Berita Terbaru
Penghafal Quran di Palestina, Secercah Cahaya Iman di Tengah Penderitaan
Di tengah situasi konflik yang berkepanjangan, Palestina tidak hanya dikenal sebagai tanah para pejuang, tetapi juga sebagai tanah para penghafal Quran. Meskipun hidup dalam tekanan dan ketidakpastian, banyak anak-anak, remaja, dan dewasa di Palestina yang menghafal Al-Qur'an. Mereka menjadi simbol keteguhan iman, ketangguhan, dan harapan di tengah kondisi yang berat.
Palestina dan Tantangan yang Dihadapi
Palestina adalah wilayah yang telah lama menjadi pusat konflik antara Israel dan rakyat Palestina. Penduduk Palestina hidup dalam kondisi yang penuh tekanan, mulai dari pembatasan berbagai akses, kekerasan, hingga kesulitan ekonomi. Namun, di tengah semua itu, semangat untuk mempelajari dan menghafal Al-Qur'an tetap menyala. Bagi banyak warga Palestina, Al-Qur'an bukan hanya sebagai pedoman hidup, tetapi juga sebagai sumber kekuatan dan ketenangan di tengah gejolak kehidupan yang menghadang.
Perjuangan Para Penghafal Quran Palestina
1. Membaca Al-Quran dalam Setiap Kondisi
Banyak penghafal Quran di Palestina yang harus belajar di tengah situasi yang tidak menentu. Mereka seringkali harus menghadiri kelas menghafal di masjid atau lembaga tahfiz sederhana, bahkan di antara puing reruntuhan, di bawah tenda-tenda pengungsian, di antara ancaman serangan atau pembatasan oleh pihak Israel. Banyak video yang beredar di dunia maya tentang betapa tegarnya para penjaga Al-Quran Palestina hingga di saat kritis yang terlantun di bibir mereka adalah ayat suci Al-Quran. Ada seorang pasien korban penyerangan yang ketika sedang dilakukan tindakan operasi tanpa bius karena keterbatasan medis saat itu dengan penuh keyakinan tanpa rasa takut sedikitpun membacakan ayat Al-Quran yang bacaan ini menguatkan dan menenangkannya meski tentunya ada rasa sakit luar biasa yang dirasa. Semua kesulitan dan kemustahilan ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus menghafal dan memahami Al-Qur'an.
2. Dukungan Keluarga dan Masyarakat
Keluarga dan masyarakat Palestina memainkan peran penting dalam mendukung para penghafal Quran. Banyak orang tua yang menjadikan aktivitas menghafal Al-Qur'an sebagai investasi akhirat dan pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka. Mereka rela mengorbankan waktu dan sumber daya untuk memastikan anak-anak mereka bisa belajar dengan baik.
3. Lembaga Tahfiz yang Tangguh
Banyak lembaga tahfiz atau halaqah Al-Quran yang didirikan di Palestina untuk memfasilitasi proses menghafal Al-Qur'an. Lembaga-lembaga ini seringkali beroperasi dengan sumber daya yang terbatas, tetapi mereka berhasil mencetak banyak penghafal Quran yang berkualitas. Beberapa lembaga bahkan menyediakan program khusus untuk anak-anak yatim dan korban okupasi Israel.
Kisah Inspiratif Para Penghafal Quran
1. Anak-Anak Penghafal Quran
Banyak anak-anak di Palestina yang sudah menghafal Al-Qur'an di usia yang sangat muda. Misalnya, seorang anak bernama Muhammad yang berhasil menghafal 30 juz Al-Qur'an di usia 10 tahun. Meskipun hidup di tengah konflik, Muhammad dan anak-anak seperti dia tetap bersemangat untuk belajar dan menghafal Al-Qur'an.
2. Pemuda Penghafal Quran Palestina yang Menginspirasi
Remaja Palestina juga tidak kalah inspiratif. Seorang remaja bernama Aisha, yang tinggal di Gaza, berhasil menghafal Al-Qur'an sambil membantu keluarganya yang kesulitan secara ekonomi. Aisha seringkali belajar di malam hari karena di siang hari ia harus membantu orang tuanya bekerja. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak remaja di Palestina.
2. Orang Tua dan Dewasa yang Tetap Bersemangat
Tidak hanya anak-anak dan remaja, banyak orang dewasa di Palestina yang juga berhasil menghafal Al-Qur'an. Seorang ibu rumah tangga bernama Fatimah, misalnya, berhasil menghafal Al-Qur'an di usia 40 tahun. Ia mengaku bahwa menghafal Al-Qur'an memberikannya ketenangan dan kekuatan untuk menghadapi kehidupan yang penuh tekanan. Tidak ada kata terlambat dalam belajar Al-Quran. Di usia senja sekalipun, para orang tua di Palestina tetap memiliki semangat yang menggelora untuk selalu berdekatan dengan Al-Quran karena bagi mereka Al-Quran adalah sahabat yang menguatkan mereka di tengah cobaan yang tak berkesudahan.
Dampak Positif Para Penghafal Quran
1. Membangun Ketahanan Mental dan Spiritual
Menghafal Al-Qur'an membantu para penghafal dan masyarakat Palestina untuk membangun ketahanan mental dan spiritual. Al-Qur'an menjadi sumber kekuatan dan ketenangan di tengah situasi yang penuh tekanan.
2. Meningkatkan Solidaritas Sosial
Para penghafal Quran seringkali menjadi pusat perhatian dan kebanggaan masyarakat. Mereka menjadi simbol harapan dan keteguhan, yang menginspirasi orang lain untuk tetap bersemangat dalam menghadapi tantangan.
3. Memperkuat Identitas Keislaman
Di tengah upaya untuk menghapus identitas keislaman dan ke-Palestina-an, para penghafal Quran menjadi bukti nyata bahwa Islam dan Al-Qur'an tetap hidup di hati rakyat Palestina.
4. Mendapatkan Pengakuan Internasional
Banyak penghafal Quran dari Palestina yang berhasil meraih prestasi di kompetisi internasional. Mereka tidak hanya membawa nama baik Palestina, tetapi juga menunjukkan kepada dunia bahwa di tengah konflik, semangat untuk belajar dan beribadah tetap menyala.
Tantangan yang Dihadapi
1. Keterbatasan Fasilitas
Banyak lembaga tahfiz di Palestina yang kekurangan fasilitas, seperti buku, alat tulis, dan ruang belajar yang memadai. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat para penghafal Quran.
2. Ancaman Keamanan
Para penghafal Quran seringkali harus belajar di tengah ancaman serangan atau pembatasan oleh pihak Israel. Namun, mereka tetap bersemangat untuk terus menghafal dan memahami Al-Qur'an.
3. Kesulitan Ekonomi
Banyak keluarga di Palestina yang kesulitan secara ekonomi, sehingga mereka harus memilih antara memenuhi kebutuhan sehari-hari atau menyekolahkan anak-anak mereka ke lembaga tahfiz. Namun, banyak keluarga yang tetap memprioritaskan pendidikan agama bagi anak-anak mereka.
Kesimpulan
Para penghafal Quran di Palestina adalah bukti nyata keteguhan iman dan semangat yang tidak pernah padam. Di tengah konflik dan kesulitan, mereka tetap bersemangat untuk menghafal dan memahami Al-Qur'an. Mereka tidak hanya menjadi kebanggaan bagi keluarga dan masyarakat, tetapi juga menjadi inspirasi bagi dunia.
Mari kita dukung perjuangan mereka dengan doa, bantuan, dan kepedulian. Semoga cahaya Al-Qur'an terus menyinari hati mereka dan memberikan kekuatan untuk menghadapi segala tantangan.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Nur Isnaini Masyithoh
BERITA16/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh
Makanan Palestina: Rasa yang Menggugah Selera dan Cerita di Baliknya
Makanan adalah salah satu aspek budaya yang paling mendalam dan kaya. Setiap suku bangsa memiliki tradisi kuliner yang unik, yang tidak hanya mencerminkan bahan-bahan yang tersedia di lingkungan mereka, tetapi juga sejarah, nilai-nilai, dan identitas mereka. Makanan Palestina adalah salah satu contoh yang paling menarik dari hal ini. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi berbagai hidangan khas Palestina, makna di baliknya, serta bagaimana makanan ini menjadi simbol ketahanan dan identitas bangsa Palestina.
Sejarah dan Budaya Makanan Palestina
Makanan Palestina tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang dan kompleks wilayah tersebut. Terletak di persimpangan antara tiga benua, Palestina telah menjadi tempat pertemuan berbagai budaya dan tradisi kuliner. Sejak zaman kuno, wilayah ini telah dipengaruhi oleh berbagai peradaban, termasuk Romawi, Bizantium, Arab, Ottoman, dan banyak lagi. Setiap peradaban meninggalkan jejaknya dalam bentuk bahan makanan, teknik memasak, dan resep yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Pengaruh Geografis
Geografi Palestina yang beragam, mulai dari pegunungan hingga dataran rendah dan pantai, memberikan akses ke berbagai bahan makanan. Tanaman seperti zaitun, gandum, dan sayuran segar tumbuh subur di tanah Palestina. Selain itu, ikan dan makanan laut juga menjadi bagian penting dari diet masyarakat pesisir. Semua ini menciptakan keragaman dalam masakan Palestina yang tidak hanya lezat tetapi juga sehat.
Makanan sebagai Identitas
Makanan Palestina bukan hanya sekadar konsumsi, tetapi juga merupakan bagian integral dari identitas nasional. Dalam konteks konflik yang berkepanjangan, makanan menjadi simbol ketahanan dan perlawanan. Hidangan tradisional sering kali disajikan dalam perayaan, pertemuan keluarga, dan acara-acara penting lainnya, mengingatkan masyarakat akan akar budaya mereka.
Hidangan Khas Palestina
Berikut adalah beberapa hidangan khas Palestina yang menggugah selera dan memiliki cerita di baliknya:
1. Maqluba
Maqluba, yang berarti "terbalik" dalam bahasa Arab, adalah hidangan nasi yang dimasak dengan daging (biasanya ayam atau domba) dan sayuran. Setelah dimasak, hidangan ini dibalikkan di atas piring saji, sehingga lapisan sayuran dan daging berada di atas nasi. Maqluba sering disajikan dalam acara-acara khusus dan perayaan, dan menjadi simbol persatuan keluarga.
Dalil: Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Dan Kami jadikan di antara mereka itu, dan di antara keturunan mereka, orang-orang yang memberi petunjuk dan menjadi pemimpin dalam kebenaran." (Al-Sajdah: 24). Ini menunjukkan pentingnya tradisi dan warisan dalam membentuk identitas.
2. Musakhan
Musakhan adalah hidangan tradisional Palestina yang terbuat dari roti pipih yang dilapisi dengan ayam yang dimasak dengan bawang, minyak zaitun, dan rempah-rempah. Hidangan ini biasanya disajikan dalam acara-acara besar dan menjadi simbol keramahan masyarakat Palestina. Musakhan juga mencerminkan penggunaan bahan-bahan lokal yang melimpah, seperti minyak zaitun yang terkenal dari Palestina.
Dalil: Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Makanlah makanan yang baik dan halal." (HR. Al-Bukhari). Ini menunjukkan pentingnya memilih bahan makanan yang berkualitas dan sehat.
3. Falafel
Falafel adalah bola-bola kecil yang terbuat dari kacang chickpea (kacang arab) yang digoreng. Makanan ini sering disajikan dalam pita dengan sayuran segar dan saus tahini. Falafel tidak hanya populer di Palestina, tetapi juga di seluruh dunia Arab. Makanan ini menjadi simbol makanan jalanan yang lezat dan terjangkau.
Dalil: Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Dan makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu." (Al-Baqarah: 172). Ini mengingatkan kita untuk menghargai makanan yang kita konsumsi.
4. Knafeh
Knafeh adalah makanan penutup yang terbuat dari adonan tipis yang diisi dengan keju atau krim, kemudian dipanggang dan disiram dengan sirup manis. Knafeh sangat populer di Palestina, terutama di kota Nablus. Hidangan ini sering disajikan dalam perayaan dan acara-acara spesial, menjadi simbol kebahagiaan dan perayaan.
Dalil: Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan." (HR. Muslim). Ini menunjukkan bahwa makanan yang indah dan lezat adalah bagian dari nikmat yang diberikan oleh Allah.
Makanan dan Ketahanan
Makanan Palestina tidak hanya mencerminkan kekayaan budaya, tetapi juga ketahanan masyarakatnya. Dalam menghadapi tantangan dan kesulitan, masyarakat Palestina terus melestarikan tradisi kuliner mereka. Banyak keluarga masih menggunakan resep-resep kuno yang telah diwariskan dari nenek moyang mereka, meskipun dalam kondisi yang sulit.
Peran Makanan dalam Perlawanan
Makanan juga berfungsi sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan dan penindasan. Dalam banyak kasus, makanan tradisional menjadi simbol identitas Palestina yang tidak dapat dihapuskan. Ketika masyarakat Palestina merayakan hidangan khas mereka, mereka merayakan warisan dan identitas mereka, meskipun dalam situasi yang sulit.
Makanan sebagai Jembatan Budaya
Makanan Palestina juga berfungsi sebagai jembatan budaya. Dalam banyak kesempatan, hidangan Palestina disajikan dalam acara-acara internasional, memperkenalkan dunia pada kekayaan kuliner dan budaya Palestina. Ini membantu membangun pemahaman dan solidaritas antara berbagai bangsa.
Kesimpulan
Makanan Palestina adalah lebih dari sekadar hidangan lezat; ia adalah cerminan dari sejarah, budaya, dan identitas masyarakat Palestina. Dari Maqluba hingga Knafeh, setiap hidangan memiliki cerita dan makna yang mendalam. Dalam menghadapi tantangan, masyarakat Palestina terus melestarikan tradisi kuliner mereka, menjadikannya simbol ketahanan dan perlawanan.
Dengan memahami dan menghargai makanan Palestina, kita tidak hanya menikmati rasa yang menggugah selera, tetapi juga menghormati warisan budaya yang kaya dan berharga. Makanan adalah jendela ke dalam jiwa suatu bangsa, dan makanan Palestina adalah salah satu yang paling indah dan penuh makna.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Ashifuddin Fikri
BERITA16/03/2025 | Ashifuddin Fikri
Krisis Kemanusiaan di Gaza: Apa yang Perlu Kita Ketahui?
Krisis kemanusiaan di Gaza telah menjadi salah satu isu paling mendesak dan kompleks di dunia saat ini. Terletak di tepi Laut Mediterania, Gaza adalah wilayah kecil yang dihuni oleh lebih dari dua juta orang, banyak di antaranya adalah pengungsi yang melarikan diri dari konflik yang berkepanjangan. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai aspek dari krisis ini, termasuk latar belakang sejarah, kondisi saat ini, dampak terhadap penduduk sipil, serta upaya internasional untuk mengatasi masalah ini.
Latar Belakang Sejarah
Sejarah konflik di Gaza tidak dapat dipisahkan dari sejarah konflik Israel-Palestina yang lebih luas. Sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948, wilayah ini telah menjadi pusat ketegangan antara Israel dan Palestina. Perang Arab-Israel, Intifada, dan berbagai konflik bersenjata lainnya telah menyebabkan penderitaan yang mendalam bagi penduduk Gaza.
Pada tahun 2005, Israel menarik diri dari Gaza, tetapi sejak itu, wilayah ini telah dikelola oleh Hamas, sebuah kelompok yang dianggap teroris oleh banyak negara. Sejak pengambilalihan Hamas, Israel telah memberlakukan blokade yang ketat terhadap Gaza, yang berdampak signifikan terhadap kehidupan sehari-hari penduduk.
Kondisi Saat Ini
Blokade dan Akses Terbatas
Blokade yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir telah mengakibatkan krisis kemanusiaan yang parah. Akses terhadap barang-barang dasar seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bangunan sangat terbatas. Menurut laporan dari PBB, sekitar 80% penduduk Gaza bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup.
Krisis Kesehatan
Sistem kesehatan di Gaza berada dalam keadaan kritis. Rumah sakit sering kekurangan obat-obatan dan peralatan medis. Penyakit menular, seperti tuberkulosis dan hepatitis, semakin meningkat karena kondisi sanitasi yang buruk. Selain itu, banyak anak-anak di Gaza menderita malnutrisi, yang dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan mereka.
Pendidikan yang Terhambat
Krisis ini juga berdampak pada sektor pendidikan. Banyak sekolah di Gaza yang rusak akibat serangan udara, dan yang masih berfungsi sering kali dipenuhi dengan siswa yang lebih banyak dari kapasitas. Pendidikan yang berkualitas menjadi sulit dijangkau, dan banyak anak-anak yang kehilangan kesempatan untuk belajar.
Dampak Terhadap Penduduk Sipil
Trauma Psikologis
Dampak dari konflik berkepanjangan ini tidak hanya fisik, tetapi juga psikologis. Banyak penduduk Gaza, terutama anak-anak, mengalami trauma akibat kekerasan yang terus-menerus. Menurut laporan dari organisasi kesehatan mental, tingkat kecemasan dan depresi di kalangan anak-anak Gaza sangat tinggi.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Pelanggaran hak asasi manusia di Gaza telah dilaporkan oleh berbagai organisasi internasional. Serangan udara yang dilakukan oleh Israel sering kali mengakibatkan korban sipil, termasuk wanita dan anak-anak. Di sisi lain, tindakan kekerasan oleh kelompok bersenjata di Gaza juga menimbulkan ketakutan di kalangan penduduk sipil.
Upaya Internasional
Bantuan Kemanusiaan
Berbagai organisasi internasional, termasuk PBB dan Palang Merah, telah berusaha memberikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk Gaza. Namun, akses yang terbatas dan situasi keamanan yang tidak stabil sering kali menghambat upaya ini.
Diplomasi dan Negosiasi
Upaya diplomasi untuk menyelesaikan konflik ini telah dilakukan selama bertahun-tahun, tetapi hasilnya sering kali tidak memuaskan. Proses perdamaian yang dipimpin oleh AS dan negara-negara lain belum berhasil mencapai kesepakatan yang langgeng.
Kesimpulan
Krisis kemanusiaan di Gaza adalah masalah yang kompleks dan mendalam, yang memerlukan perhatian dan tindakan dari komunitas internasional. Penting bagi kita untuk memahami konteks sejarah dan kondisi saat ini agar dapat berkontribusi dalam mencari solusi yang adil dan berkelanjutan.
Kita semua memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kesadaran tentang krisis ini dan mendukung upaya-upaya yang bertujuan untuk membantu penduduk Gaza. Dengan pengetahuan dan tindakan yang tepat, kita dapat berkontribusi pada perubahan positif di wilayah yang sangat membutuhkan perhatian ini.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Ashifuddin Fikri
BERITA16/03/2025 | Ashifuddin Fikri
Manfaat Sedekah di Hari ke-15 Ramadan
Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan rahmat, bulan di mana umat Islam berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai amal ibadah. Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan adalah sedekah. Sedekah tidak hanya berfungsi sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama, tetapi juga memberikan banyak manfaat bagi diri kita sendiri, baik secara spiritual maupun sosial. Pada hari ke-15 Ramadhan, kita sudah berada di tengah-tengah bulan yang penuh berkah ini. Inilah saat yang tepat untuk lebih banyak memberikan sedekah, karena manfaatnya sangat besar, baik untuk penerima maupun pemberi.
1. Meningkatkan Kualitas Ibadah
Pada hari ke-15 Ramadhan, umat Islam sudah menjalani setengah bulan penuh puasa. Momentum ini bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas ibadah, termasuk sedekah. Sedekah bukan hanya soal memberikan harta, tetapi juga soal memperbaiki hati dan niat. Dengan bersedekah, kita dapat membersihkan jiwa dan menghindari sifat kikir serta egois yang terkadang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Sedekah membantu kita untuk lebih ikhlas dan rendah hati dalam menjalani hidup, serta mengingatkan kita akan pentingnya berbagi dengan sesama.
2. Mendekatkan Diri kepada Allah
Salah satu manfaat utama dari sedekah adalah mendekatkan diri kepada Allah. Dalam banyak hadits, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa sedekah adalah amalan yang sangat dicintai oleh Allah. Pada bulan Ramadhan, pahalanya berlipat ganda, lebih besar daripada di bulan lainnya. Dengan bersedekah, kita bukan hanya membantu sesama, tetapi juga mendapatkan keberkahan yang besar dari Allah. Pada hari ke-15 Ramadhan, kita sudah memasuki fase di mana intensitas ibadah bisa semakin meningkat, dan sedekah adalah salah satu cara terbaik untuk meraih keberkahan tersebut.
3. Mensucikan Harta
Sedekah merupakan salah satu cara untuk mensucikan harta. Dalam pandangan Islam, harta yang kita miliki sebenarnya adalah titipan dari Allah, dan kita hanya berperan sebagai pengelola. Dengan memberikan sebagian harta kita kepada orang yang membutuhkan, kita tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga membersihkan harta kita dari sifat tamak dan rakus. Harta yang dikeluarkan dalam bentuk sedekah akan membawa keberkahan dan memberikan rasa tenang, karena kita telah memenuhi kewajiban sosial untuk membantu sesama.
4. Mengurangi Rasa Kesenangan Duniawi
Hari ke-15 Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk merenung, karena setengah bulan telah berlalu. Dalam perjalanan puasa, kita belajar untuk menahan diri dari segala bentuk kenikmatan duniawi, seperti makan, minum, dan berbagai godaan lainnya. Sedekah menjadi sarana untuk melawan hawa nafsu duniawi dengan cara berbagi apa yang kita miliki. Dengan memberikan sebagian dari apa yang kita punya, kita dapat mengurangi rasa kesenangan duniawi yang bisa membuat kita lupa akan pentingnya kehidupan akhirat.
5. Menumbuhkan Rasa Empati dan Kepedulian Sosial
Sedekah di hari ke-15 Ramadhan juga dapat menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap orang-orang di sekitar kita. Di bulan Ramadhan, banyak orang yang merasakan kesulitan, baik itu dari segi ekonomi, kesehatan, atau kebutuhan sehari-hari. Dengan memberikan sedekah, kita membantu meringankan beban mereka dan menunjukkan bahwa kita peduli terhadap mereka. Ini juga memberikan kesempatan bagi kita untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi orang yang membutuhkan, sehingga kita lebih bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan.
6. Pahala yang Berlipat Ganda
Sebagai bulan yang penuh berkah, Ramadan menawarkan pahala yang berlipat ganda bagi setiap amal perbuatan. Sedekah di bulan Ramadhan, terutama pada hari ke-15 yang sudah setengah jalan, bisa menjadi sumber pahala yang sangat besar. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa setiap amal kebaikan di bulan Ramadhan dilipatgandakan, termasuk sedekah. Oleh karena itu, sedekah yang kita berikan di hari ke-15 Ramadhan akan mendatangkan banyak pahala dan dapat menjadi tabungan amal yang akan kita petik di kehidupan akhirat kelak.
7. Mempererat Tali Persaudaraan
Sedekah juga berfungsi untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama umat Islam. Dengan bersedekah, kita menunjukkan bahwa kita peduli satu sama lain, tanpa memandang status sosial, latar belakang, atau keadaan ekonomi. Ini dapat mengurangi kesenjangan sosial dan memperkuat rasa kebersamaan di tengah umat. Pada hari ke-15 Ramadhan, kita sudah melalui separuh perjalanan, dan saatnya untuk memperbanyak interaksi positif dengan sesama, baik melalui sedekah materi maupun non-materi.
8. Menjadi Alat Penyebab Kebaikan yang Tak Terputus
Sedekah yang kita berikan dapat menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir meskipun kita sudah meninggal dunia. Misalnya, jika kita memberi sedekah berupa sarana ibadah, pendidikan, atau bantuan lainnya yang dapat digunakan untuk jangka panjang, pahalanya akan terus mengalir meskipun kita sudah tiada. Pada hari ke-15 Ramadhan, kita sudah seharusnya memikirkan amal jariyah yang bisa bermanfaat bagi orang banyak dan terus mengalir pahalanya, baik untuk diri kita maupun untuk orang lain.
Ayo bersedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/sedekah
Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Penulis: Riza Fatmahira
Editor: M. Sahal
BERITA16/03/2025 | AdminS
Fidyah: Bagaimana Jika Tidak Mampu Membayar?
Bagaimana Jika Tidak Mampu Membayar Fidyah?
Bagi mereka yang tidak mampu membayar fidyah, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
Niat dan Keikhlasan: Dalam Islam, niat yang tulus sangat penting. Jika seseorang tidak mampu membayar fidyah, niat untuk melaksanakan ibadah dan berusaha untuk memenuhi kewajiban tetap menjadi hal yang utama.
Mencari Alternatif: Jika tidak mampu memberikan fidyah dalam bentuk uang, seseorang dapat mencari alternatif lain, seperti memberikan makanan kepada orang yang membutuhkan. Ini bisa dilakukan dengan cara menyumbangkan makanan pokok atau membantu dalam bentuk lain yang bermanfaat.
Berkonsultasi dengan Ulama: Jika ada keraguan mengenai kewajiban fidyah, sebaiknya berkonsultasi dengan ulama atau orang yang berpengetahuan dalam agama. Mereka dapat memberikan panduan yang tepat sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Berdoa dan Memohon Ampunan: Dalam situasi di mana seseorang tidak mampu memenuhi kewajiban fidyah, penting untuk tetap berdoa dan memohon ampunan kepada Allah. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dan Dia memahami keadaan hamba-Nya.
Kesimpulan
Fidyah adalah bentuk kompensasi bagi mereka yang tidak dapat berpuasa. Bagi yang tidak mampu membayar fidyah, penting untuk tetap memiliki niat yang baik dan mencari alternatif lain. Konsultasi dengan ulama dan berdoa juga merupakan langkah yang bijak. Ingatlah bahwa Allah selalu melihat usaha dan niat kita dalam menjalankan ibadah.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA16/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Fidyah untuk Orang Tua Renta: Solusi bagi yang Tidak Mampu Berpuasa
Kenapa Fidyah Penting untuk Orang Tua Renta?
Menghormati Kewajiban Agama: Meskipun tidak dapat berpuasa, orang tua renta tetap ingin menjalankan kewajiban agama mereka. Dengan memberikan fidyah, mereka dapat tetap merasa terhubung dengan ibadah puasa.
Membantu yang Membutuhkan: Fidyah tidak hanya bermanfaat bagi orang tua renta, tetapi juga bagi mereka yang membutuhkan. Dengan memberikan fidyah, mereka turut berkontribusi dalam membantu sesama.
Alternatif yang Mudah: Bagi orang tua yang mungkin tidak memiliki kemampuan fisik untuk berpuasa, fidyah menjadi alternatif yang lebih mudah dan praktis.
Bagaimana Cara Memberikan Fidyah?
Menentukan Jumlah Fidyah: Jumlah fidyah yang harus diberikan biasanya setara dengan makanan yang cukup untuk satu orang selama sehari. Ini bisa berupa beras, roti, atau makanan pokok lainnya.
Memberikan kepada yang Berhak: Fidyah dapat diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti fakir miskin atau anak yatim. Pastikan bahwa fidyah yang diberikan benar-benar sampai kepada yang berhak.
Melakukan dengan Niat yang Ikhlas: Seperti ibadah lainnya, niat yang ikhlas sangat penting dalam memberikan fidyah. Hal ini akan membuat fidyah yang diberikan lebih bermakna.
Kesimpulan
Fidyah untuk orang tua renta adalah solusi yang sangat bermanfaat bagi mereka yang tidak mampu berpuasa. Dengan memberikan fidyah, mereka tetap dapat menjalankan kewajiban agama dan membantu sesama. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dan melaksanakan fidyah dengan baik, agar ibadah puasa tetap dapat dirasakan meskipun dalam keadaan yang sulit. Dengan demikian, fidyah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan bentuk kepedulian dan kasih sayang kepada orang tua dan sesama. Mari kita tingkatkan kepedulian kita dengan memberikan fidyah kepada yang membutuhkan, terutama bagi orang tua renta yang tidak mampu berpuasa.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA16/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Fidyah: Bolehkah Diwakilkan Pembayarannya kepada Orang Lain?
Dasar Hukum Fidyah
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
"Dan bagi orang-orang yang berat menjalankannya, ada kewajiban membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin." (QS. Al-Baqarah: 184)
Ayat ini menunjukkan bahwa fidyah adalah kewajiban bagi mereka yang tidak dapat berpuasa. Namun, pertanyaan mengenai apakah fidyah dapat diwakilkan kepada orang lain masih menjadi perdebatan di kalangan ulama.
Pendapat Ulama Mengenai Wakil Pembayaran Fidyah
Pendapat yang Mengizinkan: Beberapa ulama berpendapat bahwa fidyah dapat diwakilkan kepada orang lain. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa niat dan tujuan dari fidyah adalah untuk membantu orang yang membutuhkan. Jika seseorang tidak mampu membayar fidyah secara langsung, maka diizinkan untuk meminta bantuan orang lain untuk melakukannya.
Pendapat yang Melarang: Di sisi lain, ada ulama yang berpendapat bahwa fidyah tidak boleh diwakilkan. Mereka berargumen bahwa fidyah adalah tanggung jawab pribadi yang harus dilaksanakan oleh individu yang tidak dapat berpuasa. Dalam hal ini, pembayaran fidyah harus dilakukan oleh orang yang berkewajiban, bukan oleh orang lain.
Praktik di Masyarakat
Dalam praktiknya, banyak orang yang memilih untuk membayar fidyah melalui lembaga atau organisasi yang mengelola zakat dan fidyah. Mereka mengumpulkan dana dan menyalurkannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Ini bisa dianggap sebagai bentuk perwakilan, di mana individu yang tidak dapat berpuasa mempercayakan pembayaran fidyah mereka kepada pihak ketiga.
Kesimpulan
Secara umum, apakah fidyah dapat diwakilkan atau tidak tergantung pada pandangan masing-masing ulama. Namun, penting untuk diingat bahwa tujuan utama dari fidyah adalah untuk membantu orang yang membutuhkan. Jika seseorang merasa tidak mampu untuk membayar fidyah secara langsung, mereka dapat mencari cara lain, seperti melalui lembaga yang terpercaya. Dalam hal ini, sebaiknya konsultasikan dengan ulama atau orang yang berpengetahuan dalam agama untuk mendapatkan panduan yang tepat. Dengan demikian, kita dapat menjalankan kewajiban fidyah dengan cara yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam.Dengan memahami konsep fidyah dan perdebatan mengenai perwakilan pembayarannya, diharapkan kita dapat lebih bijak dalam menjalankan ibadah puasa dan memenuhi kewajiban kita sebagai umat Muslim.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA16/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Fidyah Sebagai Sarana Pembersihan Diri: Menumbuhkan Keikhlasan Melalui Pembayaran Fidyah
Fidyah merupakan salah satu bentuk kompensasi yang diperuntukkan bagi mereka yang tidak dapat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, baik karena alasan kesehatan, usia lanjut, atau sebab lainnya.
Dalam konteks Islam, fidyah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan sarana untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan yang mungkin terjadi selama menjalankan ibadah.
Pembayaran fidyah dapat dilihat sebagai bentuk keikhlasan.
Ketika seseorang membayar fidyah, mereka menunjukkan niat tulus untuk memenuhi kewajiban agama dan membantu sesama.
Hal ini mencerminkan sikap peduli dan empati terhadap orang-orang yang kurang beruntung.
Dengan demikian, fidyah tidak hanya berfungsi sebagai pengganti puasa, tetapi juga sebagai alat untuk menumbuhkan keikhlasan dalam diri individu.
Keikhlasan dalam pembayaran fidyah dapat meningkatkan kualitas spiritual seseorang.
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman, "Dan tidak ada kebaikan bagi kalian dalam banyaknya makanan yang kalian makan, tetapi kebaikan itu adalah pada siapa yang bertakwa" (QS. Al-Baqarah: 267).
Ini menunjukkan bahwa niat dan keikhlasan dalam beramal lebih penting daripada jumlah yang dikeluarkan.
Dengan membayar fidyah, individu tidak hanya membersihkan diri dari kewajiban yang tertunda, tetapi juga memperkuat hubungan mereka dengan Allah SWT.
Proses ini mendorong refleksi diri dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya niat yang tulus dalam setiap amal perbuatan.
Sumber:
1. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah: 267.
2. Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulum al-Din.
3. Al-Mawardi, Abu al-Hasan. Al-Hawi al-Kabir.
Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana
Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA16/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Sedekah yang Paling Sederhana
Sedekah seringkali dipahami sebagai pemberian materi yang besar, seperti uang, makanan, atau barang berharga lainnya kepada orang yang membutuhkan. Namun, sebenarnya sedekah tidak selalu harus dalam bentuk harta atau barang berharga. Ada banyak cara untuk berbuat kebaikan dengan cara yang sangat sederhana, tanpa memerlukan banyak usaha atau biaya. Sedekah yang paling sederhana sekalipun, tetap memiliki nilai yang besar di mata Allah dan dapat memberikan manfaat bagi orang lain.
1. Senyum sebagai Sedekah
Senyuman adalah bentuk sedekah yang paling sederhana namun memiliki dampak yang luar biasa. Sebuah senyuman tulus kepada orang lain bisa mencerahkan hari mereka. Terkadang, orang hanya membutuhkan sebuah senyuman untuk merasa dihargai, diterima, atau diperhatikan. Dalam Islam, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa senyuman adalah bentuk sedekah yang sangat bernilai. Seperti yang disebutkan dalam hadis, "Tersenyumlah, karena senyum itu adalah sedekah" (HR. Tirmidzi). Senyuman tidak membutuhkan biaya dan bisa diberikan kapan saja kepada siapa saja. Ini adalah bentuk kebaikan yang universal dan tidak terbatas.
2. Memberikan Salam
Memberikan salam adalah sedekah yang sederhana namun penuh makna. Ucapan "Assalamu’alaikum" tidak hanya berarti menyapa, tetapi juga merupakan doa untuk keselamatan, kedamaian, dan keberkahan bagi orang yang kita sapa. Salam yang kita berikan bisa menjadi pengingat bagi orang lain tentang pentingnya kedamaian, kasih sayang, dan persaudaraan dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda, "Sebarkanlah salam di antara kalian, niscaya kalian akan saling mencintai" (HR. Muslim). Salam adalah bentuk interaksi yang sangat sederhana, tetapi membawa kebahagiaan dan kedamaian, baik bagi pemberi maupun penerima.
3. Memberikan Doa untuk Orang Lain
Doa adalah salah satu bentuk sedekah yang bisa dilakukan tanpa biaya apapun. Kita bisa mendoakan orang lain dengan doa yang baik, seperti doa agar mereka diberikan kesehatan, kebahagiaan, dan keberkahan dalam hidup. Tidak hanya untuk keluarga atau teman dekat, kita juga bisa mendoakan orang yang tidak kita kenal. Doa adalah cara yang sangat sederhana untuk menunjukkan kepedulian dan kasih sayang terhadap orang lain. Dalam Islam, doa memiliki kekuatan yang besar, dan memberikan doa kebaikan bagi orang lain juga akan mendapatkan balasan kebaikan bagi diri kita sendiri.
4. Bersikap Baik dan Sabar
Bersikap baik kepada orang lain dan menunjukkan sikap sabar juga merupakan bentuk sedekah yang sangat sederhana. Terkadang, sikap kita dalam menghadapi orang lain, terutama ketika mereka sedang kesulitan atau dalam kondisi yang tidak nyaman, bisa sangat berarti. Ketika kita bersikap sabar dan tidak mudah marah, atau ketika kita membantu orang dengan cara yang lembut dan penuh pengertian, itu adalah bentuk sedekah yang besar meskipun tidak terlihat secara fisik. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman, "Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik" (QS. Al-Baqarah: 195).
5. Membantu Orang Lain dengan Waktu dan Tenaga
Sedekah tidak selalu harus berupa uang atau barang. Terkadang, memberikan sedikit waktu atau tenaga untuk membantu orang lain adalah bentuk sedekah yang paling sederhana. Misalnya, membantu tetangga yang sedang kesulitan membawa barang, membantu teman yang sedang membutuhkan, atau bahkan hanya memberikan perhatian kepada orang yang sedang membutuhkan teman bicara. Bantuan kecil seperti ini bisa sangat berarti, terutama bagi orang yang merasa kesepian atau tertekan. Terkadang, tindakan kecil ini bisa memberi dampak yang sangat besar bagi orang yang menerima bantuan tersebut.
6. Berbagi Pengetahuan
Sedekah juga bisa berupa berbagi pengetahuan. Memberikan informasi atau berbagi keterampilan yang kita miliki kepada orang lain adalah bentuk sedekah yang sangat sederhana namun sangat bermanfaat. Ini bisa berupa membantu teman yang kesulitan memahami pelajaran, mengajarkan keterampilan baru kepada orang yang membutuhkan, atau memberikan nasihat yang bermanfaat. Dalam Islam, ilmu adalah salah satu bentuk amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir. Jadi, berbagi pengetahuan adalah bentuk sedekah yang tidak hanya memberi manfaat bagi orang lain, tetapi juga untuk diri kita sendiri.
7. Menghindari Perkataan Buruk
Terkadang, sedekah bisa dilakukan dengan cara menghindari perkataan yang tidak baik. Kita dapat memberikan sedekah dengan menjaga lisan kita agar tidak menyakiti hati orang lain, tidak bergosip, dan tidak berbicara dengan kasar. Menghindari perkataan buruk dan berbicara dengan kata-kata yang lembut adalah bentuk sedekah yang sangat sederhana namun membawa dampak positif dalam hubungan antar sesama.
Ayo bersedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/sedekah
Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Penulis: Riza Fatmahira
Editor: M. Sahal
BERITA16/03/2025 | AdminS
Fidyah Online: Konsep dan Pelaksanaannya
Fidyah Online: Konsep dan Pelaksanaannya
Dengan kemajuan teknologi, banyak lembaga dan organisasi yang menawarkan layanan fidyah online. Melalui platform ini, individu dapat membayar fidyah mereka dengan mudah dan cepat, tanpa harus pergi ke lokasi fisik. Proses ini biasanya melibatkan pemilihan jumlah fidyah yang ingin dibayarkan, kemudian melakukan transaksi melalui aplikasi atau situs web.
Keuntungan Fidyah Online
Kemudahan Akses: Fidyah online memungkinkan orang untuk membayar fidyah dari mana saja dan kapan saja.
Transparansi: Banyak platform fidyah online yang memberikan laporan tentang penggunaan dana fidyah, sehingga para donatur dapat melihat dampak dari sumbangan mereka.
Efisiensi Waktu: Proses pembayaran yang cepat dan tidak memerlukan perjalanan fisik menghemat waktu bagi individu yang sibuk.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA15/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Apakah Fidyah Online Sah Menurut Syariat Islam?
Apakah Fidyah Online Sah Menurut Syariat Islam?
Untuk menentukan keabsahan fidyah online, kita perlu merujuk pada beberapa prinsip syariat Islam:
Niat: Niat yang tulus untuk memenuhi kewajiban fidyah adalah syarat utama. Jika seseorang membayar fidyah secara online dengan niat yang benar, maka hal ini dapat dianggap sah.
Penerima Fidyah: Fidyah harus disalurkan kepada orang yang berhak menerimanya, yaitu mereka yang membutuhkan. Platform fidyah online yang transparan dan dapat dipercaya dalam menyalurkan dana kepada yang berhak akan lebih menjamin keabsahan fidyah tersebut.
Metode Pembayaran: Selama metode pembayaran yang digunakan tidak melanggar prinsip syariat, seperti riba, maka fidyah online dapat dianggap sah.
Kesesuaian dengan Ketentuan: Fidyah yang dibayarkan harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam syariat, seperti jumlah dan jenis makanan yang diberikan.
Kesimpulan
Fidyah online dapat dianggap sah menurut syariat Islam asalkan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Penting bagi individu untuk memastikan bahwa mereka menggunakan platform yang terpercaya dan transparan dalam menyalurkan fidyah kepada yang berhak. Dengan demikian, fidyah yang dibayarkan secara online tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat yang membutuhkan.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA15/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Inovasi dalam Pelaksanaan Fidyah
Inovasi dalam Pelaksanaan Fidyah
Di era modern ini, pelaksanaan fidyah telah mengalami banyak inovasi. Salah satu inovasi yang paling mencolok adalah penggunaan platform digital untuk memudahkan proses pengumpulan dan penyaluran fidyah. Dengan adanya aplikasi dan situs web, individu dapat dengan mudah memberikan fidyah mereka tanpa harus bertemu langsung dengan penerima.
Contoh Inovasi
Aplikasi Mobile: Beberapa aplikasi kini menyediakan fitur untuk menghitung fidyah yang harus dibayarkan dan memungkinkan pengguna untuk langsung menyumbangkan fidyah mereka kepada lembaga amal yang terpercaya.
E-Wallet: Penggunaan dompet digital juga memudahkan masyarakat untuk menyalurkan fidyah mereka. Dengan hanya beberapa klik, fidyah dapat disalurkan kepada yang membutuhkan.
Program Sosial: Banyak organisasi non-pemerintah (NGO) yang mengadakan program sosial yang mengintegrasikan fidyah dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat, seperti pelatihan keterampilan bagi penerima fidyah.
Adaptasi Fidyah di Tengah Perubahan Sosial
Perubahan sosial yang cepat juga mempengaruhi cara masyarakat memahami dan melaksanakan fidyah. Dalam konteks urbanisasi dan mobilitas tinggi, banyak orang yang tidak memiliki waktu untuk melakukan ritual tradisional. Oleh karena itu, adaptasi fidyah menjadi sangat penting.
Keterlibatan Komunitas
Komunitas kini lebih terlibat dalam proses pelaksanaan fidyah. Misalnya, beberapa masjid dan komunitas lokal mengadakan program pengumpulan fidyah secara kolektif, di mana anggota komunitas dapat menyumbangkan fidyah mereka dan kemudian disalurkan secara bersamaan kepada yang membutuhkan.
Edukasi dan Kesadaran
Pentingnya edukasi mengenai fidyah juga semakin meningkat. Banyak lembaga yang mengadakan seminar dan workshop untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajiban fidyah dan cara pelaksanaannya yang tepat di era modern.
Kesimpulan
Fidyah adalah salah satu bentuk kepedulian sosial dalam Islam yang terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Inovasi dalam pelaksanaan fidyah melalui teknologi dan keterlibatan komunitas menunjukkan bahwa nilai-nilai agama dapat tetap relevan dan bermanfaat di era modern. Dengan memahami dan melaksanakan fidyah dengan cara yang lebih efisien, kita tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA15/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Fidyah untuk Orang Sakit: Apakah Ada Keringanan?
Kriteria Sakit yang Memungkinkan Pembayaran Fidyah
Tidak semua kondisi sakit otomatis mengharuskan seseorang untuk membayar fidyah. Berikut adalah beberapa kriteria yang dapat menjadi pertimbangan:
Sakit Sementara: Jika seseorang mengalami sakit sementara yang menghalanginya untuk berpuasa, maka ia diharapkan untuk mengganti puasa di hari lain setelah sembuh. Dalam hal ini, fidyah tidak diperlukan.
Sakit Berkepanjangan: Jika seseorang menderita penyakit yang tidak mungkin sembuh dan menghalanginya untuk berpuasa secara permanen, maka ia diwajibkan untuk membayar fidyah.
Kondisi Kesehatan yang Membahayakan: Jika berpuasa dapat membahayakan kesehatan seseorang, maka ia juga diperbolehkan untuk membayar fidyah.
Keringanan dalam Pembayaran Fidyah
Dalam Islam, ada beberapa keringanan yang dapat diberikan kepada orang yang sakit dalam hal pembayaran fidyah:
Jumlah Pembayaran: Fidyah tidak selalu harus dalam bentuk uang. Sebagai alternatif, seseorang dapat memberikan makanan pokok kepada orang yang membutuhkan. Ini bisa menjadi keringanan bagi mereka yang mungkin tidak memiliki cukup uang.
Waktu Pembayaran: Pembayaran fidyah tidak harus dilakukan secara langsung setelah bulan Ramadan. Seseorang dapat membayar fidyah pada waktu yang lebih sesuai bagi mereka, asalkan dilakukan sebelum bulan Ramadan berikutnya.
Bantuan dari Keluarga: Keluarga atau kerabat dapat membantu dalam pembayaran fidyah, sehingga meringankan beban bagi orang yang sakit.
Kesimpulan
Fidyah adalah solusi bagi mereka yang tidak dapat menjalankan puasa karena sakit. Penting untuk memahami kriteria yang memungkinkan pembayaran fidyah dan keringanan yang dapat diberikan. Dengan demikian, diharapkan setiap umat Muslim dapat menjalankan kewajiban mereka dengan baik, meskipun dalam keadaan yang sulit. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal berada dalam situasi ini, penting untuk berkonsultasi dengan ulama atau ahli agama untuk mendapatkan panduan yang tepat mengenai fidyah.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA15/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Fidyah: Perbedaan Pendapat Ulama dan Solusi Terbaik
Perbedaan Pendapat Ulama
1. Jumlah Fidyah
Salah satu perbedaan pendapat yang paling mencolok di kalangan ulama adalah mengenai jumlah fidyah yang harus dibayarkan. Sebagian ulama berpendapat bahwa fidyah yang dibayarkan adalah satu mud (sekitar 600 gram) makanan pokok per hari yang ditinggalkan. Sementara itu, ulama lain berpendapat bahwa fidyah dapat dibayarkan dalam bentuk uang yang setara dengan nilai makanan tersebut.
2. Jenis Makanan
Ada juga perbedaan pendapat mengenai jenis makanan yang dapat digunakan untuk fidyah. Beberapa ulama berpendapat bahwa fidyah harus berupa makanan pokok seperti beras, gandum, atau kurma. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa fidyah bisa berupa makanan lain yang dianggap layak dan bermanfaat bagi penerima.
3. Waktu Pembayaran
Waktu pembayaran fidyah juga menjadi perdebatan di kalangan ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa fidyah harus dibayarkan segera setelah seseorang tidak dapat berpuasa, sementara yang lain berpendapat bahwa fidyah dapat dibayarkan setelah bulan Ramadan berakhir.
Solusi Terbaik
Menghadapi perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai fidyah, umat Muslim sebaiknya mengambil langkah-langkah berikut:
Konsultasi dengan Ulama: Sebaiknya umat Muslim berkonsultasi dengan ulama atau tokoh agama setempat untuk mendapatkan penjelasan yang lebih jelas mengenai fidyah sesuai dengan kondisi masing-masing.
Mengutamakan Kebaikan: Dalam pelaksanaan fidyah, umat Muslim disarankan untuk mengutamakan kebaikan dan kepentingan orang yang menerima fidyah. Memilih makanan yang bergizi dan bermanfaat adalah langkah yang baik.
Fleksibilitas dalam Pembayaran: Umat Muslim dapat memilih untuk membayar fidyah sesuai dengan pendapat yang mereka yakini, baik dalam bentuk makanan maupun uang, asalkan tetap memenuhi syarat yang ditetapkan.
Mendokumentasikan Pembayaran: Penting untuk mendokumentasikan pembayaran fidyah agar dapat dipertanggungjawabkan dan menjadi catatan bagi diri sendiri.
Kesimpulan
Fidyah adalah bagian penting dari ibadah puasa yang harus dipahami dengan baik oleh umat Muslim. Meskipun terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai fidyah, yang terpenting adalah niat dan pelaksanaan yang sesuai dengan syariat. Dengan berkonsultasi dan mengutamakan kebaikan, umat Muslim dapat menjalankan kewajiban fidyah dengan baik dan benar.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA15/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Fidyah: Antara Kewajiban dan Keringanan dalam Islam
Hukum Fidyah
Fidyah menjadi kewajiban bagi mereka yang tidak dapat berpuasa karena alasan yang syar'i. Misalnya, seseorang yang menderita penyakit kronis yang tidak memungkinkan untuk berpuasa seumur hidup, atau wanita hamil dan menyusui yang khawatir akan kesehatan diri dan anaknya. Dalam hal ini, fidyah menjadi solusi untuk tetap memenuhi kewajiban ibadah meskipun tidak dapat melaksanakannya secara langsung.
Dasar Hukum Fidyah
Dasar hukum fidyah dapat ditemukan dalam Al-Qur'an, yaitu dalam Surah Al-Baqarah ayat 184-185. Dalam ayat tersebut, Allah SWT menjelaskan bahwa bagi mereka yang tidak mampu berpuasa, diperbolehkan untuk memberikan fidyah sebagai ganti. Selain itu, Hadis Nabi Muhammad SAW juga menegaskan pentingnya fidyah bagi mereka yang tidak dapat berpuasa.
Pelaksanaan Fidyah
Pelaksanaan fidyah dapat dilakukan dengan memberikan makanan kepada orang yang membutuhkan atau dengan memberikan sedekah dalam bentuk uang yang setara dengan nilai makanan yang seharusnya diberikan. Umumnya, fidyah yang diberikan adalah makanan pokok seperti beras, gandum, atau kurma.
Besaran Fidyah
Besaran fidyah biasanya ditentukan berdasarkan kebutuhan makanan sehari-hari. Dalam praktiknya, satu fidyah setara dengan satu mud (sekitar 600 gram) makanan pokok. Namun, nilai fidyah dapat bervariasi tergantung pada kondisi ekonomi dan harga bahan makanan di suatu daerah.
Keringanan dalam Fidyah
Fidyah memberikan keringanan bagi umat Muslim yang tidak dapat menjalankan puasa. Ini menunjukkan betapa Islam sangat memperhatikan kondisi umatnya. Keringanan ini tidak hanya berlaku bagi mereka yang sakit, tetapi juga bagi wanita hamil dan menyusui yang khawatir akan kesehatan diri dan anaknya.
Kesimpulan
Fidyah adalah bentuk keringanan yang diberikan oleh Allah SWT bagi umat Muslim yang tidak dapat menjalankan ibadah puasa. Dengan memahami fidyah, umat Islam dapat tetap memenuhi kewajiban ibadah meskipun dalam keadaan yang sulit. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk mengetahui dan memahami konsep fidyah agar dapat melaksanakannya dengan baik dan benar.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA15/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Jejak Sejarah Masjid Al-Aqsa, Simbol Keagungan Islam
Masjid Al-Aqsa, terletak di Kota Yerusalem di Palestina, adalah salah satu tempat suci umat Islam yang memiliki nilai historis dan makna mendalam. Ia berada di satu kawasan Al-Haram Al-Syarif yang yang mencakup Masjid Al-Aqsa, Dome of The Rock, Masjid Al-Qibli dan seluruh area terbuka di sekitarnya. Oleh karena itu, sering terjadi salah kaprah antara Masjid Al-Aqsa dan Dome of The Rock. Secara visual, Masjid Al-Aqsa adalah seluruh area kawasan masjid yang meliputi beberaap masjid di dalamnya seperti Masjid Qibli, Qubatush Shakhrah, Dinding Buraq, Mushola Marwani. Sementara itu, masjid berkubah emas yang seringkali jadi ikon Al-Aqsa adalah salah satu bagian saja dari kawasan Masjidil Al-Aqsa. Masjid berkubah emas ini dikenal sebagai Dome of The Rock (Qubatush Shakhrah). Sebagai kiblat pertama umat Islam dan tempat terjadinya peristiwa Isra' Mi'raj, Masjid Al-Aqsa menjadi simbol keagungan Islam.
Sejarah Masjid Al-Aqsa
Menurut beberapa riwayat, Nabi Yakub AS adalah orang pertama yang membangun tempat ibadah di lokasi Masjid Al-Aqsa yakni kawasan Baitul Maqdis. Kemudian, Nabi Sulaiman AS memperluas dan memperindah bangunan tersebut.
Setelah Islam datang, Masjid Al-Aqsa menjadi salah satu tempat suci utama. Khalifah Umar bin Khattab RA adalah orang pertama yang membangun masjid sederhana di lokasi ini setelah penaklukan Yerusalem pada tahun 638 M. Kemudian, pada masa Dinasti Umayyah, Khalifah Abdul Malik bin Marwan membangun Kubah Batu (Dome of The Rock) dan putranya, Al-Walid, membangun dan memperluas Masjid Al-Aqsa seperti yang kita kenal sekarang.
Peristiwa Isra' Mi'raj
Masjid Al-Aqsa menjadi saksi peristiwa agung Isra' Mi'raj. Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjid Al-Aqsa, kemudian naik ke Sidratul Muntaha. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur'an Surah Al-Isra' ayat 1:
"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Proses Renovasi Masjid
Sepanjang sejarahnya, Masjid Al-Aqsa mengalami beberapa kali kerusakan akibat gempa bumi dan peristiwa lainnya. Gempa bumi pada tahun 746 M menghancurkan masjid ini, dan kemudian dibangun kembali oleh Khalifah Abbasiyah Al-Mansur pada tahun 758 M. Pembangunan ini dilanjutkan oleh penerusnya, Al-Mahdi, pada tahun 780 M, yang memperluas masjid menjadi lima belas lorong dengan kubah pusat. Namun, gempa bumi pada tahun 1033 M kembali merusak masjid, dan dibangun ulang oleh Khalifah Fatimiyah Al-Zahir pada tahun 1035 M, mengurangi jumlah lorong menjadi tujuh tetapi menambahkan dekorasi interior yang kaya.
Selama Perang Salib pada abad ke-12, Masjid Al-Aqsa diubah menjadi markas bagi Ordo Ksatria Templar dan digunakan sebagai istana oleh Raja Baldwin II. Setelah Yerusalem direbut kembali oleh Salahuddin Al-Ayyubi pada tahun 1187 M, masjid ini dikembalikan fungsinya sebagai tempat ibadah umat Islam. Pada periode Mamluk dan Utsmaniyah, masjid ini mengalami renovasi dan penambahan berbagai elemen arsitektur, termasuk pembangunan menara dan dekorasi interior.
Arsitektur dan Fitur Utama
Masjid Al-Aqsa memiliki luas sekitar 14,4 hektar, dengan bangunan utama yang dapat menampung hingga 5.000 jamaah. Masjid ini memiliki tujuh lorong dengan deretan tiang yang menopang atapnya. Fasad masjid yang ada saat ini dibangun pada tahun 1065 M atas perintah Khalifah Fatimiyah Al-Mustansir Billah, dengan lengkungan batu yang menampilkan gaya Romawi. Interior masjid dihiasi dengan 121 jendela kaca patri dari era Abbasiyah dan Fatimiyah, serta mosaik dan marmer yang memperkaya dekorasinya.
Salah satu elemen penting dalam masjid ini adalah mimbar yang awalnya dibuat atas perintah Sultan Nuruddin Zengi pada abad ke-12. Mimbar ini dibuat dari gading dan kayu yang diukir dengan kaligrafi Arab serta desain geometris dan floral. Setelah dihancurkan dalam kebakaran tahun 1969, mimbar ini digantikan dengan replika yang dibuat di Yordania dan dipasang pada tahun 2007.
Hikmah di Balik Keberadaan Masjid Al-Aqsa
1. Simbol Persatuan Umat Islam
Masjid Al-Aqsa adalah simbol persatuan umat Islam di seluruh dunia. Sebagai salah satu dari tiga masjid suci (selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi), Al-Aqsa menjadi tempat yang dikunjungi dan dihormati oleh muslim dari berbagai belahan dunia.
2. Pengingat akan Kekuasaan Allah SWT
Keberadaan Masjid Al-Aqsa mengingatkan kita akan kekuasaan Allah SWT yang mampu memindahkan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Yerusalem dalam waktu singkat pada peristiwa isra’ mi’raj. Ini juga mengajarkan kita untuk selalu mengingat kebesaran Allah dalam setiap aspek kehidupan.
3. Ujian Keimanan
Masjid Al-Aqsa menjadi ujian keimanan bagi umat Islam. Di tengah upaya-upaya untuk menguasai dan merusaknya, umat Islam diuji untuk tetap menjaga dan mempertahankan kemuliaan masjid ini.
4. Pelajaran tentang Kesabaran dan Keteguhan
Sejarah panjang Masjid Al-Aqsa, termasuk berbagai penaklukan dan konflik, mengajarkan kita tentang kesabaran dan keteguhan dalam mempertahankan nilai-nilai Islam.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Nur Isnaini Masyithoh
BERITA15/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh
Bagaimana Cara Qodho Puasa dan Apa Hikmahnya
Puasa Ramadhan adalah salah satu kewajiban utama dalam Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim yang telah baligh dan memenuhi syarat. Namun, dalam situasi tertentu, seorang muslim mungkin tidak dapat menjalankan puasa Ramadhan secara penuh, seperti karena sakit, bepergian (safar), haid, nifas, atau alasan syar'i lainnya. Dalam kondisi seperti ini, Islam memberikan keringanan berupa qodho puasa, yaitu mengganti puasa yang ditinggalkan di hari lain.
Qodho puasa adalah mengganti puasa Ramadhan yang ditinggalkan karena uzur syar'i pada hari lain di luar bulan Ramadhan. Kewajiban qodho puasa didasarkan pada firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 184:
"Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib mengganti) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain."
Qodho puasa merupakan bentuk rahmat Allah SWT yang memberikan kemudahan bagi hamba-Nya yang tidak mampu menjalankan puasa Ramadhan karena alasan syar'i.
Syarat-Syarat Qodho Puasa
Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan qodho puasa:
1. Ada Uzur Syar'i: Qodho puasa hanya berlaku bagi mereka yang meninggalkan puasa karena uzur syar'i, seperti sakit, safar, haid, nifas, atau kondisi lain yang menghalangi seseorang untuk berpuasa.
2. Niat yang Tepat: Sebagaimana puasa Ramadhan, qodho puasa juga harus disertai dengan niat yang tulus. Niat ini bisa dilakukan pada malam hari sebelum puasa atau di siang hari sebelum tergelincirnya matahari (selama belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa).
3. Dilakukan pada Hari yang Diperbolehkan: Qodho puasa harus dilakukan pada hari-hari yang tidak dilarang untuk berpuasa, seperti hari raya Idul Fitri, Idul Adha, atau hari Tasyrik.
Tata Cara Qodho Puasa
1. Menghitung Hari yang Ditinggalkan: Sebelum melakukan qodho puasa, hitunglah berapa hari puasa Ramadhan yang ditinggalkan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa semua hari yang ditinggalkan telah diganti.
2. Melakukan Niat: Niat qodho puasa bisa diucapkan dalam hati atau secara lisan. Contoh niat qodho puasa adalah:
“Nawaitu shauma ghadin ‘an qadha’i fardhi Ramadhan lillahi ta’ala."
Artinya: "Aku niat berpuasa esok hari untuk mengganti fardhu Ramadhan karena Allah Ta’ala."
3. Menjaga Puasa dari Fajar hingga Maghrib: Seperti puasa pada umumnya, qodho puasa dilakukan dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Selama waktu tersebut, kita harus menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa.
4. Mengganti Puasa Secara Bertahap atau Sekaligus: Qodho puasa bisa dilakukan secara bertahap atau sekaligus, tergantung kemampuan dan kesempatan. Namun, disarankan untuk segera mengganti puasa yang ditinggalkan agar tidak menumpuk.
Hikmah di Balik Qodho Puasa
Qodho puasa tidak hanya sekadar mengganti hari puasa yang ditinggalkan, tetapi juga mengandung hikmah yang mendalam. Berikut adalah beberapa hikmah di balik ketentuan qodho puasa:
1. Menunjukkan Rahmat dan Kemudahan dalam Islam
Ketentuan qodho puasa menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan rahmat dan kemudahan. Allah SWT memahami bahwa manusia memiliki keterbatasan, sehingga memberikan keringanan bagi mereka yang tidak mampu menjalankan puasa Ramadhan karena uzur syar'i.
2. Menjaga Keseimbangan antara Kewajiban dan Kemampuan
Qodho puasa mengajarkan kita untuk menjaga keseimbangan antara kewajiban ibadah dan kemampuan fisik. Dengan mengganti puasa di hari lain, kita tetap dapat memenuhi kewajiban tanpa membebani diri sendiri.
3. Meningkatkan Kesadaran akan Tanggung Jawab
Kewajiban qodho puasa mengajarkan kita untuk bertanggung jawab atas ibadah yang ditinggalkan. Hal ini mendorong kita untuk lebih disiplin dan konsisten dalam menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim.
4. Memberikan Kesempatan untuk Tetap Beribadah
Qodho puasa memberikan kesempatan bagi mereka yang tidak bisa berpuasa di bulan Ramadhan untuk tetap beribadah dan meraih pahala puasa. Ini menunjukkan bahwa Allah SWT selalu memberikan jalan bagi hamba-Nya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
5. Melatih Kedisiplinan dan Manajemen Waktu
Mengganti puasa yang ditinggalkan membutuhkan kedisiplinan dan manajemen waktu yang baik. Hal ini membantu kita untuk lebih teratur dalam menjalankan ibadah dan aktivitas sehari-hari.
6. Meningkatkan Rasa Syukur
Dengan mengganti puasa yang ditinggalkan, kita menjadi lebih bersyukur atas nikmat kesehatan dan kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT. Rasa syukur ini mendorong kita untuk lebih menghargai setiap kesempatan beribadah.
7. Menjaga Kualitas Ibadah
Qodho puasa artinya bahwa kita tetap memenuhi kewajiban ibadah dengan baik, meskipun sempat tertunda. Hal ini membantu menjaga kualitas ibadah dan hubungan kita dengan Allah SWT.
8. Mengajarkan Fleksibilitas dalam Ibadah
Ketentuan qodho puasa mengajarkan kita bahwa ibadah dalam Islam bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kondisi individu. Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang realistis dan memahami kebutuhan manusia.
Qodho puasa adalah bentuk rahmat Allah SWT yang memberikan kemudahan bagi hamba-Nya yang tidak mampu menjalankan puasa Ramadhan karena uzur syar'i. Dengan mengganti puasa yang ditinggalkan, kita tetap dapat memenuhi kewajiban ibadah dan meraih pahala puasa. Selain itu, qodho puasa juga mengandung hikmah yang mendalam, seperti meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab, melatih kedisiplinan, dan menjaga kualitas ibadah.
Mari manfaatkan kesempatan qodho puasa dengan sebaik-baiknya agar kita tetap dapat meraih keberkahan dan ridha Allah SWT. Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan dan kesempatan untuk menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan dan ketakwaan.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Nur Isnaini Masyithoh
BERITA15/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh
Pendidikan di Palestina: Tantangan dan Harapan di Tengah Krisis
Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam pembangunan suatu bangsa. Di Palestina, pendidikan tidak hanya menjadi alat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tetapi juga menjadi simbol harapan di tengah berbagai tantangan yang dihadapi. Dalam konteks konflik yang berkepanjangan, pendidikan di Palestina mengalami berbagai rintangan yang signifikan. Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat harapan yang terus menyala, berkat semangat masyarakat dan dukungan dari berbagai pihak.
Latar Belakang
Sejak awal abad ke-20, Palestina telah mengalami berbagai konflik yang mengakibatkan dampak besar terhadap kehidupan masyarakat, termasuk sektor pendidikan. Menurut laporan dari UNICEF, lebih dari 1,5 juta anak-anak di Palestina terpengaruh oleh konflik yang berkepanjangan, yang mengakibatkan gangguan dalam proses belajar mengajar (UNICEF, 2021). Selain itu, pembatasan akses terhadap pendidikan, baik karena faktor geografis maupun politik, semakin memperburuk situasi.
Krisis Pendidikan di Palestina
Infrastruktur yang Rusak
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh sistem pendidikan di Palestina adalah infrastruktur yang rusak. Banyak sekolah yang hancur akibat serangan militer, terutama di Jalur Gaza. Menurut laporan dari OCHA (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs), sekitar 50.000 anak di Gaza tidak memiliki akses ke sekolah yang layak (OCHA, 2022). Hal ini menyebabkan banyak anak terpaksa belajar dalam kondisi yang tidak memadai, bahkan di tempat penampungan sementara.
Keterbatasan Akses
Pembatasan gerakan yang diberlakukan oleh pihak berwenang Israel juga menjadi kendala besar bagi siswa dan guru. Banyak siswa yang harus menempuh perjalanan jauh untuk mencapai sekolah mereka, dan sering kali mereka menghadapi pemeriksaan yang ketat di pos pemeriksaan. Menurut laporan Human Rights Watch, pembatasan ini tidak hanya mengganggu proses belajar mengajar, tetapi juga menciptakan trauma psikologis bagi anak-anak (Human Rights Watch, 2021).
Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi yang berkepanjangan di Palestina juga berdampak pada pendidikan. Banyak keluarga yang tidak mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka, sehingga anak-anak terpaksa putus sekolah untuk membantu perekonomian keluarga. Menurut Bank Dunia, tingkat pengangguran di Palestina mencapai 27% pada tahun 2021, yang membuat banyak orang tua kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, termasuk pendidikan (World Bank, 2021).
Kualitas Pendidikan
Selain masalah akses, kualitas pendidikan di Palestina juga menjadi perhatian. Banyak guru yang tidak memiliki pelatihan yang memadai, dan kurikulum yang digunakan sering kali tidak relevan dengan kebutuhan siswa. Menurut laporan UNESCO, hanya sekitar 60% guru di Palestina yang memiliki kualifikasi yang sesuai (UNESCO, 2020). Hal ini berdampak pada kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa.
Harapan di Tengah Krisis
Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, terdapat harapan yang terus tumbuh di tengah krisis. Masyarakat Palestina menunjukkan ketahanan dan semangat yang luar biasa dalam memperjuangkan pendidikan bagi generasi mendatang.
Inisiatif Masyarakat
Banyak organisasi non-pemerintah (NGO) dan komunitas lokal yang berupaya untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di Palestina. Misalnya, organisasi seperti UNRWA (United Nations Relief and Works Agency) telah berperan penting dalam menyediakan pendidikan bagi anak-anak pengungsi Palestina. UNRWA mengelola lebih dari 700 sekolah di wilayah Palestina, yang memberikan pendidikan kepada lebih dari 500.000 siswa (UNRWA, 2021).
Program Pendidikan Alternatif
Dalam menghadapi keterbatasan infrastruktur, beberapa inisiatif pendidikan alternatif telah muncul. Misalnya, program pembelajaran jarak jauh dan penggunaan teknologi informasi untuk mendukung proses belajar mengajar. Selama pandemi COVID-19, banyak sekolah di Palestina beradaptasi dengan menggunakan platform online untuk melanjutkan pendidikan, meskipun dengan berbagai tantangan (UNICEF, 2021).
Dukungan Internasional
Dukungan dari komunitas internasional juga menjadi faktor penting dalam memperbaiki pendidikan di Palestina. Berbagai negara dan organisasi internasional memberikan bantuan dalam bentuk dana, pelatihan guru, dan penyediaan bahan ajar. Misalnya, program dari Uni Eropa yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Palestina telah memberikan dampak positif dalam pengembangan kurikulum dan pelatihan guru (European Commission, 2021).
Kesadaran akan Pentingnya Pendidikan
Masyarakat Palestina semakin menyadari pentingnya pendidikan sebagai alat untuk mencapai kemerdekaan dan pembangunan. Banyak orang tua yang berjuang keras untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang layak, meskipun dalam kondisi yang sulit. Hal ini terlihat dari meningkatnya angka partisipasi anak-anak dalam pendidikan, terutama di tingkat dasar.
Kesimpulan
Pendidikan di Palestina adalah cermin dari ketahanan dan harapan masyarakatnya. Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan yang berat, semangat untuk belajar dan berjuang demi masa depan yang lebih baik tetap ada. Dengan dukungan dari berbagai pihak, baik lokal maupun internasional, diharapkan pendidikan di Palestina dapat terus berkembang dan memberikan harapan bagi generasi mendatang.
Pendidikan bukan hanya sekadar hak, tetapi juga merupakan senjata yang ampuh dalam memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan. Dalam konteks Palestina, pendidikan menjadi simbol harapan di tengah krisis yang berkepanjangan. Dengan terus berupaya dan berinvestasi dalam pendidikan, masyarakat Palestina dapat membangun masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Ashifuddin Fikri
BERITA15/03/2025 | Ashifuddin Fikri
Dampak Sosial Ekonomi Ramadhan bagi Kesejahteraan Umat
Pendahuluan
Ramadhan tidak hanya bulan yang penuh berkah secara spiritual, tetapi ia juga membawa dampak sosial ekonomi yang signifikan. Setiap tahun, pola konsumsi masyarakat mengalami lonjakan, sementara di sisi lain, kegiatan sosial seperti zakat, sedekah, dan donasi meningkat pesat. Fenomena ini menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi perekonomian, baik dalam skala individu, bisnis, maupun negara.
Peningkatan Konsumsi Selama Ramadhan
Ramadhan sering dikaitkan dengan peningkatan konsumsi, terutama dalam sektor makanan dan minuman. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2023) menunjukkan bahwa pengeluaran rumah tangga di Indonesia meningkat sekitar 10-20 persen selama Ramadhan dibandingkan bulan-bulan lainnya. Tren ini juga terlihat dalam lonjakan penjualan di pasar tradisional, supermarket, hingga e-commerce.
Penyebab utama kenaikan konsumsi meliputi:
Tradisi berbuka puasa bersama yang mendorong permintaan makanan siap saji dan restoran.
Meningkatnya belanja kebutuhan pokok seperti beras, minyak, gula, dan daging karena persiapan sahur dan berbuka.
Peningkatan belanja pakaian dan barang konsumtif menjelang Idul Fitri.
Namun, pola konsumsi yang tidak terkendali juga berpotensi menyebabkan inflasi musiman. Menurut Bank Indonesia (2022), Ramadhan kerap diiringi dengan kenaikan harga bahan pangan yang dapat menekan daya beli masyarakat menengah ke bawah.
Dampak terhadap Sektor Bisnis dan Ekonomi
Ramadhan memberikan dorongan besar bagi sektor bisnis, terutama di bidang makanan, minuman, fashion, dan pariwisata religi. Beberapa dampak positifnya antara lain:
Peningkatan omzet UMKM di sektor kuliner, fashion, dan oleh-oleh Ramadhan.
Kenaikan transaksi e-commerce, dengan promo Ramadhan dan cashback yang menarik minat pembeli.
Peningkatan aktivitas ekonomi di sektor pariwisata religi, terutama di kota-kota dengan tradisi Ramadhan yang kuat seperti Yogyakarta dan Aceh.
Namun, tantangan yang muncul adalah lonjakan permintaan yang tidak merata dan terbatas pada periode Ramadhan. Bisnis perlu memiliki strategi untuk mengelola lonjakan ini agar tetap stabil pasca-Ramadhan.
Peran Zakat dan Sedekah bagi Kesejahteraan Umat
Selain konsumsi, Ramadan juga menjadi momen meningkatnya kegiatan sosial ekonomi melalui zakat, infak, dan sedekah. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS, 2023) melaporkan bahwa pengumpulan zakat selama Ramadhan mencapai lebih dari 50% dari total zakat tahunan. Dana ini kemudian disalurkan untuk:
Program bantuan sosial bagi masyarakat miskin, seperti pemberian sembako dan santunan anak yatim.
Pengembangan usaha mikro dan pemberdayaan ekonomi umat, yang dapat meningkatkan kesejahteraan jangka panjang.
Dukungan bagi pendidikan dan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat kurang mampu.
Keseimbangan antara Konsumsi dan Kepedulian Sosial
Fenomena peningkatan konsumsi selama Ramadhan sebenarnya dapat dikelola dengan lebih bijak agar selaras dengan nilai-nilai sosial dan spiritual yang diajarkan Islam. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
Menghindari konsumsi berlebihan dengan pola belanja yang lebih hemat dan terencana.
Memprioritaskan produk lokal dan UMKM untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Meningkatkan donasi dan filantropi untuk membantu kelompok rentan di masyarakat.
Kesimpulan
Ramadhan membawa dampak sosial ekonomi yang besar, baik dari sisi peningkatan konsumsi maupun kesejahteraan umat melalui zakat dan sedekah. Meskipun peningkatan konsumsi dapat memacu pertumbuhan ekonomi, pengelolaan yang kurang bijak bisa menyebabkan inflasi dan pemborosan. Oleh karena itu, keseimbangan antara konsumsi yang bertanggung jawab dan kepedulian sosial menjadi kunci utama dalam menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang tidak hanya penuh berkah secara spiritual, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Nur Isnaini Masyithoh
BERITA15/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh
Keutamaan dan Kemuliaan Masjid Al-Aqsa di Palestina
Nama Masjidil Aqsa diabadikan di dalam Al-Quran pada Surah Al-Israa’ ayat 1 yang menandai peristiwa agung Isra’ Mi’raj. Keistimewaan dan kemuliaan Masjid Al-Aqsa tidak hanya menjadi simbol historis tetapi juga simbol kekuatan umat Islam. Banyak sekali keutamaan Masjid Al-Aqsa, di antaranya:
1. Kiblat Pertama Umat Islam
Sebelum dipindahkan ke Ka'bah di Masjidil Haram, Masjid Al-Aqsa adalah kiblat pertama umat Islam. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya masjid ini dalam sejarah Islam.
2. Tempat Suci Ketiga dalam Islam
Masjid Al-Aqsa dianggap sebagai tempat suci ketiga dalam Islam setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Tidak boleh melakukan perjalanan (khusus) kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsa." (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Tempat yang penuh keberkahan dan mustajab
Masjid Al-Aqsa adalah salah satu tempat di mana doa-doa lebih mudah dikabulkan. Umat Islam yang berdoa di masjid ini diyakini akan mendapatkan keberkahan dan rahmat dari Allah SWT. Hal ini juga disebabkan karena lokasinya di negeri Syam yang diberkahi sebagaimana hadits Rasulullah SAW.
4. Pahala yang Berlipat Ganda
Shalat di Masjid Al-Aqsa memiliki keutamaan yang besar. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Shalat di Masjidil Haram sama dengan 100.000 shalat, shalat di Masjid Nabawi sama dengan 1.000 shalat, dan shalat di Masjid Al-Aqsa sama dengan 500 shalat." (HR. Ahmad)
5. Tempat Isra' Mi'raj
Peristiwa Isra' Mi'raj yang dimulai dari Masjid Al-Aqsa menjadikan masjid ini sebagai tempat yang sangat mulia. Ini juga mengingatkan umat Islam akan kebesaran Allah SWT dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW.
"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
6. Shalat di dalam Masjidil Aqsa menghapuskan dosa
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi bersabda:
Tatkala Nabi Sulaiman selesai membangun Bait al-Maqdis, beliau meminta kepada Allah tiga perkara: “Hukum yang sesuai dengan hukumnya, Kerajaan yang tidak disamai oleh orang setelahnya, dan tidak satupun yang mendatangi masjid ini tujuannya hanya shalat kecuali akan diampuni dosanya seperti bayi yang baru lahir dari perut ibunya”. Maka Nabi berkata; adapun dua perkara yang pertama, beliau sudah diberikan, aku berharap perkara yang ketiga juga diberikan”. (HR. Nasai: 693, Ibnu Majah: 1408. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib: 1178)
Tantangan yang Dihadapi Masjid Al-Aqsa
1. Ancaman dari Okupasi Israel
Masjid Al-Aqsa terus menghadapi ancaman dari okupasi Israel, yang berusaha menguasai dan merusak keberadaan masjid ini. Umat Islam di seluruh dunia harus bersatu untuk melindungi dan mempertahankan kemuliaan Masjid Al-Aqsa.
2. Upaya Pemalsuan Sejarah
Ada upaya-upaya untuk memalsukan sejarah yang mengklaim bahwa Masjid Al-Aqsa tidak memiliki hubungan dengan Islam. Umat Islam harus terus mengedukasi diri dan dunia tentang kebenaran sejarah masjid ini.
3. Pembatasan Akses
Banyak muslim Palestina yang kesulitan mengakses Masjid Al-Aqsa karena pembatasan yang diberlakukan oleh pihak Israel. Ini menjadi tantangan besar bagi umat Islam yang ingin beribadah di masjid ini.
Kesimpulan
Masjid Al-Aqsa adalah simbol keagungan Islam yang memiliki keutamaan yang sangat besar. Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mempertahankan kemuliaan masjid ini. Mari kita terus mendukung perjuangan rakyat Palestina dalam mempertahankan Masjid Al-Aqsa dan mengingatkan dunia akan pentingnya tempat suci ini bagi umat Islam.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Nur Isnaini Masyithoh
BERITA15/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh

Info Rekening Zakat
Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.
BAZNAS
Info Rekening Zakat


