penilaian barang-barang untuk zakat di salah satu perusahaan sebagai berikut: Barang-barang yang bagus perputarannya: dibeli seharga 100,000 USD dan harga pasarnya 125,000 USD. Barang tidak laku dan lambat perputarannya: dibeli seharga 20,000 USD dan harga yang diharapkan adalah 15,000 USD. Barang-barang yang rusak: dibeli seharga 1000 dan tidak diharapkan dapat dijual. Berdasarkan di atas, sesuai dengan pendapat jumhur, maka: Barang-barang yang laku jual: 125,00 berdasarkan harga pasar. Barang-barang tidak laku: 1 5,000 berdasarkan harga yang diharapkan. Barang-barang yang rusak: tidak memiliki nilai dan tidak dizakati. b. Perusahaan Tercampur Produk Non Halal Pertanyaan: Bagaimana menghitung zakat saham yang dimiliki untuk tujuan investasi atau mendapatkan keuntungan. Problemnya saham-saham itu diterbitkan oleh perusahaan yang aktivitas pokoknya adalah halal, akan tetapi terkadang juga melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak sesuai syariat. Jawaban: Zakat adalah ibadah harta. Harta zakat disyaratkan harus halal dan baik, karena Allah baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Selain itu, harta yang didapat dengan cara yang haram adalah kotor dan kehilangan syarat kepemilikan. Berdasarkan ini, maka harta yang tercampur di dalamnya antara yang halal dan yang haram harus dibersihkan dari yang haram. Dan itu dilakukan dengan meminta bantuan dari ahli syariat yang akan menganalisa laporan keuangan perusahaan, lalu memperkirakan persentase dari keuntungan yang haram. Berdasarkan itu, ia dapat mengetahui jumlah harta yang haram untuk dipisahkan dari harta zakat. Dengan demikian, dapat diketahui takaran zakatnya. Adapun jumlah harta yang haram, wajib dijauhkan dan dihabiskan di untuk kemaslahatan umum. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Distribusi dan Penundaan Zakat Perusahaan: Hukum Memberi kepada Karyawan dan Menginvestasikannya
Distribusi dan Penundaan Zakat Perusahaan: Hukum Memberi kepada Karyawan dan Menginvestasikannya
a. Memberi zakat Kepada Karyawan Miskin Pertanyaan: Apakah zakat harta yang wajib dikeluarkan oleh perusahaan boleh langsung dibagikan kepada para karyawan yang miskin di perusahaan? Jawaban: Zakat adalah ibadah harta. Dalam setiap ibadah disyaratkan agar ikhlas karena Allah, tanpa ada sedikit pun hawa nafsu di sana. Allah berfirman: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah/89: 5). Pemberian zakat kepada para pekerja di perusahaan dapat merusak nilai keikhlasan keimanan, karena bisa jadi tujuannya adalah memperkuat loyalitas para pekerja itu kepada perusahaan dan para rekan. Dan memberikan prioritas kepada para pekerja yang fakir terhadap orang-orang fakir lainnya tidak memiliki dalil yang kuat di dalam syariat. Karena yang dimaksud dengan orang-orang yang terdekat di dalam syariat adalah para kerabat yang memiliki hubungan keluarga. Adapun sedekah, itu boleh diberikan kepada para pekerja. b. Menunda Pembayaran Zakat dan Menginvestasikannya Pertanyaan: Apakah dibolehkan menunda zakat karena tidak adanya likuiditas untuk menunaikannya? Dan apakah zakat itu boleh diinvestasikan di dalam perusahaan, dan kemudian bagi hasilnya diberikan kepada orang-orang fakir? Jawaban: Ketika zakat diwajibkan, ia menjadi hutang yang harus ditunaikan kepada para mustahiknya. Diantaranya adalah orang-orang fakir dan miskin. Dengan penunaiannya harus disegerakan. Firman Allah : “Maka berlomba-lombalah (dalam berbuat) kebaikan.” (QS. Al-Baqarah/2: 148) Rasulullah bersabda: Artinya: “.....Diambil dari orang-orang kaya diantara mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir diantara mereka.” (HR. Muslim) Dan huruf ‘athaf’ di dalam ‘dan diberikan kepada orang-orang fakir diantara mereka’ menunjukkan adanya keberlanjutan dan kesegeraan. Boleh ditunda tapi harus dalam kondisi-kondisi khusus, seperti jika dibawa ke negeri lain, atau untuk menunggu kerabat yang mustahik. Di dalam kondisi seperti ini, zakat itu harus disisihkan dan ditempatkan sebagai sebuah amanah, serta tidak boleh digunakan kecuali untuk para mustahik. Disamping itu, harta zakat tidak boleh diinvestasikan kecuali setelah tercukupinya orang-orang yang menjadi mustahiknya, dan juga dalam kondisi-kondisi khusus yang semuanya dilakukan dengan batas-batas syariat yang ditetapkan oleh fikih prioritas (Fiqh al-Awlawiyaat). Berdasarkan ini, para rekan di perusahaan wajib mengurus harta zakat yang harus dikeluarkan, sebagaimana mereka mengurus hutang-hutang yang wajib mereka bayar. Karena penundaan itu merupakan sebuah kezhaliman. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Zakat dan Pajak Perusahaan dalam Perspektif Syariah: Integrasi, Perbedaan, dan Hukum Mangkir
Zakat dan Pajak Perusahaan dalam Perspektif Syariah: Integrasi, Perbedaan, dan Hukum Mangkir
a. Penerapan Zakat dan Pajak Perusahaan Pertanyaan: Tentunya, perusahaan diwajibkan untuk membayar pajak keuntungan perdagangan dan industri. Apakah pajak ini dapat dianggap menggantikan zakat? Jawaban: Seringkali, kewajiban zakat telah menjadi salah satu kewajiban yang terlupakan di dalam Islam. Khususnya setelah diterapkannya paham-paham sekulerisme (yang mengharuskan pemisahan agama dari kehidupan). Juga setelah diterapkannya peraturan pajak dalam hukum positif di sebagian besar negeri islam. Sehingga para pemimpin berlepas diri dari kewajibannya untuk menarik zakat. Belakangan ini, sebagian besar umat muslim sibuk dengan perkara pajak karena takut dihukum karena kejahatan penyelewengan pajak. Namun mereka lupa akan hak Allah di dalam harta dan sesiapa yang menolak untuk menunaikannya adalah haram. Seharusnya penerapan kontemporer untuk zakat harus menjadi perhatian umat. Betapa pun besarnya tantangannya, karena hal ini bersentuhan langsung dengan akidah, syariat, masyarakat, dan umat Islam itu sendiri. Salah satu permasalahan kontemporer terpenting yang dihadapi dalam penerapan zakat adalah diterapkannya aturan pajak dalam hukum positif. Para fuqaha telah berfatwa tentang integrasi dan harmonisasi antara keduanya, sesuai dengan hukum dan prinsip-prinsip syariat Islam. Diantaranya ada yang memandang bahwa “Tidak ada masalah dalam menerapkan pajak di samping aturan zakat, karena masing-masing memiliki sumber dan pos-pos penyalurannya tersendiri.” Ada pula yang memandang bahwa hukum asalnya adalah penerapan aturan zakat. Jika hasilnya tidak mencukup, maka pajak diwajibkan atas orang-orang kaya dengan batasan-batasan syariat, sebagaimana pajak diwajibkan atas orang-orang non muslim. Pendapat rajih mengatakan: “Sesungguhnya pajak yang diwajibkan untuk kemaslahatan negara tidak menyebabkannya terbebas dari kewajiban dalam menunaikan zakat.” Hal yang harus ditekankan di sini adalah bahwa pajak tidak membebaskan dari zakat. Dan keduanya tidak sama. Maka solusinya adalah harta yang digunakan untuk membayar pajak, menjadi pengurang harta wajib zakat. Contoh ilustratif dalam angka: Pajak yang telah dibayarkan selama masa haul secara otomatis mengurangi takaran zakat, karena akan mengurangi uang tunai. Di sisi lain, sesungguhnya pajak yang wajib dikeluarkan kepada negara termasuk ke dalam liabilitas yang harus dibayarkan, dan wajib dikurangi dari harta zakat. Jika diasumsikan sebagai berikut: Total harta zakat 800,000 USD Dikurangi: liabilitas yang harus dibayar 200,000 Hutang berjalan 100,000 Pengeluaran yang harus dikeluarkan 50,000 Yang dikhususkan untuk pajak 150,000 Takaran zakat setelah dikurangi dana yang dikhususkan untuk pajak: 300,000 USD b. Perusahaan Mangkin Bayar Pajak Apakah dibolehkan di dalam syariat untuk mangkir dari pajak yang diwajibkan oleh negara dengan alasan telah menunaikan zakat. Khususnya karena adanya keyakinan umum bahwa pajak adalah aturan buatan manusia dan termasuk pungutan yang zhalim. Jawaban: Banyak orang yang mangkir membayar pajak, dan yang sejenisnya dengan satu cara atau dengan cara lainnya. Alasan mereka adalah: pajak adalah aturan buatan manusia, dan pajak itu zhalim bahkan sebagiannya digunakan untuk sesuatu yang tidak benar. Para fuqaha islam kontemporer telah membahas masalah ini secara rinci, dan mereka sampai kepada beberapa keputusan dan fatwa, antaranya: 1. Seorang penguasa boleh menetapkan pajak atas harta orang-orang kaya, dengan batasan-batasan wajar untuk digunakan pada layanan-layanan umum yang tidak termasuk dalam pos-pos penyaluran zakat, seperti: keamanan, pendidikan, fasilitas umum, dan lainnya yang dianggap sebagai kebutuhan primer bagi manusia. 2. Pajak harus diwajibkan dengan cara yang benar, didapatkan dengan cara yang benar, dan disalurkan dengan benar. 3. Wajib menghindari penetapan pajak yang zhalim, karena itu termasuk pungutan yang diharamkan oleh syariat islam, didefinisikan oleh Yusuf Al-Qaradhawi: bahwa ia adalah harta yang diambil tanpa hak, disalurkan dengan cara yang tidak benar, dan bebannya tidak dibagikan secara adil. Hasilnya juga lebih banyak dinikmati oleh para penguasa dan raja-raja. 4. Dalam penetapan kewajiban pajak dan cukai tidak boleh ada hal-hal yang menyelisihi hukum-hukum, prinsip-prinsip dan tujuan syariat islam, yaitu: menjaga agama, jiwa, akal, kehormatan, dan harta. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Legitimasi Syariat Zakat Perusahaan
Legitimasi Syariat Zakat Perusahaan
a. Pendahuluan Islam memberi perhatian pada muamalah keuangan dan ekonomi dengan sistem perserikatan, karena di dalamnya terdapat kebaikan, pertumbuhan dan keberkahan. Di dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dari Allah disebutkan: Artinya: “Aku adalah yang ketiga diantara dua orang yang berserikat selama salah satu dari mereka tidak mengkhianati yang lain. Jika salah seorang dari mereka mengkhianati temannya, aku keluar dari (perserikatan) mereka.” (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah) Islam mengandung hukum-hukum fikih yang mengatur akad dan muamalah dalam sebuah perusahaan termasuk terkait perhitungan zakat bagi perusahaan yang wajib mereka keluarkan. b. Perusahaan dalam Khazanah Fikih Perusahaan atau yang biasa disebut sebagai perseroan adalah sebuah bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih dalam bidang usaha bisnis dengan tujuan mencari profit (keuntungan). Sebagaimana dipahami, mencari keuntungan adalah suatu keniscayaan bagi manusia didalam kehidupan ini, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Definisi syirkah/perusahaan dalam fikih Islam adalah penyertaan modal, bekerja sama dan berbagi untung rugi sesuai dengan kesepakatan bersama. Keberadaan syirkah dalam khazanah fikih telah disyariatkan baik dari dalil Alquran, sunnah maupun ijma’. Firman Allah: Artinya: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS. Shad/38: 24) Demikian para ulama juga telah bersepakat tentang disyariatkannya syirkah secara umum dengan berbagai ragam dan model. c. Jenis Perusahaan dalam Khazanah Fikih Berbagai kitab fikih klasik menyebut ada beberapa jenis dan model syirkah, diantaranya: 1. Syirkah ‘Inan yaitu kesepakatan antara dua orang atau lebih, dimana masing-masing akan menyertakan sejumlah uang dan ikut andil dalam melakukan pekerjaan, dimana mereka akan membagi keuntungan dan kerugian sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Dalam jenis ini tidak disyaratkan kesamaan modal, pekerjaan, laba, ataupun kerugian. 2. Syirkah mufawadhah yaitu sebuah akad kesepakatan diantara dua orang atau lebih, dimana masing-masing akan menyertakan sejumlah uang dan ikut andil dalam melakukan pekerjaan, dimana mereka akan membagi keuntungan dan kerugian sama besar. Dalam hal ini disyaratkan adanya kesamaan dalam modal, pekerjaan, laba dan kerugian. 3. Syirkah Wujuh yaitu kesepakatan antara dua orang atau lebih, dari para pelaku bisnis yang memiliki reputasi yang baik, kedudukan yang terhormat dan kemampuan untuk mengelola barang-barang dengan baik. Mereka sepakat untuk membeli barang-barang secara kredit dari beberapa firma atau perusahaan dengan modal reputasi dan pengalaman mereka, lalu menjualnya secara tunai. Pemilik barang akan memperoleh harga barangnya secara penuh tanpa ditambah atau dikurangi dan juga tanpa melihat keuntungan ataupun kerugian dari hasil penjualannya. Lalu mereka membagikan keuntungan atau kerugian diantara mereka sesuai dengan kesepakatan. Dengan demikian, jenis syirkah ini tidak membutuhkan modal, karena ia berdasarkan pada kepercayaan. 4. Syirkah A’mal yaitu kesepakatan antara dua orang untuk menerima suatu pekerjaan, dan upah dari pekerjaan itu dibagi diantara mereka sesuai dengan kesepakatan.6 Maka bisa saja dua orang sepakat melakukan satu pekerjaan yang sama ataupun berbeda, dimana mereka bersama-sama melakukan suatu pekerjaan yang tidak membutuhkan modal besar, lalu mereka membagi pemasukan yang mereka peroleh dari pekerjaan-pekerjaan tersebut sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat. Jenis syirkah ini terkadang juga disebut syirkah abdan, atau syirkah shana’i’. 5. Syirkah Mudharabah. Para fuqaha berbeda pendapat dalam menentukan hukum fikih untuk syirkah mudharabah. Ada yang berpendapat bahwa ia termasuk syirkah seperti Hanabilah.7 Ada pula yang tidak menggolongkannya sebagai syirkah, namun termasuk ijarah. Syirkah Mudharabah adalah akad kesepakatan antara dua orang, dimana orang pertama memberikan uang kepada orang kedua untuk digunakan berdagang, dan mendapatkan bagian yang besar dari keuntungannya. Orang kedua disebut mudharib atau orang yang melakukan pekerjaan. Orang kedua menggunakan dan mengelola uang itu sebagai seorang wakil. Mereka berdua membagi keuntungan yang dianugerahkan Allah kepada mereka sesuai dengan kesepakatan. Adapun kerugiannya ditanggung oleh pemilik modal, sementara orang kedua merugi dari sisi tenaganya. Bisa dikatakan bahwa mudharabah adalah syirkah dalam bentuk khusus, karena ia juga memenuhi rukun-rukun akad syirkah. Berdasarkan telaah fikih, tidak terdapat larangan dalam mengembangkan model dan ragam syirkah seperti di atas. Hal ini memberi ruang munculnya model syirkah atau perusahaan baru yang berbeda dengan jenis-jenis syirkah yang telah disebutkan di atas, selama itu tidak bertentangan dengan hukum dan prinsip-prinsip syariat islam, dan akadnya memenuhi semua rukun dan syarat yang dibuat oleh para fuqaha. Artinya, syariat islam membolehkan perusaahaan saham (syirkah musahimah/ joint stock company), perusahaan induk (syirkah qabidhah/ holding company) dan perusahaan konsorsium (syirkah tabi’ah) dan perusahaan dengan multi nationality dan lintas benua. Begitu juga dengan perusahaan rekanan (syirkah asykhash/ partnership company) dan perusahaan kemitraan (syirkah muhashah/ particular partnership company) selama usahanya dilakukan dalam bidang yang halal dan baik, dan konsisten dengan hukum dan prinsip-prinsip syariat Islam di dalam semua muamalahnya. d. Karakteristik Perusahaan dalam Fikih Islam Di dalam konsep dan sistem Islam, Shahatah menyatakan sebuah perusahaan dikatakan sesuai syariat apabila memenuhi unsur-unsur dibawah ini: 1. Tujuan utama dari pendirian perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang halal dan baik. Selain mewujudkan pertumbuhan dan pertambahan pada modal, perusahaan juga mempunyai tujuan bagi kemaslahatan kehidupan bumi, dapat membiayai kebutuhan pokok, dan membantu dalam beribadah kepada Allah. Ia juga bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dan sosial bagi umat islam. 2. Terikat dengan nilai-nilai akhlak yang baik dan perilaku yang lurus dalam semua muamalah dan sikap. Karena di dalam itu terdapat bentuk ketaatan dan ibadah kepada Allah, juga salah satu sarana untuk memperoleh keuntungan, pertumbuhan dan pertambahan modal. 3. Aktivitas perusahaan hendaknya dilakukan dalam bidang yang halal dan baik, yang dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi para pemegang saham, mitra, pekerja, dan masyarakat. Karena sesungguhnya yang buruk itu tidak pernah sama dengan yang baik, meskipun yang buruk itu banyak. 4. Pemilihan mitra, pemegang saham, investor, dan pekerja berdasarkan profesionalitas, akhlak, pengalaman, dan kepandaian. Juga tidak mengabaikan faktor keimanan dan spiritualias karena hal ini dapat memberi keberkahan tersendiri bagi sebuah perusahaan. 5. Memberikan hak Allah di dalam harta, diantaranya: zakat, sedekah, dan hal-hal lain yang diwajibkan oleh syariat, demi terwujudnya pertumbuhan, keberkahan, dan kebersihan di dalam harta. 6. Memberikan hak masyarakat di dalam keuntungan, seperti pajak, dan Corporate Social Responsibility (CSR). Selain itu tidak boleh memakan harta orang lain dengan batil, atau dengan merampas hak-hak masyarakat. 7. Menulis dan mencatat semua akad, perjanjian, kesepakatan dan transaksi, demi menghindari adanya keraguan dan pertikaian. e. Dalil Kewajiban Zakat Perusahan Harta yang diinvestasikan di dalam syirkah dengan mengandalkan usaha manusia (pekerjaan) yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan pertumbuhan merupakan salah satu harta wajib zakat. Kewajiban tersebut berdasarkan pada penjelasan dalil-dalil di bawah ini: 1. Secara umum, harta yang berkembang dan harta yang bisa berkembang harus tunduk kepada zakat. Sebagaimana firman Allah: Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Taubah/9: 103) Begitu pula sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada Muadz bin Jabal saat beliau mengutusnya sebagai wali ke Yaman: Artinya: “Sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang fakir diantara mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, harta yang dikelola di perusahaan yang memilik objek berkembang, baik secara riil maupun estimasi tunduk kepada harta wajib zakat. 2. Rasulullah memerintahkan para sahabatnya untuk mengeluarkan zakat dari apa yang mereka persiapkan untuk jual beli(Urudh al-Tijarah). Sabda beliau: Artinya: “Pada unta ada zakatnya, pada kambing ada zakatnya, dan pada al-Bazzu ada zakatnya.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Al-Hakim). Perkataan al-Bazzu di sini mempunyai makna apa saja yang disiapkan untuk jual beli, seperti kain, barang-barang, dan yang lainnya. Abu Dawud meriwayatkan dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam: Artinya: “Memerintahkan kami untuk mengeluarkan zakat dari apa-apa yang kami siapkan untuk dijual.” (HR. Abu Dawud). 3. Para fuqaha baik salaf maupun khalaf telah sepakat tentang wajibnya zakat pada harta yang diinvestasikan pada perdagangan atau yang semisalnya. Dari kalangan salaf misalnya Abu Ubaid berkata: Artinya: “Apabila tiba waktumu untuk mengeluarkan zakat, maka hitunglah uang atau barang-barang yang diperdagangkan dan hitung sesuai dengan nilai uangnya. Hitung pula piutangmu yang ada pada orang lain. Kemudian kurangi dengan hutangmu kepada orang lain, lalu keluarkan zakat dari hartamu yang tersisa.” Al-Zaila’i berkata: “Dan barang-barang dagangan yang telah mencapai nishab uang atau emas, zakatnya 2,5%.” Ibnu Qudamah juga berkata: Artinya:“Barang siapa yang memiliki barang untuk diperdagangkan, lalu tiba haulnya saat ia telah mencapai nishab, maka hitunglah di akhir haul, jika mencapai nishab keluarkan zakatnya, yaitu 2,5%. Dan kami mengetahui bahwa tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ahli ilmu tentang diperhitungkannya haul.” Pernyataan fuqaha salaf di atas menunjukan harta komoditas perdagangan wajib untuk dizakati. Sedangkan untuk aset tetap yang tidak dipersiapkan untuk jual beli, dan hanya untuk pemakaian pribadi, maka tidak ada kewajiban zakat di dalamnya. Adapun aset tetap yang disewakan kepada orang lain, maka penyewaan itu tunduk kepada zakat. Begitu pula fuqaha dari kalangan khalaf bersepakat tentang wajibnya zakat pada harta-harta yang diinvestasikan, baik pada sektor perdagangan maupun pada sektor industri. Yusuf Al-Qaradhawi (1973) dalam bukunya Fiqh al-Zakah menyatakan zakat wajib bagi para pedagang, baik secara personal maupun yang berserikat. Dalam hal ini, diriwayatkan dari Abu Dawud dengan sanadnya Qais bin Abi Gharazah: Artinya: “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah berjalan melewati kami, dan beliau bersabda, “Wahai para pedagang, sesungguhnya jual beli itu diwarnai dengan perilaku sia-sia dan sumpah, maka bersihkan ia dengan zakat.” (HR. Abu Dawud). Hadits ini menegaskan tentang kebutuhan pedagang kepada proses pembersihan yang berkelanjutan dari noda-noda perniagaan. Maka jika pedagang telah mengeluarkan zakatnya, itu merupakan kafarat dari noda-noda yang mengotori perniagaannya. Dalam konteks ini, para fuqaha telah bersepakat tentang wajibnya zakat pada barang-barang dagangan (urudh tijarah). Barang-barang perdagangan yang ditujukan untuk dikembangkan dan mendapatkan keuntungan dikiaskan dengan hewan ternak yang dikembangbiakkan sehingga wajib zakat atasnya. Hanya saja masing-masing dizakati sesuai dengan jenisnya. Zakat perdagangan berdasarkan nilainya, sedangkan zakat hewan ternak berdasarkan jumlahnya. Keduanya memiliki kesamaan dalam pokok dasar kewajiban zakat. f. Ketentuan Hukum Zakat Perusahaan Para fuqaha berpendapat bahwa padanya (zakat perusahaan) berlaku pula hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang sama dengan kewajiban zakat pada perseorangan. Hal tersebut berdasarkan argumentasi berikut: Pertama: Zakat Merupakan Kewajiban Prinsip Firman Allah: Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Taubah/9: 60) Sabda Rasulullah kepada Muadz bin Jabal saat beliau mengutusnya ke Yaman: Artinya: “Sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang fakir diantara mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim). Firman Allah: Artinya: “Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui..” (QS. Al-Taubah/9: 11) Sabda Rasulullah: Artinya: “Islam dibangun di atas lima perkara; kesaksian bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menunaikan shalat, membayar zakat, berpuasa Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah bagi siapa yang mampu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah pernah membai’at orang yang masuk Islam untuk menunaikan kewajiban zakatnya. Beliau bersabda: Artinya:“Sesungguhnya kesempurnaan islam kalian adlah dengan mengeluarkan zakat harta kalian.” (HR. Al-Bazzar). Dengan statusnya sebagai prinsip beragama, maka siapa saja yang mengingkarinya berarti ia telah mengingkari kewajiban syariat dan dapat masuk pada kategori kafir. Adapun orang yang mengakuinya namun tidak menunaikannya, maka ia adalah seorang muslim yang bermaksiat. Kedua: Zakat Merupakan Ibadah Harta Zakat merupakan ibadah mahdhah yang memiliki dimensi dunia, yakni mensucikan harta; sebagaimana firman Allah: Artinya:“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka (jiwa dan hartanya) dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.” (QS. Al-Taubah/90: 103) Zakat menandakan ketaatan seorang mukmin, sebagaimana firman Allah dan Sabda Rasul: Artinya:“Dan orang-orang yang menunaikan zakat.” (QS. Al-Mu’minun/23: 4) Artinya: “Dan sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim) Maka, kejujuran iman, pengakuan atas rasa syukur kepada Allah ditandai dengan taatnya seorang hamba terhadap ibadah zakat. Bahkan bukan saja bagi yang sudah mukallaf, zakat diwajibkan juga kepada yang belum mukallaf sebagaimana sabda Rasulullah: Artinya: “Ketahuilah, barang siapa yang menjadi wali bagi anak yatim yang memiliki harta, hendaklah ia menggunakannya untuk berdagang atas nama anak itu, dan jangan ia membiarkannya sehingga harta itu dimakan oleh zakat.” (HR. Al-Tirmidzi). Ketiga: Zakat Sejatinya Mengembangkan Harta Allah berfirman: Artinya:“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Rum/30: 39) Rasulullah bersabda: Artinya: “Tidaklah harta akan berkurang karena sedekah.” (HR. Ahmad) Hal ini menegaskan bahwa jalan yang diberkahi untuk mengembangkan harta adalah dengan menunaikan zakat. Keempat: Zakat Merupakan Hak Para Mustahik Zakat bukanlah bersifat charity atau sukarela, dari orang kaya kepada orang miskin, namun zakat merupakan keharusan, haknya para mustahik. Allah berfirman: Artinya: “dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),” (QS. Al-Ma’arij/70: 24-25) Begitu juga pesan Rasulullah kepada Muadz bin Jabal: Artinya: “Sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang fakir diantara mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim). Kelima: Zakat Merupakan Tanggung Jawab Ulil amri (Penguasa) Diantara tugas penguasa/ pemerintah ditengah-tengah komunitas muslim adalah memberi fasilitas terbaik demi terkumpulnya dana zakat yang maksimal dan dapat meningkatkan kesejahteraan para mustahik. Baik dalam bentuk dukungan regulasi maupun dukungan iklim bagi terwujudnya pengolaan zakat yang terbaik. Sebagaimana firman Allah: Artinya: “(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al-Hajj/22: 41) Khalifah Abu Bakar Shiddiq dalam kisahnya, pada saat beliau berkuasa, beliau sangat konsen dan tegas memberantas orang-orang yang enggan membayar zakat, dan ia berkata: Artinya: “Demi Allah, andai mereka enggan menunaikan seekor anak kambing yang dulu mereka tunaikan kepada Rasulullah, sungguh aku akan memerangi mereka karenanya.” (HR. Jamaah kecuali Ibnu Majah). Dengan demikian, antara tugas pemerintah dalam memfasilitasi pengelolaan zakat orang-orang kaya adalah dengan mengeluarkan regulasi khusus untuk perusahaan yang hendak menunaikan zakatnya secara benar, bahkan jika memungkinkan bersifat wajib. g. Ketentuan Hitungan Zakat Perusahaan Dewasa ini perputaran uang didominasi oleh para pelaku bisnis dan perdagangan melalui jenis dan model usaha yang beragam. Sebagai bagian dari sistem ekonomi Islam, jelas zakat memiliki kontrbusi yang sangat besar dalam mendekatkan jurang ekonomi. Hal ini lantaran zakat diwajibkan kepada pemilik harta dan didistribusikan kepada pihak yang kesusahan dan kekurangan. Atas prinsip inilah, sebagaimana zakat diwajibkan ke atas individu yang memiliki harta, maka zakat juga diwajibkan kepada perusahaan sebagai pusat berputarnya harta khususnya pada zaman modern saat ini. Beberapa perlakuan fikih yang perlu diperhatikan pada saat proses menghitung zakat perusahaan, diantaranya adalah: Pertama: Harta Shareholder Sebagaimana lazimnya bahwa harta perusahaan merupakan harta milik dua orang mitra atau lebih yang dikelola oleh satu manajemen. Kondisi demikian dinisbahkan bagai satu harta, karena adanya kesamaan dalam sifat dan kondisi, yakni kesamaan tujuan. Pada prakteknya harta masing-masing mitra (shareholder) harus dilihat secara detail, kapan dan berapa dari segi haulnya, takaran zakatnya, nishabnya, presentasenya, dan jumlahnya. Tatkala sudah diketahui berapa jumlah yang wajib dikeluarkan oleh masing-masing mitra mitra sesuai kepemilikan sahamnya (modal perusahaan). Setelahnya, manajemen perusahaanlah sebagai wali mempunyai kewajiban untuk mengurusnya. Kedua: Perusahaan Adalah Syakhsiyah I’tibariyah Dalam pandangan fikih, sebuah korporasi yang diibaratkan sebagai pribadi (Syakhsiyah I’tibariyah) atau satu orang. Maka zakat perusahaan layaknya dihitung sebagai satu kesatuan harta. Setelah itu dibagikan kepada semua mitra sesuai dengan saham mereka masing-masing pada modal perusahaan. Ketiga: Kewajiban Zakat Pada Mitra Kewajiban zakat hanya kepada para pemegang saham yang beragama Islam berdasarkan apa yang ia miliki di perusahaan adapun mitra atau pemegang saham non muslim, mereka tidak wajib zakat. Namun mereka bisa saja dibebankan bayaran lain sesuai dengan regulasi perusahaan yang berlaku. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Dasar Penghitungan Zakat Perusahaan
Dasar Penghitungan Zakat Perusahaan
a. Prinsip Dasar Hitungan Zakat Perusahaan Prinsip-prinsip ini merupakan hasil adopsi dari bahasan fikih zakat untuk kemudian disajikan dalam sebuah standar laporan zakat perusahaan. Sebagaimana berikut: 1. Tahunan (perhaul): Bahwa penaggalan haul, awal dan akhir tahun sebuah harta tiap tahunnya harus jelas baik berdasarkan penanggalan hijriah ataupun masehi. Setiap perusahaan memilih tanggal tahunannya yang sesuai dengan kondisnya. 2. Independensi tahun zakat: Bahwa setiap tahunnya zakat memiliki awal dan akhir tersendiri dan terpisah dari tahun-tahun berikutnya. Hal ini karena tidak bolehnya mewajibkan dua zakat pada satu harta dalam tahun yang sama. Sebagaimana sabda Rasulullah: Artinya: “Tidak ada dua kali pembayaran dalam zakat.”(HR. Bukhari dan Muslim) 3. Adanya perkembangan harta: harta wajib zakat haruslah harta yang berkembang secara riil atau diperkirakan bisa berkembang jika diberi peluang untuk dikelola dan diinvestasikan. Berdasarkan ini, maka aset tetap dan yang semisalnya tidak termasuk kepada zakat, karena ia sebatas digunakan untuk pemakaian pribadi dan bukan untuk investasi ataupun perdagangan. Hanya pertumbuhan (laba dan pendapatan) yang lahir dari modal yang dianggap sebagai harta wajib zakat. 4. Nishab zakat dengan menggabungkan semua harta zakat: Bahwa harta-harta yang disiapkan untuk diperdagangkan, dianggap sebagai satu gabungan dan memiliki satu nishab. 5. Zakat dihitung dari harta bersih: bahwa harta wajib zakat haruslah harta yang telah dikurangi dari semua pengeluaran wajib, atau kewajiban lancar (current liabilities), lalu selisihnya disebut dengan takaran (wi’a) zakat. 6. Membebankan zakat kepada mitra (pemegang saham/pemilik modal). Zakat dibagi kepada mitra sesuai dengan kepemilikan modal. b. Perlakukan Zakat Pada Aset Perusahaan Identifikasi perlakuan zakat pada masing-masing aset perusahan adalah sebuah keharusan sebagai langkah awal pada saat membaca laporan neraca atau pada saat membaca kumpulan aset pada daftar keuangan perusahaan. Sebagaimana uraian berikut: Pertama: Aset Tetap (Fixed Assets) Maksudnya aset yang dimiliki untuk membantu dalam mengerjakan aktivitas perusahaan, dan bukan untuk dijual atau diinvestasikan. Seperti properti, alat-alat, mesin, mobil, perabot, barang-barang perlengkapan, dan yang sejenis. Dari sudut pandang zakat harta, aset ini tidak termasuk dalam harta zakat, karena tidak termasuk harta yang berkembang. Selain itu, penyusutan harganya juga tidak berdampak pada zakat, karena aset asalnya tidak tunduk kepada zakat. Kedua: Properti Investasi Maksudnya adalah aset tetap yang dimiliki dengan tujuan memperoleh pemasukan, bukan untuk digunakan atau dijual. Contohnya: properti yang disewakan kepada orang lain, kendaraan yang disewakan, sekuritas di anak perusahaan atau perusahaan afiliasi (sister company) yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan dan bukan dalam bentuk mudharabah, serta surat-surat investasi yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan. Dari sudut pandang zakat harta: Investasi ini tidak termasuk ke dalam harta zakat, melainkan hanya pemasukan yang diperolehnya selama satu haul yang wajib zakat. Ketiga: Aset Yang Sedang Dibuat(Assets On Progress) Maksudnya adalah proyek pembangunan beberapa aset yang harus dimiliki oleh perusahaan dengan status masih belum selesai. Dari sudut zakat harta dibedakan menjadi: 1. Aset yang sedang dibuat dan akan dijadikan sebagai aset tetap guna menyokong pelaksanaan aktivitas perusahaan. Jenis ini tidak termasuk ke dalam harta zakat. 2. Aset yang sedang dibuat dan akan dijadikan sebagai barang dagangan. Jenis ini termasuk dalam harta zakat setelah mendapat kepastian dari ahli tentang berapa nilai pastinya. Keempat: Beban Dibayar Dimuka Maksudnya biaya yang dikeluarkan untuk pendirian perusahaan, kajian-kajian, uji coba, biaya promosi dan lainnya. Dari sudut pandang zakat harta, biaya-biaya ini tidak termasuk dalam harta zakat karena ia bukan harta yang berkembang. Kelima: Persediaan Barang Dagangan (Inventory) Persediaan barang dagangan yaitu barang dagangan dan sejenisnya yang siap untuk diperjualbelikan, termasuk: (1) barang yang telah siap dijual; (2) barang yang sedang diproduksi dan masih membutuhkan beberapa pekerjaan sampai ia menjadi sempurna; dan (3) bahan baku awal yang akan digunakan untuk proses produksi. Dari sudut pandang zakat harta, barang-barang ini termasuk dalam harta zakat, karena ia berkembang dan disiapkan untuk perdagangan. Keenam: Letter of Credit Maksudnya biaya yang dibayarkan ke bank untuk membuka kredit guna membeli alat-alat, atau perlengkapan, atau spare part, atau barang-barang atau bahan baku dari luar. Menurut perlakuan umum akuntansi, biaya-biaya ini dimasukkan ke dalam kumpulan aset lancar. Dari sudut pandang zakat harta, jika kredit ini untuk membeli aset tetap atau spare part atau yang sejenisnya, maka ia tidak termasuk harta zakat, karena ia mengambil hukum yang sama dengannya. Adapun jika kredit ini untuk membeli barang atau bahan baku atau yang sejenisnya, maka ia termasuk dalam harta zakat. Ketujuh: Piutang Maksudnya piutang di tangan orang lain, yang berasal dari berbagai macam transaksi dengan perusahaan. Contohnya: piutang yang akan kembali, pinjaman, monetary trust. Dari sudut pandang zakat harta, dibedakan menjadi: 1. Piutang yang diharapkan dapat kembali– termasuk harta zakat berdasarkan nilainya yang terdaftar berdasarkan perjanjian. 2. Piutang yang diragukan dapat kembali, tidak termasuk harta zakat karena ia kehilangan syarat adanya kepemilikan yang sempurna. Jika kelak piutang yang diragukan ini dikembalikan, maka ia akan berpengaruh pada uang yang ada selama satu haul, dan wajib dikeluarkan zakatnya. Kedelapan: Wesel Tagih (Notes Receivable) dan Cek Mundur Maksudnya adalah surat berharga komersial (Commercial Paper) dan cek mundur yang ditarik untuk pihak ketiga (drawee). Dari sudut pandang zakat harta, dibedakan yaitu: 1. Wesel tagih yang diharapkan dapat kembali– ini termasuk harta zakat berdasarkan nilainya yang terdaftar dan ditandatangani oleh pihak ketiga (drawee). 2. Piutang yang tidak diharapkan dapat kembali (diragukan), ini tidak termasuk harta zakat karena ia kehilangan syarat adanya kepemilikan yang sempurna. Kesembilan: Investasi Jangka Pendek Maksudnya investasi keuangan yang dilakukan oleh perusahaan saat adanya liquidity excess jangka pendek dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas mudharabah atau dari aktivitas investasi pada lembaga-lembaga keuangan. Diantara contoh dari investasi jangka pendek ini adalah: 1. Sekuritas (saham, obligasi dan sukuk). 2. Sukuk investasi yang diterbitkan oleh bank dan tabung-tabung investasi. 3. Sertifikat investasi yang diterbitkan oleh bank dan tabung-tabung investasi. 4. Bentuk-bentuk sekuritas lain yang sejenis. Ciri khas dari investasi ini adalah berjangka pendek dan berjalan sehingga bisa dicairkan saat dibutuhkan. Dari sudut pandang zakat harta, aset ini merupakan harta wajib zakat yang dinilai berdasarkan nilai pasarnya pada akhir haul saat tiba waktu untuk mengeluarkan zakat, ditambah dengan keuntungan yang didapat. Jika bagi hasilnya mengandung uang yang tidak sesuai syariat karena riba, maka itu harus dipisahkan dan disalurkan untuk fasilitas umum seperti jalan, jembatan, atau jamban. Kesepuluh: Jaminan Pihak Ketiga Maksudnya uang yang ada pada pihak ketiga baik pemerintah atau lembaga dan perusahaan sebagai jaminan. Dana ini tidak bisa ditarik kecuali setelah selesainya tujuan dari pembayarannya. Hukumnya sama dengan harta yang terikat atau tertahan. Dari sudut pandang zakat harta, ini tidak termasuk harta zakat karena hukumnya sama dengan harta yang terikat atau tertahan. Namun, pada saat harta tersebut bisa didapatkan, maka menjadi wajib zakat jika sudah satu haul. Kesebelas: Kas di Bank Maksudnya sejumlah uang yang disetorkan di bank sampai adanya permintaan. Sebagai contoh: transaksi berjalan, deposito berjangka, rekening investasi, rekening tabungan, dan yang lainnya. Bank-bank konvensional biasanya memberi bunga atau bagi hasil untuk sebagian dana ini. Sementara bank-bank syariat memberinya bagian dari keuntungan yang riil. Dari sudut pandang zakat harta, dana-dana ini termasuk dalam harta zakat berdasarkan jumlah riilnya pada akhir haul. Dan apabila ia mengandung bunga riba, maka harus dipisahkan dan disalurkan untuk amal sosial, namun bukan dengan niat sedekah, dan tidak pula dimasukkan ke dalam harta zakat. Namun apabila ia mengandung keuntungan yang halal, maka harus ditambahkan kepada dana awal dan kemudian dikeluarkan zakatnya secara keseluruhan. Keduabelas: Petty Cash Maksudnya dana yang disimpan oleh perusahaan dalam bentuk likuiditas untuk digunakan saat kebutuhan mendesak dan kebutuhan kecil, pengecekannya dilakukan pada akhir haul. Pencatatan petty cash dimasukkan ke dalam item uang tunai di box, di bawah kategori aset lancar. Dari sudut pandang zakat harta, dana ini termasuk harta zakat berdasarkan pada pengecekan aktual di akhir haul. Jika ditemukan mata uang asing, maka harus ditukarkan kepada mata uang setempat berdasarkan nilai tukar diakhir haul. Jika ditemukan uang emas atau perak, maka ditukar kepada uang tunai berdasarkan nilai pasar yang berlaku saat haul zakat. c. Perlakuan Zakat Pada Liabilitas Perusahaan Sesuai dengan hukum zakat perdagangan, liabilitas harus dikeluarkan dari harta wajib zakat. Para fuqaha telah menetapkan beberapa syarat yang wajib dipenuhi dalam menyikapi liabilitas perusahaan, diantaranya adalah: 1. Liabilitas haruslah sesuai syariat, dalam arti bahwa karena sebab yang sesuai dengan hukum dan prinsip-prinsip syariat. 2. Liabilitas harus berjangka pendek dan harus dibayarkan pada rentang satu haul (tahun). 3. Sah (legal secara hukum) dan bukan dibuat-buat atau sekedar formalitas. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyikapi beberapa jenis liabilitas perusahaan, antara lain: Pertama: Liabilitas Jangka Panjang Berupa utang jangka panjang yang diperoleh perusahaan untuk mendanai pembelian aset tetap dan aset lancar. Hal ini muncul dalam kumpulan utang tetap, biasanya pembayarannya disepakati secara bertahap. Dari sudut pandang zakat harta: yang dikurangi hanyalah bagian yang harus dibayarkan dari harta zakat pada setiap periode tahunnya saja. Kedua: Wesel Bayar Berupa surat berharga komersial (Commercial Paper) dan cek mundur yang ditarik untuk perusahaan, biasanya berjangka pendek. Dari sudut pandang zakat harta, liabilitas ini dikurangi dari harta zakat saat berada pada masa jatuh tempo. Ketiga: Pendapatan Diterima Dimuka Maksudnya dana yang dibayarkan oleh para agen sebagai jaminan atau pembayaran di muka, dengan tujuan mensuplay barang atau memberikan layanan kepada mereka. Dan dari sudut pandang zakat harta, hal ini merupakan bagian yang harus dikurangi dari harta zakat. Keempat: Utang Transaksi Berjalan Merupakan dana milik pihak lain yang timbul karena berbagai transaksi, baik itu kepada individu, perusahaan, lembaga, maupun instansi pemerintah. Dari sudut pandang zakat harta: utang pada transaksi berjalan termasuk liabilitas yang wajib dikurangi dari harta zakat. Kelima: Beban Terutang Merupakan dana yang harus dibayar perusahaan sebagai imbalan atas layanan yang diberikan kepada perusahaan dan belum dibayar sampai akhir tahun zakat. Dari sudut pandang zakat harta: beban terutang ini dianggap sebagai liabilitas jangka pendek yang harus dibayar segera, dan termasuk yang wajib dikurangi dari harta zakat. Keenam: Apropriasi Merupakan liabilitas yang harus dibayarkan oleh perusahaan, namun belum ditentukan nilainya secara spesifik. Contohnya adalah: apropriasi untuk pajak, kompensasi, denda, pembayaran karena tidak ada layanan, dan sebagainya. Dari sudut pandang zakat harta: bagian yang harus segera dibayarkan pada tahun berikutnya dianggap sebagai liabilitas yang harus dikurangi dari harta zakat, dengan syarat liabilitas ini bersifat wajar. Ketujuh: Hak Kepemilikan Merupakan nilai bersih yang dimiliki mitra dalam sebuah perusahaan. Diantara elemen-elemen ini adalah: 1. Modal 2. Cadangan 3. Keuntungan yang tidak dibagi Dari sudut pandang zakat harta, harta kepemilikan tidak dianggap sebagai bagian dari liabilitas perusahaan, sehingga ia tidak berpengaruh kepada takaran zakat. d. Pemilihan Metode Kepemilikan Modal Terdapat berbagai metode untuk menghitung zakat pada sebuah perusahaan diantaranya adalah metode income dan kepemilikan modal. Pada buku ini penulis lebih memilih metode kepemilikan modal oleh karena baik dari sudut pandang fikih, juga dari sudut pandang akuntansi zakat lebih mudah untuk diaplikasikan. e. Penentuan Berdasarkan Kepemilikan Modal Pada perusahaan join saham (joint stock company), maka pembagian jumlah zakat yang wajib dikeluarkan dilakukan berdasarkan jumlah saham. Dalam prakteknya terdapat dua kondisi, yaitu: Pertama: Para pemegang saham menyerahkan kepada manajemen perusahaan untuk mewakili mereka dalam membayarkannya. Lalu dibebankan kepada transaksi berjalan mereka sebagai penarikan. Kedua: Tidak menyerahkan kepada perusahaan melainkan para pemegang saham sendirilah yang membayar zakatnya secara mandiri. Dalam kondisi ini, mereka diberitahu oleh manajemen tentang bagian dari masing-masing. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL02/10/2025 | Admin bidang 1
Tentang  zakat
Tentang zakat
Zakat adalah bagian tertentu dari harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim apabila telah mencapai syarat yang ditetapkan. Sebagai salah satu rukun Islam, Zakat ditunaikan untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (asnaf). Zakat berasal dari bentuk kata "zaka" yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq: 5) Makna tumbuh dalam arti zakat menunjukkan bahwa mengeluarkan zakat sebagai sebab adanya pertumbuhan dan perkembangan harta, pelaksanaan zakat itu mengakibatkan pahala menjadi banyak. Sedangkan makna suci menunjukkan bahwa zakat adalah mensucikan jiwa dari kejelekan, kebatilan dan pensuci dari dosa-dosa. Dalam Al-Quran disebutkan, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. at-Taubah [9]: 103). Menurut istilah dalam kitab al-Hâwî, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu. Orang yang menunaikan zakat disebut Muzaki. Sedangkan orang yang menerima zakat disebut Mustahik. Sementara menurut Peraturan Menteri Agama No. 52 Tahun 2014, Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang Islam untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Zakat dikeluarkan dari harta yang dimiliki. Akan tetapi, tidak semua harta terkena kewajiban zakat. Syarat dikenakannya zakat atas harta di antaranya: harta tersebut merupakan barang halal dan diperoleh dengan cara yang halal; harta tersebut dimiliki penuh oleh pemiliknya; harta tersebut merupakan harta yang dapat berkembang; harta tersebut mencapai nishab sesuai jenis hartanya; harta tersebut melewati haul; dan pemilik harta tidak memiliki hutang jangka pendek yang harus dilunasi. Asnaf (8 Golongan) Penerima Zakat Sebagai instrumen yang masuk dalam salah satu Rukun Islam, zakat tentu saja memiliki aturan mengikat dari segi ilmu fiqihnya, salah satu diantaranya adalah kepada siapa zakat diberikan. Dalam QS. At-Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentuan ada delapan golongan orang yang menerima zakat yaitu sebagai berikut: Fakir, mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup. Miskin, mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan. Amil, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat. Mualaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menguatkan dalam tauhid dan syariah. Riqab, budak atau hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya. Gharimin, mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam mempertahankan jiwa dan izzahnya. Fisabilillah, mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan dakwah, jihad dan sebagainya. Ibnu Sabil, mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada Allah. Jenis Zakat Secara umum zakat terbagi menjadi dua jenis, yakni zakat fitrah dan zakat mal. Zakat Fitrah (zakat al-fitr) adalah zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa baik lelaki dan perempuan muslim yang dilakukan pada bulan Ramadhan. Zakat mal adalah zakat yang dikenakan atas segala jenis harta, yang secara zat maupun substansi perolehannya, tidak bertentangan dengan ketentuan agama. Sebagai contoh, zakat mal terdiri atas uang, emas, surat berharga, penghasilan profesi, dan lain-lain, sebagaimana yang terdapat dalam UU No. 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat, Peraturan Menteri Agama No. 52 Tahun 2014 yang telah diubah dua kali dengan perubahan kedua adalah Peraturan Menteri Agama No. 31/2019, dan pendapat Syaikh Dr. Yusuf Al-Qardhawi serta para ulama lainnya. Zakat mal sebagaimana dimaksud pada paragraf di atas meliputi: 1. Zakat emas, perak, dan logam mulia lainnya Adalah zakat yang dikenakan atas emas, perak, dan logam lainnya yang telah mencapai nisab dan haul. 2. Zakat atas uang dan surat berharga lainnya Adalah zakat yang dikenakan atas uang, harta yang disetarakan dengan uang, dan surat berharga lainnya yang telah mencapai nisab dan haul. 3. Zakat perniagaan Adalah zakat yang dikenakan atas usaha perniagaan yang telah mencapai nisab dan haul. 4. Zakat pertanian, perkebunan, dan kehutanan Adalah zakat yang dikenakan atas hasil pertanian, perkebunan dan hasil hutan pada saat panen. 5. Zakat peternakan dan perikanan Adalah zakat yang dikenakan atas binatang ternak dan hasil perikanan yang telah mencapai nisab dan haul. 6. Zakat pertambangan Adalah zakat yang dikenakan atas hasil usaha pertambangan yang telah mencapai nisab dan haul. 7. Zakat perindustrian Adalah zakat atas usaha yang bergerak dalam bidang produksi barang dan jasa. 8. Zakat pendapatan dan jasa Adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan yang diperoleh dari hasil profesi pada saat menerima pembayaran, zakat ini dikenal juga sebagai zakat profesi atau zakat penghasilan. 9. Zakat rikaz Adalah zakat yang dikenakan atas harta temuan, dimana kadar zakatnya adalah 20%. Syarat Zakat Mal dan Zakat Fitrah: 1. Harta yang dikenai zakat harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan syariat Islam. 2. Syarat harta yang dikenakan zakat mal sebagai berikut: a. milik penuh b. halal c. cukup nisab d. haul 3. Hanya saja, syarat haul tidak berlaku untuk zakat pertanian, perkebunan dan kehutanan, perikanan, pendapatan dan jasa, serta zakat rikaz. Sedangkan untuk syarat zakat fitrah sebagai berikut: beragama Islam hidup pada saat bulan ramadhan; memiliki kelebihan kebutuhan pokok untuk malam dan hari raya idul fitri; (Sumber: Al Qur'an Surah Al Baqarah ayat 267, Peraturan Menteri Agama Nomor 31 Tahun 2019, Fatwa MUI Nomor 3 Tahun 2003, dan pendapat Shaikh Yusuf Qardawi). Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL01/10/2025 | Admin bidang 1
Tentang Sedekah
Tentang Sedekah
Sedekah merupakan kata yang sangat familiar di kalangan umat Islam. Sedekah diambil dari kata bahasa Arab yaitu “shadaqah”, berasal dari kata sidq (sidiq) yang berarti “kebenaran”. Menurut peraturan BAZNAS No.2 tahun 2016, sedekah adalah harta atau non harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. Sedekah merupakan amalan yang dicintai Allah SWT. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang sedekah, salah satunya dalam surat Al-Baqarah ayat 271, “Jika kamu menampakkan sedekah (mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah: 271). Keutamaan Sedekah 1. Sedekah Tidak Mengurangi Harta “Sedekah adalah ibadah yang tidak akan mengurangi harta, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda untuk mengingatkan kita dalam sebuah riwayat Muslim, “sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim). Mengapa sedekah tidak akan mengurangi harta? Karena meskipun secara tersurat harta terlihat berkurang, namun kekurangan tersebut akan ditutup dengan pahala di sisi Allah SWT dan akan terus bertambah kelipatannya menjadi lebih banyak. Hal ini merupakan janji Allah yang termaktub dalam surat Saba “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39). 2. Sedekah Menghapus Dosa Sebagai makhluk Allah SWT yang tak luput dari dosa, umat Islam senantiasa diberikan berbagai keistimewaan agar berkesempatan untuk bertaubat dan menghapus dosa-dosanya dengan cara yang yang diridhai oleh Nya. Salah satunya dengan sedekah. Sedekah merupakan ibadah yang istimewa, ia dapat memudahkan kita dalam menghapus dosa-dosa. Rasulullah SAW pernah bersabda “Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api. (HR. At-Tirmidzi). 3. Sedekah Melipatgandakan Pahala Sedekah memberikan banyak keistimewaan kepada pelakunya, salah satu diantaranya adalah Allah SWT akan memberikan pahala yang banyak untuk orang yang bersedekah. Allah SWT berfiman, “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18) Itulah beberapa keistimewaan sedekah. Begitu banyak nikmat Allah dalam bersedekah, semoga kita termasuk ke dalam orang orang yang diringankan dalam melakukan ibadah istimewa ini. Aamiin. Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL01/10/2025 | Admin bidang 1
Tentang Infak
Tentang Infak
infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum (Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pada BAB I Pasal 1). infak merupakan amalan yang tak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari seorang Muslim. infak berasal dari Bahasa Arab, "anfaqa" yang berarti membelanjakan harta atau memberikan harta. Sedangkan infak berarti keluarkanlah harta. Sejatinya infak dibagi menjadi dua, ada infak untuk kebaikan, dan infak untuk keburukan. infak kebaikan ini dilakukan atau dibelanjakan untuk di jalan Allah, yang juga dengan harta berasal dari hal baik. Sedangkan infak keburukan contohnya, dijelaskan dalam Surat Al-Anfal Ayat 36, yang artinya sebegai berikut: "Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan" (QS. Al-Anfal : 36). Allah Subhanahu Wata’ala memerintahkan setiap hambanya agar menyisihkan hartanya untuk berinfak yang hal ini masuk dalam kebaikan, dan Allah mencintai hambanya yang berbuat baik. Hal ini dijelaskan dalam Surat Ali Imran ayat 133-134. “Dan bersegeralah kamu kepada keampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang takwa. Yaitu orang-orang yang menginfakkan (hartanya) baik di waktu senang atau di waktu susah, dan orang-orang yang menahan kemarahannya dan memaafkan kesalahan orang. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan”. (QS. Ali Imran: 133-134). infak ternyata memiliki perbedaan dari sedekah, infak sebenarnya dilakukan dengan harta atau material, sedangkan sedekah, bisa dilakukan dengan non-harta atau non-material. Misalnya saja sedekah bisa dilakukan dengan senyuman, “Senyummu terhadap wajah saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi). Keutamaan Berinfak 1. Memperoleh Pahala yang Besar “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah sebahagian dari hartamu yang Allah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (sebahagian) dari hartanya memperolehi pahala yang besar”. (QS. Al-Hadid: 7). 2. Didoakan Malaikat “Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua malaikat yang turun dan berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada yang gemar berinfak (rajin memberi nafkah pada keluarga).” Malaikat yang lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah (memberi nafkah).” (HR. Bukhari). 3. Allah Ganti Harta yang Diinfakkan "Katakanlah: 'Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)'. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan (belanjakan), maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (QS. Saba: 39). Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat #MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan
ARTIKEL01/10/2025 | Admin bidang 1
Info Rekening Zakat

Info Rekening Zakat

Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.

BAZNAS

Info Rekening Zakat