WhatsApp Icon
BAZNAS Kabupaten Bantul Lakukan Studi Tiru Kantor Digital ke BAZNAS Kota Yogyakarta

Yogyakarta (6/11/2025) — Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Bantul melakukan kunjungan studi tiru ke BAZNAS Kota Yogyakarta pada Kamis, 6 November 2025 / 15 Jumadil Akhir 1447 H. Kunjungan ini bertujuan untuk mempelajari sistem dan penerapan kantor digital yang telah dikembangkan oleh BAZNAS Kota Yogyakarta sebagai langkah modernisasi pengelolaan zakat, infak, dan sedekah (ZIS).

Rombongan dari BAZNAS Kabupaten Bantul dipimpin oleh Drs. H. Syahroini Djamil, selaku Wakil Ketua I BAZNAS Bantul, bersama jajaran amil pelaksana yaitu Agung Pramono, A.Md. (Bidang I), Rosi Rispriyo M, S.E. (Bidang II), dan Isna Faqiha, S.Psi. (Bidang IV). Kedatangan mereka disambut hangat oleh pimpinan dan pelaksana BAZNAS Kota Yogyakarta di Kantor BAZNAS Kota Yogyakarta, Jl. Kenari No. 56, Yogyakarta.

Dalam suasana penuh keakraban, kedua pihak saling berbagi pengalaman terkait strategi digitalisasi lembaga zakat. BAZNAS Kota Yogyakarta memaparkan implementasi sistem kantor digital yang terintegrasi, mencakup layanan administrasi amil, sistem penghimpunan dan pendistribusian ZIS berbasis daring, hingga pengelolaan data mustahik secara real time. Sistem ini dikembangkan untuk mendukung efisiensi kerja, meningkatkan transparansi, serta memperkuat akuntabilitas lembaga.

Digitalisasi yang dijalankan BAZNAS Kota Yogyakarta juga mencakup optimalisasi kanal digital untuk penghimpunan zakat, infak, dan sedekah melalui berbagai platform, termasuk aplikasi, QRIS, dan cashless payment. Upaya ini bertujuan agar masyarakat semakin mudah dalam berzakat dan bersedekah, sesuai dengan semangat zaman yang menuntut kemudahan, kecepatan, dan akurasi layanan.

Selain itu, tim pelaksana BAZNAS Kota Yogyakarta turut menjelaskan mekanisme pengelolaan data donatur dan mustahik, sistem persuratan berbasis digital, serta penerapan paperless office yang mendukung efisiensi sumber daya. Langkah-langkah ini menjadi bagian dari inovasi menuju kantor zakat modern yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat perkotaan.

 

Melalui studi tiru ini, BAZNAS Kabupaten Bantul berharap dapat mengadopsi konsep dan praktik terbaik dari BAZNAS Kota Yogyakarta, khususnya dalam memperkuat tata kelola kelembagaan berbasis digital. Dengan sistem yang lebih tertata dan efisien, diharapkan pelayanan kepada muzaki dan mustahik di Kabupaten Bantul akan semakin profesional dan berdampak luas.

Kegiatan ini juga menjadi ajang silaturahmi antar-BAZNAS daerah, mempererat kerja sama dan semangat kolaborasi dalam membangun ekosistem zakat nasional yang inovatif. Sinergi ini sejalan dengan misi BAZNAS untuk menjadikan zakat sebagai pilar utama pengentasan kemiskinan melalui pengelolaan yang amanah, profesional, dan modern.

Dengan semangat digitalisasi zakat, infak, dan sedekah, BAZNAS Kota Yogyakarta terus berupaya menjadi teladan dalam pengelolaan zakat berbasis teknologi. Sementara BAZNAS Kabupaten Bantul menyambut langkah ini sebagai inspirasi untuk menerapkan transformasi digital di lembaga mereka. Kunjungan diakhiri dengan pertukaran cendera mata dan foto bersama sebagai simbol sinergi dan ukhuwah dalam dakwah zakat yang berkemajuan.

Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan.
Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:

https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat

 

#MariMemberi

#ZakatInfakSedekah

#BAZNASYogyakarta

#BahagianyaMustahiq

#TentramnyaMuzaki

06/11/2025 | Kontributor: Salsa Fateha
SIAGA BENCANA 2025: KOMANDAN BTB SE-DIY ADAKAN RAKOR DAN UPGRADING KAPASITAS

Yogyakarta, 6 November 2025 - Dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan dan tanggap darurat terhadap bencana di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Yogyakarta melalui perwakilannya turut menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) dan Penguatan Upgrading Kapasitas Badan Tanggap Bencana (BTB) se-DIY Tahun 2025. Kegiatan yang diselenggarakan oleh BAZNAS DIY ini dilaksanakan pada Kamis, 6 November 2025, bertempat di Ruang Rapat BAZNAS DIY Lt. 2, mulai pukul 12.30 WIB.

Rakor ini menjadi momentum penting dalam menyinergikan langkah-langkah strategis antar-BTB Kabupaten/Kota di seluruh DIY. Tujuan utama pertemuan ini adalah untuk memastikan kegiatan upgrading kapasitas berjalan efektif, terkoordinasi, dan mampu meningkatkan kesiapan personel BTB dalam menghadapi berbagai potensi bencana. Melalui sinergi ini, diharapkan setiap unsur BTB dapat memiliki kemampuan teknis dan manajerial yang lebih kuat, serta mampu menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS) secara cepat dan tepat dalam situasi darurat.


 Hadir dalam kegiatan tersebut jajaran Komandan dan unsur operasional BTB se-DIY, termasuk Cahyo Hatmoko (Komandan BTB Kota Yogyakarta) dan Gus Munir sebagai perwakilan yang aktif dalam koordinasi teknis lapangan. Para Komandan BTB ini menjadi ujung tombak BAZNAS dalam melaksanakan misi kemanusiaan berbasis ZIS, terutama pada saat tanggap bencana. Kehadiran mereka menunjukkan semangat dan komitmen untuk memperkuat koordinasi lintas daerah serta memastikan bantuan kemanusiaan berbasis zakat dapat disalurkan dengan profesional dan bertanggung jawab.

Selain membahas aspek teknis kesiapsiagaan, Rakor ini juga menekankan pentingnya penguatan kapasitas personel BTB melalui pelatihan, pembekalan logistik, serta pengelolaan sumber daya zakat agar dapat dimanfaatkan secara optimal dalam penanganan bencana. BAZNAS DIY menegaskan bahwa peran BTB bukan hanya dalam evakuasi dan penyaluran bantuan, tetapi juga dalam edukasi kebencanaan dan pemberdayaan masyarakat terdampak melalui dana zakat dan infak.

Dengan diadakannya Rakor ini, seluruh BTB Kabupaten/Kota se-DIY diharapkan semakin solid dan siap siaga dalam menghadapi berbagai kondisi darurat. Upaya ini menjadi bagian dari komitmen BAZNAS dalam meneguhkan fungsi kemanusiaan lembaga amil zakat, sekaligus memastikan pengelolaan zakat dan sedekah dapat memberi manfaat nyata bagi masyarakat, khususnya dalam masa krisis dan kebencanaan.

 

 

 

Melalui sinergi ini, BAZNAS tidak hanya hadir dalam aspek penghimpunan dan pendistribusian zakat, tetapi juga menjadi garda depan dalam respon bencana berbasis kemanusiaan dan keadilan sosial, sebagaimana semangat “Zakat Tumbuh, Masyarakat Tangguh.”

06/11/2025 | Kontributor: Salsa Fateha
BAZNAS Kota Yogyakarta Hadiri Upacara Penutupan TMMD Tahap IV Tahun 2025

Yogyakarta (6/11/2025) — Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Yogyakarta menghadiri kegiatan Upacara Penutupan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Tahap IV Tahun 2025, yang diselenggarakan berdasarkan Undangan Nomor 400.14.1.1/3753 tertanggal 31 Oktober 2025. Upacara berlangsung khidmat dan penuh semangat kebersamaan antara TNI, pemerintah daerah, dan elemen masyarakat, termasuk lembaga sosial seperti BAZNAS Kota Yogyakarta yang turut aktif mendukung pembangunan kesejahteraan umat.

 

Kegiatan penutupan TMMD ini menjadi momentum penting dalam memperkuat sinergi antara TNI dan masyarakat sipil, khususnya dalam bidang pembangunan fisik dan pemberdayaan sosial di wilayah Kota Yogyakarta. Dalam kesempatan tersebut, BAZNAS Kota Yogyakarta hadir sebagai mitra strategis pemerintah dalam memperkuat aspek sosial kemasyarakatan melalui optimalisasi dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS).

 

Program TMMD yang dilaksanakan setiap tahun menjadi bentuk nyata gotong royong lintas sektor untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain, BAZNAS Kota Yogyakarta turut memaknai semangat TMMD sebagai dorongan untuk memperluas peran zakat dalam pembangunan manusia dan lingkungan. Kolaborasi antara semangat juang TNI dan kepedulian sosial umat melalui ZIS menjadi landasan kuat dalam membangun kemandirian masyarakat.

 

Dalam pelaksanaan TMMD Tahap IV Tahun 2025, kegiatan fisik berupa pembangunan infrastruktur, perbaikan fasilitas umum, serta peningkatan akses masyarakat terhadap sarana dasar menjadi fokus utama. Sejalan dengan itu, BAZNAS Kota Yogyakarta menilai bahwa pembangunan fisik perlu dibarengi dengan pembangunan sosial, spiritual, dan ekonomi berbasis zakat, infak, dan sedekah agar manfaatnya berkelanjutan.

 

Kehadiran perwakilan BAZNAS Kota Yogyakarta dalam upacara ini juga mencerminkan komitmen lembaga untuk terus bersinergi dengan unsur pemerintah dan aparat keamanan dalam menumbuhkan kepedulian sosial. Melalui berbagai program pendistribusian dan pendayagunaan zakat, seperti Rumah Layak Huni (RLHB), Beasiswa Kader Masjid, dan Program Pemberdayaan Mustahik Produktif, BAZNAS berupaya melengkapi upaya pembangunan fisik dengan pemberdayaan umat.

 

Semangat Manunggal Membangun Desa yang diusung TNI sejalan dengan misi BAZNAS dalam membangun kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan zakat yang amanah, profesional, dan berkeadilan. BAZNAS melihat bahwa kerja sama lintas sektor seperti ini merupakan wujud nyata sinergi untuk mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera, mandiri, dan berdaya.

 

Upacara penutupan TMMD Tahap IV Tahun 2025 ditandai dengan laporan hasil kegiatan, penyerahan hasil pekerjaan kepada pemerintah daerah, serta apresiasi kepada seluruh pihak yang berkontribusi. Suasana penuh semangat kebangsaan menjadi penutup yang menggugah tekad bersama untuk terus bekerja demi kemaslahatan masyarakat.

 

Melalui partisipasi ini, BAZNAS Kota Yogyakarta menegaskan kembali perannya sebagai mitra pemerintah dalam memperkuat ketahanan sosial dan ekonomi umat melalui sinergi zakat, infak, dan sedekah yang berdaya guna bagi pembangunan bangsa.

 

Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:

https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat 

#MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan

 

06/11/2025 | Kontributor: Admin Bidang 1
BAZNAS Kota Yogyakarta Salurkan Bantuan Program Foodbank Lumbung Mataraman kepada Santri Pondok Pesantren Ma’had Ali bin Abi Thalib

YOGYAKARTA — Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Yogyakarta kembali menyalurkan bantuan dari program Foodbank Lumbung Mataraman KORPRI Kota Yogyakarta pada Rabu, 5 November 2025. Kegiatan pentasyarufan kali ini menyasar para santri Pondok Pesantren Asrama Tahfidz Ma’had Ali bin Abi Thalib yang berlokasi di Kemantren Ngampilan, Kota Yogyakarta. Sebanyak kurang lebih 25 santri menerima manfaat dari kegiatan ini, sebagai bentuk kepedulian sosial dan sinergi antara pemerintah daerah dengan lembaga zakat dalam menebar keberkahan bagi masyarakat.

 

Penyaluran ini merupakan wujud nyata kolaborasi antara Pemerintah Kota Yogyakarta melalui KORPRI dan BAZNAS Kota Yogyakarta dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kelompok santri dan pelajar yang tengah menempuh pendidikan keagamaan. Program Foodbank Lumbung Mataraman menjadi salah satu inisiatif sosial yang terus berkelanjutan, dengan tujuan menyalurkan bahan pangan kepada masyarakat yang membutuhkan, termasuk pondok pesantren, panti asuhan, dan kelompok dhuafa.

Ketua BAZNAS Kota Yogyakarta menyampaikan bahwa kegiatan pentasyarufan ini menjadi bukti komitmen bersama untuk menyalurkan amanah para donatur dan anggota KORPRI kepada penerima yang tepat sasaran. Melalui kegiatan ini, diharapkan kebutuhan pangan para santri dapat terbantu sehingga mereka dapat lebih fokus menuntut ilmu, terutama dalam bidang tahfidz Al-Qur’an.

“Kami menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Pemerintah Kota Yogyakarta, khususnya Bapak Wali Kota, Wakil Wali Kota, Sekretaris Daerah, dan seluruh anggota KORPRI atas dukungan luar biasa terhadap program Foodbank Lumbung Mataraman. Semoga sinergi kebaikan ini terus berlanjut dan membawa manfaat yang luas bagi umat,” ujar Ketua BAZNAS Kota Yogyakarta dalam sambutannya.

Para santri penerima manfaat terlihat antusias dan bersyukur atas bantuan yang diterima. Pimpinan Pondok Pesantren Ma’had Ali bin Abi Thalib juga menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas perhatian dari Pemerintah Kota Yogyakarta dan BAZNAS. Menurutnya, program semacam ini sangat membantu kebutuhan harian santri yang sebagian besar berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi.

Selain memberikan bantuan pangan, kegiatan ini juga menjadi momentum untuk mempererat hubungan silaturahmi antara lembaga zakat, pemerintah, dan masyarakat. BAZNAS Kota Yogyakarta berkomitmen untuk terus menjalankan peran sebagai lembaga pengelola zakat yang profesional, transparan, dan berorientasi pada pemberdayaan umat. Melalui sinergi lintas sektor, BAZNAS berupaya menghadirkan solusi sosial yang berkelanjutan, bukan hanya dalam bentuk bantuan konsumtif, tetapi juga pemberdayaan yang menumbuhkan kemandirian.

Program Foodbank Lumbung Mataraman sendiri telah menjadi gerakan berbagi yang rutin digelar di berbagai wilayah Kota Yogyakarta. Dengan mengoptimalkan hasil donasi dan infak dari anggota KORPRI, program ini menjadi simbol kepedulian ASN terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar. Kolaborasi dengan BAZNAS memperkuat akuntabilitas penyaluran bantuan, memastikan setiap paket yang diterima tepat sasaran dan memberikan dampak sosial yang nyata.

Di akhir kegiatan, BAZNAS Kota Yogyakarta menyampaikan harapan agar gerakan kebaikan seperti ini dapat terus berlanjut dan menginspirasi banyak pihak. Kepedulian sosial, menurut BAZNAS, adalah salah satu kunci terciptanya masyarakat yang sejahtera, mandiri, dan berdaya saing. Dengan menyalurkan sebagian rezeki melalui zakat, infak, sedekah, maupun program sosial lainnya, masyarakat turut berperan dalam menjaga semangat gotong royong yang menjadi ciri khas budaya Yogyakarta.

BAZNAS Kota Yogyakarta juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk ikut serta dalam program-program sosial yang telah dijalankan. Setiap kebaikan yang dibagikan, sekecil apa pun, akan menjadi bagian dari amal jariyah yang terus mengalir manfaatnya.

 

“Semoga setiap butir kebaikan yang disalurkan menjadi berkah bagi para muzaki, mustahik, dan seluruh masyarakat Kota Yogyakarta. Bersama, kita wujudkan Yogyakarta yang semakin berdaya, beriman, dan sejahtera,” tutup pernyataan resmi BAZNAS Kota Yogyakarta.

 

Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan. Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:

https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat 

 

#MariMemberi#ZakatInfakSedekah#BAZNASYogyakarta#BahagianyaMustahiq#TentramnyaMuzaki#AmanahProfesionalTransparan

05/11/2025 | Kontributor: Admin Bidang 1
BAZNAS Kota Yogyakarta Terima Kunjungan Studi Tiru BAZNAS Kabupaten Boyolali Bahas Digitalisasi dan Penguatan Tata Kelola ZIS melalui Kantor Digital

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Yogyakarta menerima kunjungan kerja dari BAZNAS Kabupaten Boyolali pada Selasa, 4 November 2025 / 12 Jumadil Awal 1447 H bertempat di kantor BAZNAS Kota Yogyakarta. Kehadiran rombongan ini sebagai bagian dari agenda studi tiru untuk memperkuat tata kelola zakat, infak, dan sedekah (ZIS) melalui sistem digital serta inovasi penghimpunan dan distribusi yang telah berjalan di Kota Yogyakarta. Rombongan disambut langsung oleh Ketua BAZNAS Kota Yogyakarta beserta jajaran pimpinan dan pelaksana BAZNAS Kota Yogyakarta, dalam suasana hangat penuh semangat kolaborasi untuk penguatan gerakan ZIS nasional.

 

Rombongan BAZNAS Kabupaten Boyolali terdiri dari Ketua, Drs. Jamal Yazis, M.Si., Wakil Ketua I Mulyanto, S.Ag., serta jajaran pelaksana yaitu Hery Kuswanto, Doni Zakaria, Khamidurrohim, dan Anis Andriani. Dalam sambutannya, perwakilan BAZNAS Kabupaten Boyolali menyampaikan maksud kunjungan ini adalah untuk mempelajari transformasi manajemen digital yang telah diterapkan BAZNAS Kota Yogyakarta dalam meningkatkan profesionalisme dan transparansi layanan zakat, infak, dan sedekah kepada masyarakat. Upaya ini merupakan langkah penting dalam penguatan peran amil sebagai garda terdepan pemberdayaan umat.

BAZNAS Kota Yogyakarta memaparkan berbagai inovasi yang telah diterapkan, mulai dari sistem kantor digital, aplikasi keuangan, integrasi layanan donasi zakat, infak, dan sedekah secara online, hingga model pelaporan yang transparan dan akuntabel. Selain itu, dibahas pula sistem koordinasi antara bidang pengumpulan dan pendistribusian agar penyaluran dana ZIS semakin tepat sasaran dan mampu memberikan dampak nyata bagi mustahik. Hal ini sejalan dengan visi BAZNAS sebagai lembaga utama pengelola zakat yang terpercaya dan modern.

Selama sesi diskusi, kedua belah pihak saling bertukar pengalaman terkait strategi peningkatan penghimpunan ZIS di daerah masing-masing. BAZNAS Kota Yogyakarta menjelaskan pendekatan kolaboratif yang dilakukan dengan pemerintah daerah, masjid, sekolah, dan komunitas dalam menggerakkan semangat berzakat dan bersedekah di tengah masyarakat. Selain itu, digitalisasi sistem penghimpunan menjadi salah satu fokus utama dalam mengakomodasi kemudahan layanan zakat, infak, dan sedekah bagi muzaki, khususnya generasi muda yang lebih aktif dalam transaksi digital. Pendekatan ini terbukti mendukung peningkatan kepercayaan publik dan memperluas jangkauan layanan BAZNAS.

Dalam kesempatan tersebut, rombongan BAZNAS Kabupaten Boyolali juga mengapresiasi atmosfer profesional dan sistem kerja digital yang diterapkan di BAZNAS Kota Yogyakarta. Mereka menilai praktik tata kelola yang modern dan akuntabel sangat relevan untuk diadopsi guna memperkuat kinerja penghimpunan dan pentasharufan dana zakat, infak, dan sedekah di wilayah Boyolali. Pertemuan ini diharapkan dapat menjadi awal sinergi dan kolaborasi berkelanjutan antar BAZNAS daerah dalam mewujudkan visi kemandirian umat.

 

Kunjungan studi tiru ini ditutup dengan harapan bersama bahwa semangat berbagi pengetahuan dan praktik baik antar lembaga amil zakat dapat memperkuat ekosistem pengelolaan zakat nasional. Dengan sinergi, inovasi, dan digitalisasi, gerakan zakat, infak, dan sedekah di Indonesia semakin siap untuk memberikan manfaat luas bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya kaum dhuafa, serta memperkokoh peran BAZNAS sebagai pilar utama pemberdayaan umat.

Mari ikut ambil bagian dalam menghadirkan lebih banyak senyum dan harapan.
Tunaikan zakat, infak, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta:

 

https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat

 

#MariMemberi

#ZakatInfakSedekah

#BAZNASYogyakarta

#BahagianyaMustahiq

#TentramnyaMuzaki

04/11/2025 | Kontributor: Admin Bidang 1

Berita Terbaru

Ketentuan Bahan Pokok yang Boleh Digunakan untuk Membayar Zakat
Ketentuan Bahan Pokok yang Boleh Digunakan untuk Membayar Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang memenuhi syarat. Salah satu jenis zakat yang paling dikenal adalah zakat fitrah, yang dibayarkan menjelang Idul Fitri. Dalam pelaksanaannya, terdapat ketentuan mengenai bahan pokok yang boleh digunakan untuk membayar zakat fitrah. Artikel ini akan membahas ketentuan tersebut serta peran BAZNAS Yogyakarta dalam pengelolaan zakat. Jenis Bahan Pokok Bahan pokok yang diperbolehkan untuk zakat fitrah umumnya terdiri dari makanan pokok yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Berikut adalah beberapa jenis bahan pokok yang dapat digunakan: Beras: Merupakan bahan pokok yang paling umum digunakan untuk zakat fitrah. Kualitas beras yang digunakan sebaiknya adalah beras yang baik dan layak konsumsi. Di Indonesia, beras menjadi pilihan utama karena merupakan makanan pokok mayoritas penduduk. Gandum: Di beberapa daerah, terutama yang tidak memiliki beras sebagai bahan pokok utama, gandum dapat digunakan sebagai alternatif. Meskipun tidak sepopuler beras, gandum tetap diakui sebagai bahan yang sah untuk zakat. Kurma: Dalam tradisi Islam, kurma dikenal sebagai makanan yang baik dan sering digunakan dalam konteks zakat. Di daerah yang memiliki tradisi mengonsumsi kurma, bahan ini dapat menjadi pilihan yang tepat. Kismis: Kismis atau raisin juga diperbolehkan sebagai salah satu pilihan untuk membayar zakat fitrah. Meskipun tidak umum, kismis dapat menjadi alternatif yang baik. Susu: Beberapa pendapat menyatakan bahwa susu juga dapat digunakan sebagai bahan pokok untuk zakat fitrah, terutama di daerah yang mengonsumsinya secara luas. Kualitas dan Kuantitas Dalam membayar zakat fitrah, kualitas dan kuantitas bahan pokok sangat penting. Bahan yang digunakan haruslah berkualitas baik, tidak cacat, dan layak untuk dikonsumsi. Misalnya, beras yang digunakan sebaiknya bersih dan tidak busuk. Kuantitas zakat fitrah biasanya ditentukan dalam ukuran tertentu, misalnya 2,5 kg per orang. Hal ini dapat bervariasi tergantung pada kebijakan lokal atau lembaga zakat yang mengelola. Oleh karena itu, penting untuk mengikuti ketentuan yang berlaku di daerah masing-masing. Kesesuaian dengan Kebiasaan Setempat Bahan pokok yang digunakan untuk zakat fitrah sebaiknya sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat. Misalnya, di daerah yang mayoritas penduduknya mengonsumsi beras, maka beras adalah pilihan utama. Hal ini bertujuan agar penerima zakat dapat memanfaatkan zakat tersebut dengan baik. Pembayaran zakat fitrah menggunakan bahan pokok yang sesuai dengan ketentuan sangat penting untuk memastikan bahwa zakat tersebut sah dan dapat diterima oleh penerima. Oleh karena itu, sebaiknya berkonsultasi dengan lembaga zakat setempat, seperti BAZNAS Yogyakarta, untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai ketentuan dan prosedur pembayaran zakat fitrah. Dengan memahami ketentuan ini, diharapkan setiap Muslim dapat melaksanakan kewajiban zakatnya dengan baik dan benar. ===================== *Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Editor: Ummi Kiftiyah
BERITA14/03/2025 | admin
Belajar dari Kesalahan: Kafarat Ramadhan sebagai Latihan Kesabaran dan Ketaatan
Belajar dari Kesalahan: Kafarat Ramadhan sebagai Latihan Kesabaran dan Ketaatan
Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan rahmat dan ampunan. Di dalamnya, umat Islam diberikan kesempatan untuk meningkatkan ketakwaan dan memperbaiki diri. Salah satu ujian yang dihadapi seorang Muslim selama bulan Ramadhan adalah menjaga puasa dengan sempurna sesuai syariat. Namun, tidak jarang seseorang melakukan kesalahan, baik karena kelalaian maupun karena hawa nafsu yang sulit dikendalikan. Dalam Islam, terdapat mekanisme untuk menebus kesalahan tersebut, yaitu melalui kafarat. Kafarat dalam puasa Ramadhan bukan sekadar hukuman atau denda, tetapi juga merupakan bentuk latihan kesabaran dan ketaatan bagi seorang Muslim. Artikel ini akan membahas bagaimana kafarat Ramadhan dapat menjadi sarana pembelajaran spiritual dan moral dalam kehidupan sehari-hari. Makna Kafarat dalam Islam Secara etimologi, kata kafarat berasal dari bahasa Arab ?????, yang berarti penutup atau penghapus. Dalam istilah fikih, kafarat adalah bentuk penebusan dosa yang harus dilakukan seseorang karena melanggar aturan ibadah tertentu, termasuk puasa Ramadhan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: "Dan barang siapa yang tidak mampu (membayar kafarat), maka ia harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bersentuhan. Tetapi jika ia tidak mampu, maka ia harus memberi makan enam puluh orang miskin." (QS. Al-Mujadilah: 4) Ayat ini menunjukkan bahwa Islam memberikan beberapa pilihan dalam menebus kesalahan, yang masing-masing memiliki nilai ibadah dan pembelajaran tersendiri. Kesabaran dalam Menjalankan Kafarat Kesabaran adalah salah satu kunci utama dalam menjalankan kafarat. Rasulullah SAW bersabda: "Puasa adalah separuh kesabaran." (HR. Ibnu Majah) Dalam konteks kafarat puasa Ramadhan, kesabaran diuji dalam beberapa hal: 1. Berpuasa dua bulan berturut-turut Ini adalah kafarat utama bagi mereka yang dengan sengaja membatalkan puasa Ramadhan tanpa uzur yang dibenarkan. Menjalankan puasa selama 60 hari tanpa terputus membutuhkan ketahanan fisik dan mental yang luar biasa. 2. Memberi makan 60 orang miskin Bagi yang tidak mampu berpuasa, pilihan ini mengajarkan kesabaran dalam berbagi rezeki dan merasakan empati terhadap orang yang kurang mampu. Kesabaran dalam menjalankan kafarat menunjukkan tingkat keimanan seseorang. Dalam kitab Ar-Risalah, Imam Asy-Syafi’i menyebutkan bahwa seseorang yang mampu bersabar dalam ibadah dan ketaatan adalah orang yang telah mencapai derajat iman yang tinggi (Asy-Syafi’i, Ar-Risalah, hlm. 187). Ketaatan sebagai Inti dari Kafarat Ketaatan dalam Islam bukan hanya tentang menjalankan perintah Allah, tetapi juga tentang kesiapan seseorang dalam menerima konsekuensi dari perbuatannya. Kafarat dalam puasa Ramadhan menjadi bukti bahwa Islam mengajarkan tanggung jawab atas setiap kesalahan. Allah SWT berfirman: "Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya." (QS. At-Talaq: 2) Menjalankan kafarat adalah bentuk ketakwaan, karena seseorang menerima dan melaksanakan perintah Allah tanpa protes atau merasa terbebani. Beberapa aspek ketaatan dalam kafarat meliputi: 1. Menerima konsekuensi dengan lapang dada Kafarat mengajarkan seorang Muslim untuk tidak mencari jalan pintas dalam menebus kesalahan, tetapi menjalankan apa yang telah ditetapkan oleh syariat dengan penuh kepatuhan. 2. Meningkatkan kesadaran akan hukum-hukum Islam Seseorang yang pernah menjalani kafarat akan lebih berhati-hati dalam menjalankan ibadah di masa depan. Ini menunjukkan bahwa kafarat juga memiliki nilai edukatif yang tinggi. 3. Menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan Imam Al-Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin menyebutkan bahwa ketaatan yang dilakukan dengan ikhlas akan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah dan menjadikannya pribadi yang lebih baik (Al-Ghazali, Ihya 'Ulumuddin, Juz 4, hlm. 351). Kafarat sebagai Sarana Perbaikan Diri Selain sebagai bentuk kesabaran dan ketaatan, kafarat juga berfungsi sebagai sarana perbaikan diri. Seorang Muslim yang telah menjalani kafarat diharapkan dapat mengambil pelajaran dan tidak mengulangi kesalahannya di masa depan. Beberapa manfaat spiritual dari kafarat antara lain: 1. Membangun disiplin dalam ibadah Kafarat, terutama dalam bentuk puasa dua bulan berturut-turut, mengajarkan pentingnya disiplin dalam menjalankan ibadah. 2. Meningkatkan kepedulian sosial Bagi mereka yang membayar kafarat dengan memberi makan 60 orang miskin, ini menjadi kesempatan untuk berbagi dan merasakan kondisi mereka yang kurang beruntung. 3. Membangun hubungan yang lebih kuat dengan Allah Kafarat adalah bentuk taubat dan kesungguhan dalam memperbaiki diri. Rasulullah SAW bersabda: "Setiap anak Adam pasti berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat." (HR. Tirmidzi) Belajar dari Kesalahan: Refleksi Diri Melalui Kafarat Dalam kehidupan, manusia sering kali jatuh dalam kesalahan, tetapi yang terpenting adalah bagaimana mereka belajar dan bangkit kembali. Kafarat dalam Islam bukan hanya sekadar menggugurkan dosa, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang lebih luas. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra’d: 11) Menjalankan kafarat dengan penuh kesabaran dan ketaatan adalah salah satu bentuk perubahan diri yang dapat membawa seseorang menuju kehidupan yang lebih baik Kesimpulan Kafarat dalam puasa Ramadhan bukan sekadar hukuman, tetapi juga merupakan latihan kesabaran dan ketaatan bagi seorang Muslim. Dalam menjalankan kafarat, seseorang belajar untuk menerima konsekuensi dari perbuatannya, meningkatkan disiplin dalam ibadah, serta memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Melalui kafarat, Islam mengajarkan bahwa setiap kesalahan dapat ditebus dengan usaha yang sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan. Kafarat bukan hanya cara untuk membersihkan dosa, tetapi juga sarana untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih disiplin, dan lebih dekat kepada Allah SWT. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk menjalankan ibadah dengan baik dan tetap berada dalam lindungan-Nya. Aamiin. Editor : Ibnu
BERITA14/03/2025 | Ibnu
Menebus Dosa dengan Ikhlas: Pelajaran Spiritual dari Kafarat Ramadhan
Menebus Dosa dengan Ikhlas: Pelajaran Spiritual dari Kafarat Ramadhan
Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam menjalankan ibadah puasa, terdapat aturan-aturan yang harus ditaati. Namun, sebagai manusia, kita tidak luput dari kesalahan, termasuk dalam menjalankan puasa Ramadhan. Jika seseorang melanggar ketentuan puasa dengan sengaja, Islam telah menetapkan ketentuan kafarat sebagai bentuk penebusan dosa. Kafarat bukan sekadar sanksi atau denda, tetapi lebih dari itu, ia memiliki makna spiritual yang mendalam. Kafarat mengajarkan keikhlasan dalam bertaubat, kedisiplinan dalam menjalankan ibadah, serta kepedulian terhadap sesama. Artikel ini akan membahas makna ikhlas dalam kafarat Ramadhan dan bagaimana ibadah ini menjadi sarana pembelajaran spiritual bagi setiap Muslim. Makna Kafarat dalam Islam Kata "kafarat" berasal dari bahasa Arab ????? yang berarti penutup atau penghapus. Secara istilah, kafarat adalah bentuk penebusan dosa akibat pelanggaran tertentu dalam ibadah, termasuk puasa Ramadhan. Dalam Islam, kafarat bertujuan untuk membersihkan jiwa dari kesalahan serta mengembalikan keharmonisan antara manusia dan Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: "Dan barang siapa yang tidak mampu (membayar kafarat), maka ia harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bersentuhan. Tetapi jika ia tidak mampu, maka ia harus memberi makan enam puluh orang miskin." (QS. Al-Mujadilah: 4) Ayat ini menegaskan bahwa kafarat bukan hanya hukuman, tetapi juga sarana untuk meningkatkan kualitas keimanan seseorang. Jenis-Jenis Kafarat dalam Puasa Ramadhan Dalam konteks puasa Ramadhan, kafarat wajib ditunaikan jika seseorang dengan sengaja membatalkan puasanya tanpa uzur yang dibenarkan syariat, seperti makan, minum, atau berhubungan suami istri di siang hari Ramadhan. Kafarat yang harus dilakukan adalah: 1. Membebaskan budak (yang saat ini tidak lagi berlaku karena sistem perbudakan telah dihapus). 2. Berpuasa dua bulan berturut-turut tanpa putus. 3. Memberi makan 60 orang miskin jika tidak mampu menjalankan puasa dua bulan berturut-turut. Ketiga bentuk kafarat ini menunjukkan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah) dan hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Keikhlasan dalam Menjalankan Kafarat Keikhlasan merupakan inti dari setiap amal ibadah dalam Islam, termasuk dalam menunaikan kafarat. Menjalankan kafarat bukan hanya soal menggugurkan kewajiban, tetapi juga sebagai bentuk kesadaran dan penghambaan kepada Allah SWT. Dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa keikhlasan adalah perbuatan yang dilakukan semata-mata karena Allah, tanpa adanya riya’ atau harapan pujian dari manusia (Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Juz 4, hlm. 351). Dalam konteks kafarat, keikhlasan berarti: Mengakui kesalahan dengan rendah hati: Seseorang yang menjalankan kafarat harus menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya. Menjalankan kafarat tanpa mengeluh: Kafarat mungkin terasa berat, terutama berpuasa dua bulan berturut-turut. Namun, jika dilakukan dengan ikhlas, maka Allah akan memberikan kekuatan dan pahala yang besar. Menganggap kafarat sebagai bentuk pembelajaran spiritual: Menjalankan kafarat seharusnya tidak hanya dipandang sebagai hukuman, tetapi juga sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan keimanan. Kafarat sebagai Sarana Pembersihan Diri Salah satu hikmah dari kafarat adalah membersihkan diri dari dosa yang telah dilakukan. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim) Namun, jika seseorang dengan sengaja membatalkan puasa tanpa uzur, maka ia perlu menebus kesalahannya melalui kafarat agar mendapatkan ampunan Allah SWT. Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni menjelaskan bahwa kafarat memiliki hikmah sebagai bentuk tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) serta mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) (Ibnu Qudamah, Al-Mughni, Juz 3, hlm. 135). Dengan menjalankan kafarat, seseorang diajak untuk: 1. Meningkatkan kesabaran: Menjalankan kafarat, terutama berpuasa dua bulan berturut-turut, membutuhkan keteguhan hati dan disiplin tinggi. 2. Merasakan empati terhadap orang miskin: Memberi makan 60 orang miskin sebagai bentuk kafarat mengajarkan kepedulian sosial dan membantu mereka yang kurang beruntung. 3. Memperbaiki hubungan dengan Allah: Kafarat adalah bentuk taubat dan usaha untuk kembali kepada Allah dengan keadaan yang lebih baik. Belajar dari Kesalahan: Refleksi Spiritual dalam Kafarat Setiap manusia pasti pernah berbuat salah, tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita belajar dari kesalahan tersebut. Islam mengajarkan bahwa pintu taubat selalu terbuka bagi siapa pun yang ingin kembali ke jalan yang benar. Allah SWT berfirman "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al-Baqarah: 222) Kafarat adalah bentuk nyata dari taubat dan kesungguhan untuk memperbaiki diri. Seorang Muslim yang menjalankan kafarat dengan ikhlas akan merasakan dampak positif dalam kehidupannya, baik secara spiritual maupun sosial. Kesimpulan Menjalankan kafarat dalam puasa Ramadhan bukan sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi juga memiliki nilai spiritual yang mendalam. Kafarat mengajarkan keikhlasan, kesabaran, dan kepedulian terhadap sesama. Dengan memahami makna kafarat secara lebih dalam, kita dapat menjadikannya sebagai sarana untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagai manusia, kita mungkin tidak luput dari kesalahan, tetapi Islam memberikan jalan untuk menebusnya. Kafarat adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya agar tetap berada di jalan yang benar. Oleh karena itu, menjalankan kafarat dengan ikhlas bukanlah beban, melainkan kesempatan untuk meraih ampunan dan meningkatkan kualitas iman kita. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita hamba-hamba yang selalu berusaha memperbaiki diri. Aamiin. Editor : Ibnu
BERITA14/03/2025 | Ibnu
Kapan Waktu Terbaik Membayar Zakat Fitrah? Ini Penjelasannya!
Kapan Waktu Terbaik Membayar Zakat Fitrah? Ini Penjelasannya!
Zakat fitrah adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu, sebagai penyempurna ibadah puasa Ramadan dan bentuk kepedulian kepada mereka yang membutuhkan. Namun, banyak yang bertanya, kapan waktu terbaik untuk membayar zakat fitrah? Untuk menjawabnya, mari kita simak penjelasan lengkapnya berdasarkan dalil dan pendapat para ulama. Waktu Pembayaran Zakat Fitrah Para ulama membagi waktu pembayaran zakat fitrah menjadi beberapa kategori: 1. Waktu Wajib Zakat fitrah menjadi wajib ditunaikan sejak matahari terbenam di malam Idul Fitri hingga sebelum shalat Idul Fitri. Hal ini didasarkan pada hadits dari Ibnu Umar RA: "Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebelum orang-orang keluar untuk shalat Idul Fitri." (HR. Bukhari & Muslim) 2. Waktu Afdhal (Paling Utama) Waktu terbaik membayar zakat fitrah adalah di pagi hari sebelum shalat Idul Fitri, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. 3. Waktu Diperbolehkan Para ulama membolehkan pembayaran zakat fitrah sejak awal Ramadan hingga sebelum shalat Idul Fitri. Hal ini untuk mempermudah distribusi kepada mustahik (penerima zakat), terutama bagi lembaga amil zakat yang menyalurkan zakat kepada mereka yang berhak. 4. Waktu Makruh Menunda pembayaran zakat fitrah setelah shalat Idul Fitri tanpa alasan yang sah dianggap makruh, karena bertentangan dengan sunnah Nabi SAW. 5. Waktu Haram Jika zakat fitrah dibayarkan setelah hari Idul Fitri tanpa uzur yang jelas, maka hukumnya haram karena melewatkan kewajiban. Namun, zakat tersebut tetap wajib dikeluarkan sebagai qadha. Waktu terbaik untuk membayar zakat fitrah adalah sebelum shalat Idul Fitri, namun diperbolehkan sejak awal Ramadan agar distribusinya lebih merata. Untuk memudahkan penyaluran zakat fitrah Anda, BAZNAS Kota Yogyakarta menyediakan layanan pembayaran zakat fitrah secara langsung dan online, sehingga dapat dilakukan kapan saja dengan mudah dan aman. Segera tunaikan zakat fitrah Anda melalui BAZNAS Kota Yogyakarta agar tersalurkan tepat waktu dan tepat sasaran. Semoga zakat yang kita keluarkan diterima oleh Allah SWT dan membawa keberkahan bagi kita semua. Aamiin. ===================== *Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Editor: Ummi Kiftiyah Penulis : Azkia Salsabila
BERITA14/03/2025 | admin
Siapa yang Wajib Membayar Zakat Fitrah? Ini Penjelasan Lengkapnya!
Siapa yang Wajib Membayar Zakat Fitrah? Ini Penjelasan Lengkapnya!
Zakat fitrah adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu sebagai bentuk penyucian diri setelah berpuasa di bulan Ramadhan. Namun, siapa saja yang wajib membayar zakat fitrah? Berikut penjelasan lengkapnya berdasarkan dalil dan pendapat para ulama. Dasar Hukum Zakat Fitrah Zakat fitrah diwajibkan sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA: "Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha’ dari kurma atau satu sha’ dari gandum atas setiap Muslim, baik hamba sahaya maupun merdeka, laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar, dan beliau memerintahkan agar dikeluarkan sebelum orang-orang berangkat shalat Id." (HR. Bukhari & Muslim) Berdasarkan hadits ini, zakat fitrah wajib bagi setiap Muslim tanpa terkecuali, selama memenuhi syarat tertentu. Syarat Wajib Zakat Fitrah Beragama Islam – Zakat fitrah hanya diwajibkan bagi umat Islam, baik yang baru masuk Islam sebelum Idul Fitri maupun sejak lahir. Memiliki kelebihan Harta – Orang yang wajib membayar zakat fitrah adalah mereka yang memiliki makanan atau harta lebih dari kebutuhan pokoknya untuk sehari semalam pada malam dan hari Idul Fitri. Masih Hidup Sebelum Idul Fitri – Orang yang lahir sebelum matahari terbenam di malam Idul Fitri wajib dibayarkan zakat fitrahnya. Begitu pula seseorang yang meninggal setelah matahari terbenam di malam Idul Fitri tetap terkena kewajiban zakat. Siapa yang Harus Membayar Zakat Fitrah? Berikut beberapa kategori orang yang wajib membayar zakat fitrah: 1. Diri Sendiri Setiap Muslim yang mampu harus membayar zakat fitrah untuk dirinya sendiri. 2. Kepala Keluarga Seorang kepala keluarga wajib membayar zakat fitrah untuk dirinya sendiri dan anggota keluarganya yang masih dalam tanggungan, termasuk istri, anak-anak, serta orang tua jika mereka tidak mampu. 3. Orang yang Menanggung Nafkah Orang Lain Jika seseorang memiliki tanggungan seperti anak yatim atau kerabat yang tidak mampu, maka ia berkewajiban membayar zakat fitrah untuk mereka. Siapa yang Tidak Wajib Membayar Zakat Fitrah? -Orang yang tidak memiliki kelebihan makanan/harta pada malam Idul Fitri dan benar-benar berada dalam kondisi fakir. -Non-Muslim, karena zakat fitrah hanya diwajibkan bagi umat Islam. -Orang yang meninggal sebelum matahari terbenam pada malam Idul Fitri, karena kewajiban zakat fitrah berlaku bagi yang masih hidup saat masuk malam Idul Fitri. Zakat fitrah adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu, baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Jika seseorang memiliki kelebihan harta atau makanan di malam Idul Fitri, maka ia wajib membayarkan zakat fitrah. Sebagai lembaga resmi pengelola zakat, BAZNAS Kota Yogyakarta siap menerima dan menyalurkan zakat fitrah Anda agar sampai kepada yang berhak dengan tepat waktu dan tepat sasaran. Bayarkan zakat fitrah Anda sekarang melalui BAZNAS Kota Yogyakarta, baik secara langsung maupun online, untuk memastikan kewajiban ini terlaksana dengan baik. Semoga Allah SWT menerima ibadah kita dan melipatgandakan pahala. Aamiin. ===================== *Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Editor: Ummi Kiftiyah Penulis : Azkia Salsabila
BERITA14/03/2025 | admin
Zakat Fitrah 2025: Berapa Besarannya dan Bagaimana Cara Menghitungnya?
Zakat Fitrah 2025: Berapa Besarannya dan Bagaimana Cara Menghitungnya?
Zakat fitrah adalah zakat wajib yang harus dikeluarkan oleh setiap Muslim sebelum Hari Raya Idul Fitri. Besaran zakat fitrah ditentukan berdasarkan harga makanan pokok di masing-masing daerah. Lalu, bagaimana cara menghitung zakat fitrah untuk tahun 2025? Berikut penjelasan lengkapnya. Besaran Zakat Fitrah 2025 Menurut ketentuan syariat, zakat fitrah wajib dikeluarkan sebesar satu sha' atau sekitar 2,5 - 3 kg bahan makanan pokok per orang. Di Indonesia, makanan pokok yang digunakan sebagai standar zakat fitrah adalah beras. Besaran zakat fitrah dalam bentuk uang mengikuti harga beras yang dikonsumsi sehari-hari. Berdasarkan data dari berbagai daerah, perkiraan besaran zakat fitrah 2025 adalah sekitar: Rp40.000 - Rp60.000 per orang, tergantung harga beras di masing-masing wilayah. Catatan: Untuk besaran pasti, masyarakat dapat merujuk kepada keputusan resmi seperti BAZNAS atau lembaga zakat setempat. Cara Menghitung Zakat Fitrah Menghitung zakat fitrah sangat mudah. Berikut langkah-langkahnya: Tentukan jenis makanan pokok yang dikonsumsi sehari-hari (misalnya, beras). Cek harga pasar beras per kilogram sesuai dengan kualitas yang biasa dikonsumsi. Kalikan dengan jumlah zakat fitrah yang wajib dikeluarkan (2,5 – 3 kg per orang). Jika membayar dalam bentuk uang, gunakan harga beras yang sesuai dengan konsumsi harian. Contoh Perhitungan: Jika harga beras yang dikonsumsi adalah Rp15.000 per kg, maka zakat fitrah yang harus dibayarkan: 2,5 kg x Rp15.000 = Rp 37.500 per orang 3 kg x Rp15.000 = Rp 45.000 per orang Jika dalam satu keluarga ada 4 orang, maka total zakat fitrah yang harus dibayarkan adalah Rp150.000 - Rp180.000. Waktu Pembayaran Zakat Fitrah Zakat fitrah dapat dibayarkan sejak awal Ramadan hingga sebelum shalat Idul Fitri. Waktu terbaik untuk membayar zakat fitrah adalah beberapa hari sebelum Idul Fitri, agar dapat segera disalurkan kepada mustahik (penerima zakat). Cara Mudah Membayar Zakat Fitrah 2025 BAZNAS Kota Yogyakarta menyediakan berbagai metode pembayaran zakat fitrah yang mudah dan aman, baik secara langsung maupun online. Berikut beberapa cara membayar zakat fitrah melalui BAZNAS Kota Yogyakarta: Membayar langsung ke masjid atau lembaga amil zakat terdekat. Melalui layanan pembayaran zakat online BAZNAS Kota Yogyakarta, yang dapat dilakukan dari rumah dengan mudah. Transfer ke rekening resmi BAZNAS, sesuai dengan instruksi pembayaran yang tersedia di situs resmi BAZNAS. Zakat fitrah merupakan kewajiban setiap Muslim yang harus ditunaikan sebelum shalat Idul Fitri. Besaran zakat fitrah 2025 diperkirakan sekitar Rp40.000 - Rp60.000 per orang, tergantung harga beras di masing-masing daerah. Pastikan Anda membayar zakat fitrah tepat waktu agar ibadah Ramadan semakin sempurna. Tunaikan zakat fitrah Anda sekarang melalui BAZNAS Kota Yogyakarta, lembaga resmi yang terpercaya dalam menyalurkan zakat kepada yang berhak. Semoga zakat yang kita keluarkan diterima oleh Allah SWT dan membawa berkah bagi kita semua. Aamiin. ===================== *Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Editor: Ummi Kiftiyah Penulis : Azkia Salsabila
BERITA14/03/2025 | admin
Makanan Khas Ramadhan di Palestina
Makanan Khas Ramadhan di Palestina
Makanan Khas Ramadhan di Palestina Bulan Ramadhan adalah waktu yang penuh makna bagi umat muslim di seluruh dunia, termasuk di Palestina. Selain sebagai bulan ibadah, Ramadhan juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahim melalui hidangan khas yang disajikan saat berbuka puasa dan sahur. Di Palestina, makanan khas Ramadhan tidak hanya mencerminkan kekayaan kuliner, tetapi juga menjadi simbol ketahanan budaya di tengah konflik berkepanjangan. Berikut adalah beberapa hidangan khas Ramadhan yang populer di Palestina. 1. Qatayef Qatayef adalah salah satu hidangan penutup paling ikonik selama Ramadhan di Palestina. Kue kecil berbentuk setengah lingkaran ini terbuat dari adonan tepung yang diisi dengan keju, kacang, atau krim, kemudian digoreng atau dipanggang. Qatayef biasanya disajikan dengan sirup gula atau madu, menciptakan rasa manis yang sempurna untuk berbuka puasa. 2. Musakhan Musakhan adalah hidangan utama yang sering disajikan selama Ramadhan. Terbuat dari roti tabun (sejenis roti pipih) yang diolesi dengan bawang merah, sumac (rempah khas Timur Tengah), dan minyak zaitun, kemudian dihiasi dengan potongan ayam panggang. Hidangan ini tidak hanya lezat tetapi juga kaya akan rempah-rempah yang menyehatkan. 3. Maqluba Maqluba, yang berarti "terbalik" dalam bahasa Arab, adalah hidangan nasi yang dimasak bersama sayuran dan daging (biasanya ayam atau domba). Setelah matang, hidangan ini dibalik sehingga nasi berada di atas dan sayuran serta daging di bawahnya. Maqluba sering disajikan saat berbuka puasa karena kandungan karbohidratnya yang tinggi, memberikan energi setelah seharian berpuasa. 4. Fattoush Fattoush adalah salad segar yang terbuat dari sayuran seperti tomat, mentimun, dan daun mint, dicampur dengan potongan roti panggang dan dibumbui dengan sumac serta minyak zaitun. Salad ini sering disajikan sebagai pendamping hidangan utama selama Ramadhan karena kesegarannya membantu menghilangkan rasa haus setelah berpuasa. 5. Harees Harees adalah hidangan tradisional yang terbuat dari gandum dan daging (biasanya ayam atau domba) yang dimasak hingga lembut dan bertekstur seperti bubur. Hidangan ini kaya akan protein dan serat, menjadikannya pilihan yang sempurna untuk sahur karena memberikan energi tahan lama. 6. Kanafeh Kanafeh adalah hidangan penutup yang sangat populer di Palestina, terutama selama Ramadhan. Terbuat dari keju yang lembut dan lapisan adonan khas yang renyah, kemudian disiram dengan sirup gula. Kanafeh sering disajikan hangat dan menjadi favorit banyak orang untuk mengakhiri santapan berbuka puasa. 7. Shorabat Adas (Sup Lentil) Sup lentil adalah hidangan pembuka yang sering disajikan saat berbuka puasa. Sup ini terbuat dari lentil, bawang, dan rempah-rempah, memberikan rasa hangat dan nyaman setelah seharian berpuasa. Sup lentil juga kaya akan protein dan serat, menjadikannya pilihan yang sehat. Makna Makanan Ramadhan di Palestina Makanan khas Ramadhan di Palestina tidak hanya sekadar hidangan lezat, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya dan sejarah. Di tengah situasi politik yang sulit, makanan ini menjadi cara bagi masyarakat Palestina untuk mempertahankan tradisi dan merayakan keberkahan Ramadhan. Setiap hidangan mencerminkan kekayaan alam Palestina, seperti minyak zaitun, sumac, dan rempah-rempah lainnya yang menjadi bahan dasar masakan mereka. Selain itu, berbagi makanan selama Ramadhan juga menjadi simbol solidaritas dan kebersamaan. Banyak keluarga Palestina yang mengundang tetangga dan kerabat untuk berbuka puasa bersama, menciptakan momen kebersamaan yang hangat dan penuh makna. Makanan khas Ramadhan di Palestina adalah perpaduan antara cita rasa, tradisi, dan makna budaya yang mendalam. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, masyarakat Palestina tetap menjaga warisan kuliner mereka dengan bangga. Melalui hidangan-hidangan ini, mereka tidak hanya merayakan Ramadhan tetapi juga memperkuat identitas mereka sebagai bangsa yang kaya akan sejarah dan budaya. *Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Editor : Ashifuddin Fikri Writer : Nur Isnaini Masyithoh
BERITA13/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh
Ramadhan dan Perang Badar, Ketika Keimanan Berbuah Kemenangan
Ramadhan dan Perang Badar, Ketika Keimanan Berbuah Kemenangan
Perang Badar adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam, tidak hanya karena kemenangan militer yang diraih oleh umat Muslim, tetapi juga karena peristiwa ini terjadi pada bulan Ramadhan. Perang ini menjadi simbol kekuatan iman, ketahanan, dan keadilan, serta mengajarkan nilai-nilai spiritual yang relevan hingga saat ini. Latar Belakang Perang Badar Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriah (624 Masehi). Perang ini melibatkan pasukan Muslim dari Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW melawan pasukan Quraisy dari Mekah. Perang ini bermula dari konflik antara umat Muslim dan kaum Quraisy karena kaum Quraisy telah mengusir dan menindas muslim di Mekah. Setelah hijrah ke Madinah, umat Muslim mulai membangun komunitas, tetapi kaum Quraisy tetap mengancam keberadaan kaum muslim. Salah satu pemicu langsung Perang Badar adalah upaya umat Muslim untuk menghadang kafilah dagang Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Kafilah ini membawa harta rampasan yang diambil secara tidak adil dari umat Muslim saat mereka masih berada di Mekah. Ketika Nabi Muhammad SAW dan sekitar 313 sahabatnya bergerak untuk menghadang kafilah tersebut, pasukan Quraisy yang terdiri dari sekitar 1.000 orang datang untuk melindungi kafilah dagang mereka. Pertempuran pun tidak terelakkan. Peristiwa Perang Badar Meskipun jumlah pasukan Muslim jauh lebih kecil dengan perlengkapan untuk perang, mereka memiliki keyakinan yang kuat dan strategi yang matang. Nabi Muhammad SAW memimpin pasukan dengan bijaksana, memilih lokasi yang strategis di dekat sumur Badar, dan memastikan pasukannya tetap disiplin. Sebelum pertempuran, Nabi Muhammad SAW berdoa kepada Allah SWT memohon pertolongan dan kekuatan. Pertempuran dimulai dengan duel satu lawan satu antara tiga pasukan Muslim (Hamzah, Ali, dan Ubaydah) melawan tiga pasukan Quraisy. Kemenangan dalam duel ini meningkatkan semangat pasukan Muslim. Selanjutnya, pertempuran utama pecah, dan dengan izin Alla ta’ala, pasukan Muslim berhasil mengalahkan pasukan Quraisy. Tujuh puluh orang Quraisy tewas, termasuk pemimpin mereka seperti Abu Jahal, sementara hanya 14 sahabat Muslim yang gugur sebagai syuhada. Hikmah Perang Badar dalam Konteks Ramadhan Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan, bulan yang penuh dengan keberkahan; Beberapa makna penting dari peristiwa ini dalam konteks Ramadhan adalah: 1. Kemenangan Iman di atas Kekuatan Material Perang Badar mengajarkan bahwa kemenangan sejati tidak selalu ditentukan oleh jumlah pasukan atau kekuatan material, tetapi oleh kekuatan iman dan ketergantungan kepada Allah SWT. Pasukan Muslim yang kecil dan kurang persenjataan mampu mengalahkan pasukan Quraisy yang besar karena keyakinan mereka yang kuat. 2. Kesabaran dan Ketahanan Puasa Ramadhan mengajarkan kesabaran dan ketahanan, nilai-nilai yang juga tercermin dalam Perang Badar. Pasukan Muslim harus menghadapi rasa lapar, haus, dan kelelahan selama pertempuran, tetapi mereka tetap teguh dalam menghadapi musuh. 3. Keadilan dan Pembelaan terhadap yang Lemah Perang Badar bukanlah perang ofensif, tetapi upaya untuk membela hak-hak umat Muslim yang dirampas oleh kaum Quraisy. Ini mencerminkan nilai keadilan dan pembelaan terhadap yang lemah, yang juga menjadi pesan utama dalam Al-Qur'an. 4. Pentingnya Persatuan dan Kepemimpinan Kemenangan dalam Perang Badar tidak lepas dari kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang bijaksana dan persatuan di antara para sahabat. Hal ini mengajarkan pentingnya solidaritas dan kepemimpinan yang adil dalam menghadapi tantangan. Relevansi Perang Badar di Masa Kini Perang Badar bukan hanya peristiwa sejarah, tetapi juga mengandung pelajaran yang relevan hingga saat ini. Dalam konteks modern, perjuangan melawan ketidakadilan, penindasan, dan ketimpangan sosial dapat diinspirasi oleh semangat Perang Badar. Nilai-nilai seperti kesabaran, ketahanan, dan keadilan tetap menjadi panduan bagi umat Muslim dalam menghadapi tantangan zaman. Perang Badar adalah bukti nyata bahwa iman dan ketergantungan kepada Allah SWT dapat mengalahkan segala rintangan. Peristiwa ini, yang terjadi pada bulan Ramadhan, mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran, keadilan, dan persatuan. Sebagai umat Muslim, kita dapat mengambil inspirasi dari Perang Badar untuk menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan keteguhan hati. *Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Editor : Ashifuddin Fikri Writer : Nur Isnaini Masyithoh
BERITA13/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh
Teknologi dalam Penyaluran Fidyah
Teknologi dalam Penyaluran Fidyah
Teknologi dalam Penyaluran Fidyah Dengan kemajuan teknologi, penyaluran fidyah kini dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat. Berikut adalah beberapa cara teknologi berkontribusi dalam penyaluran fidyah: 1. Aplikasi Mobile Banyak aplikasi mobile yang kini menyediakan fitur untuk menyalurkan fidyah. Melalui aplikasi ini, pengguna dapat dengan mudah menghitung jumlah fidyah yang harus dibayarkan dan memilih lembaga yang terpercaya untuk menyalurkannya. Hal ini memudahkan individu untuk memenuhi kewajiban mereka tanpa harus keluar rumah. 2. Platform Donasi Online Platform donasi online juga menjadi salah satu solusi dalam penyaluran fidyah. Dengan menggunakan platform ini, individu dapat menyumbangkan fidyah mereka kepada lembaga amal yang telah terverifikasi. Proses ini tidak hanya cepat, tetapi juga transparan, sehingga para penyumbang dapat melihat bagaimana fidyah mereka digunakan. 3. Sistem Pembayaran Digital Sistem pembayaran digital seperti e-wallet dan transfer bank memudahkan proses penyaluran fidyah. Dengan hanya beberapa klik, seseorang dapat mentransfer fidyah mereka ke lembaga yang ditunjuk. Ini mengurangi kebutuhan untuk membawa uang tunai dan meminimalisir risiko kehilangan. 4. Edukasi dan Kesadaran Teknologi juga berperan dalam meningkatkan kesadaran tentang fidyah. Melalui media sosial dan website, informasi mengenai fidyah dan cara penyalurannya dapat disebarluaskan dengan cepat. Hal ini membantu masyarakat untuk lebih memahami pentingnya fidyah dan cara menyalurkannya dengan benar. Kesimpulan Teknologi penyaluran fidyah telah membawa banyak kemudahan bagi umat Islam dalam memenuhi kewajiban mereka. Dengan adanya aplikasi mobile, platform donasi online, sistem pembayaran digital, dan edukasi yang lebih baik, proses penyaluran fidyah menjadi lebih efisien dan transparan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memanfaatkan teknologi ini agar fidyah dapat disalurkan dengan tepat kepada yang membutuhkan. Penulis: Hubaib Ash Shidqi Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA13/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Ketentuan Fidyah untuk Musafir
Ketentuan Fidyah untuk Musafir
Ketentuan Fidyah untuk Musafir Musafir yang Diperbolehkan: Seorang musafir yang melakukan perjalanan jauh dan tidak mampu berpuasa diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Namun, mereka tetap diwajibkan untuk membayar fidyah jika mereka tidak dapat mengganti puasa di hari-hari lain setelah Ramadan. Jumlah Fidyah: Jumlah fidyah yang harus dibayarkan biasanya setara dengan memberi makan kepada orang miskin. Dalam banyak pendapat, ini adalah satu mud (sekitar 600 gram) makanan pokok per hari yang ditinggalkan. Waktu Pembayaran: Fidyah untuk musafir dapat dibayarkan kapan saja setelah Ramadan, selama mereka tidak dapat mengganti puasa. Namun, disarankan untuk segera membayar fidyah setelah menyadari kewajiban tersebut. Mengapa Fidyah Penting? Fidyah memiliki makna yang dalam dalam konteks ibadah. Ini bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga bentuk kepedulian terhadap sesama. Dengan membayar fidyah, seorang musafir tidak hanya menunaikan tanggung jawab ibadahnya, tetapi juga membantu mereka yang membutuhkan. Kesimpulan Fidyah untuk musafir adalah aspek penting dalam menjalankan ibadah puasa. Dengan memahami ketentuan dan cara pembayaran fidyah, seorang musafir dapat menjalankan kewajibannya dengan baik. Penting untuk diingat bahwa fidyah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan bentuk amal yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Penulis: Hubaib Ash Shidqi Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA13/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Keutamaan Fidyah
Keutamaan Fidyah
Keutamaan Fidyah Menjaga KewajibanSalah satu keutamaan fidyah adalah menjaga kewajiban puasa. Bagi mereka yang tidak mampu berpuasa, fidyah menjadi solusi untuk tetap memenuhi kewajiban agama tanpa mengabaikan kondisi kesehatan atau situasi yang dihadapi. Bentuk Kepedulian SosialFidyah juga merupakan bentuk kepedulian sosial. Dengan memberikan fidyah kepada orang yang membutuhkan, seorang Muslim tidak hanya menebus puasa yang terlewat, tetapi juga membantu meringankan beban orang lain. Ini menciptakan rasa solidaritas dalam masyarakat. Mendapatkan PahalaMemberikan fidyah dengan niat yang tulus akan mendatangkan pahala dari Allah SWT. Setiap makanan yang diberikan sebagai fidyah akan dihitung sebagai amal baik, yang tentunya akan mendapatkan balasan yang baik di akhirat. Menghindari DosaDengan membayar fidyah, seorang Muslim dapat terhindar dari dosa karena tidak menjalankan puasa. Ini menunjukkan bahwa Allah SWT sangat memahami kondisi hamba-Nya dan memberikan jalan keluar bagi mereka yang tidak mampu. Meningkatkan Rasa SyukurFidyah juga mengajarkan kita untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan. Dengan memberikan fidyah, kita diingatkan untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga orang lain yang mungkin kurang beruntung. Kesimpulan Fidyah memiliki banyak keutamaan yang tidak hanya bermanfaat bagi individu yang tidak dapat berpuasa, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan. Dengan memahami dan melaksanakan fidyah, kita dapat menjaga kewajiban agama, membantu sesama, dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk mengetahui dan melaksanakan fidyah dengan baik Penulis: Hubaib Ash Shidqi Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA13/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Budaya Palestina: Kekayaan Warisan yang Perlu Dilestarikan
Budaya Palestina: Kekayaan Warisan yang Perlu Dilestarikan
Budaya Palestina adalah cerminan dari sejarah panjang dan kompleks yang telah dibentuk oleh berbagai pengaruh, termasuk tradisi lokal, agama, dan interaksi dengan berbagai peradaban. Meskipun Palestina sering kali dikenal karena konflik yang berkepanjangan, warisan budaya yang kaya dan beragamnya tradisi masyarakat Palestina sering kali terabaikan. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi kekayaan budaya Palestina, termasuk seni, musik, tarian, kuliner, dan tradisi lisan, serta pentingnya melestarikan warisan ini di tengah tantangan yang dihadapi. Sejarah dan Konteks Budaya Palestina Budaya Palestina memiliki akar yang dalam, yang dapat ditelusuri kembali ke ribuan tahun yang lalu. Wilayah ini merupakan tempat lahirnya banyak peradaban, termasuk Kanaan, Romawi, dan Ottoman. Setiap periode sejarah ini telah meninggalkan jejak yang mendalam pada budaya dan tradisi masyarakat Palestina. Pengaruh Sejarah Peradaban Kuno: Sejak zaman Kanaan, wilayah Palestina telah menjadi pusat perdagangan dan pertukaran budaya. Artefak dari periode ini, seperti keramik dan alat-alat pertanian, menunjukkan kemajuan masyarakat Kanaan dalam bidang pertanian dan kerajinan. Pengaruh Romawi dan Bizantium: Ketika Romawi menguasai wilayah ini, banyak bangunan dan infrastruktur yang dibangun, termasuk jalan, teater, dan kuil. Pengaruh ini terlihat dalam arsitektur dan seni rupa Palestina. Era Ottoman: Selama periode Ottoman, budaya Palestina mengalami perkembangan yang signifikan. Banyak tradisi, termasuk seni kaligrafi dan kerajinan tangan, berkembang pesat. Kota-kota seperti Yerusalem dan Nablus menjadi pusat budaya dan perdagangan. Seni dan Kerajinan Tangan Seni dan kerajinan tangan merupakan bagian integral dari budaya Palestina. Masyarakat Palestina dikenal dengan keterampilan mereka dalam berbagai bentuk seni, termasuk keramik, tenun, dan ukiran. Keramik Keramik Palestina memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Teknik pembuatan keramik yang digunakan oleh masyarakat Palestina telah diwariskan dari generasi ke generasi. Keramik ini sering dihiasi dengan pola geometris dan warna-warna cerah, mencerminkan keindahan alam dan budaya lokal. Teun Tenun adalah salah satu bentuk seni yang paling terkenal di Palestina. Kain tenun, terutama yang berasal dari daerah Hebron dan Bethlehem, dikenal dengan motif dan warna yang khas. Proses pembuatan tenun melibatkan keterampilan tinggi dan sering kali dilakukan oleh perempuan. Kain tenun ini tidak hanya digunakan untuk pakaian, tetapi juga untuk berbagai keperluan rumah tangga. Ukiran Ukiran kayu dan batu juga merupakan bagian penting dari warisan seni Palestina. Banyak pengrajin Palestina yang ahli dalam mengukir motif-motif tradisional yang menggambarkan flora dan fauna lokal. Karya-karya ini sering kali digunakan untuk menghias rumah dan tempat ibadah. Musik dan Tarian Musik dan tarian adalah elemen penting dalam budaya Palestina, yang sering kali digunakan dalam perayaan dan acara sosial. Musik Palestina mencerminkan berbagai pengaruh, termasuk Arab, Turki, dan bahkan Eropa. Musik Tradisional Musik tradisional Palestina sering kali menggunakan alat musik seperti oud (alat musik petik), darbuka (gendang), dan qanun (alat musik gesek). Lagu-lagu tradisional sering kali menceritakan kisah cinta, perjuangan, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Palestina. Salah satu genre musik yang terkenal adalah "muwashshah," yang merupakan bentuk puisi liris yang dinyanyikan. Tarian Tarian tradisional Palestina, seperti "dabka," adalah bagian penting dari budaya masyarakat. Dabka adalah tarian kelompok yang melibatkan gerakan kaki yang dinamis dan sering kali dilakukan pada acara pernikahan dan perayaan. Tarian ini tidak hanya merupakan bentuk ekspresi seni, tetapi juga simbol persatuan dan identitas budaya. Kuliner Palestina Kuliner Palestina adalah cerminan dari kekayaan budaya dan tradisi masyarakatnya. Makanan Palestina sering kali menggunakan bahan-bahan segar dan rempah-rempah yang kaya rasa. Hidangan Khas Mansaf: Hidangan nasional Palestina yang terbuat dari daging domba yang dimasak dengan yogurt dan disajikan dengan nasi. Mansaf sering kali disajikan pada acara-acara khusus dan perayaan. Hummus: Makanan pembuka yang terbuat dari kacang chickpea yang dihaluskan, dicampur dengan tahini, lemon, dan bawang putih. Hummus adalah salah satu hidangan yang paling terkenal di seluruh dunia. Falafel: Bola-bola kecil yang terbuat dari kacang chickpea yang digoreng, sering disajikan dalam roti pita dengan sayuran segar dan saus tahini. Tradisi Makan Bersama Makan bersama adalah bagian penting dari budaya Palestina. Keluarga dan teman-teman sering berkumpul untuk berbagi makanan, yang menciptakan ikatan sosial yang kuat. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai solidaritas dan persatuan dalam masyarakat Palestina. Tradisi Lisan Tradisi lisan adalah bagian penting dari warisan budaya Palestina. Cerita rakyat, puisi, dan lagu-lagu tradisional sering kali diceritakan dari generasi ke generasi. Cerita Rakyat Cerita rakyat Palestina sering kali mengandung pelajaran moral dan nilai-nilai budaya. Cerita-cerita ini menceritakan tentang pahlawan, cinta, dan perjuangan masyarakat Palestina. Mereka juga mencerminkan hubungan masyarakat dengan alam dan lingkungan sekitar. Puisi Puisi adalah bentuk ekspresi yang sangat dihargai dalam budaya Palestina. Banyak penyair Palestina yang terkenal, seperti Mahmoud Darwish, telah menulis tentang cinta, kehilangan, dan identitas. Puisi sering kali dibacakan dalam acara-acara sosial dan budaya, menciptakan ikatan emosional antara penulis dan pendengar. Tantangan dalam Melestarikan Budaya Palestina Meskipun budaya Palestina kaya dan beragam, tantangan besar dihadapi dalam upaya melestarikannya. Konflik yang berkepanjangan, pengungsian, dan tekanan politik telah mengancam keberlangsungan warisan budaya ini. Pengaruh Konflik Konflik yang berkepanjangan di wilayah Palestina telah menyebabkan banyak tradisi dan praktik budaya terabaikan. Banyak seniman dan pengrajin yang terpaksa meninggalkan rumah mereka, dan warisan budaya yang telah ada selama berabad-abad terancam punah. Globalisasi Globalisasi juga membawa tantangan tersendiri bagi budaya Palestina. Pengaruh budaya asing sering kali menggeser tradisi lokal, dan generasi muda mungkin lebih tertarik pada budaya pop daripada warisan budaya mereka sendiri. Upaya Melestarikan Budaya Palestina Meskipun tantangan yang dihadapi, ada banyak upaya yang dilakukan untuk melestarikan budaya Palestina. Organisasi non-pemerintah, seniman, dan komunitas lokal bekerja sama untuk menjaga dan mempromosikan warisan budaya ini. Pendidikan dan Kesadaran Pendidikan adalah kunci untuk melestarikan budaya Palestina. Program-program pendidikan yang mengajarkan sejarah, seni, dan tradisi lokal dapat membantu generasi muda memahami dan menghargai warisan budaya mereka. Festival Budaya Festival budaya Palestina, seperti Festival Musik Palestina dan Festival Seni Rupa, diadakan untuk merayakan dan mempromosikan seni dan budaya lokal. Acara-acara ini memberikan platform bagi seniman dan pengrajin untuk menampilkan karya mereka dan memperkenalkan budaya Palestina kepada dunia. Dukungan Internasional Dukungan internasional juga penting dalam upaya melestarikan budaya Palestina. Banyak organisasi internasional bekerja sama dengan komunitas lokal untuk mendukung proyek-proyek pelestarian budaya dan memberikan bantuan kepada seniman dan pengrajin. Kesimpulan Budaya Palestina adalah kekayaan warisan yang perlu dilestarikan dan dihargai. Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, upaya untuk menjaga dan mempromosikan budaya ini terus berlanjut. Melalui pendidikan, kesadaran, dan dukungan internasional, diharapkan budaya Palestina dapat terus hidup dan berkembang, menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang. Dengan melestarikan warisan budaya ini, kita tidak hanya menghormati sejarah dan identitas masyarakat Palestina, tetapi juga memperkaya warisan budaya dunia secara keseluruhan. *Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Editor : Ashifuddin Fikri Writer : Ashifuddin Fikri
BERITA13/03/2025 | Ashifuddin Fikri
Palestina: Sejarah yang Terlupakan dan Harapan yang Tak Pernah Padam
Palestina: Sejarah yang Terlupakan dan Harapan yang Tak Pernah Padam
Palestina, sebuah wilayah yang terletak di persimpangan antara Asia, Eropa, dan Afrika, memiliki sejarah yang kaya dan kompleks. Sejak ribuan tahun yang lalu, tanah ini telah menjadi saksi bisu dari berbagai peradaban, konflik, dan harapan. Namun, banyak orang yang mungkin tidak sepenuhnya memahami sejarah Palestina dan tantangan yang dihadapinya. Artikel ini akan membahas sejarah Palestina yang sering terlupakan, serta harapan yang terus ada di tengah kesulitan yang dihadapi oleh rakyatnya. Sejarah Awal Palestina Sejarah Palestina dimulai sejak zaman prasejarah, dengan bukti arkeologis yang menunjukkan adanya pemukiman manusia di wilayah ini sejak 10.000 SM. Wilayah ini dikenal sebagai Tanah Perjanjian dalam tradisi Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam Al-Qur'an, Palestina disebut sebagai tanah yang diberkahi, dan banyak nabi yang diutus di sini, termasuk Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Peradaban Kuno Pada abad ke-3 SM, Palestina menjadi bagian dari Kekaisaran Helenistik setelah penaklukan Alexander Agung. Kemudian, wilayah ini jatuh ke tangan Kekaisaran Romawi, yang mengubah struktur sosial dan politik di Palestina. Pada tahun 70 M, setelah pemberontakan Yahudi, Roma menghancurkan Bait Suci di Yerusalem, yang menjadi titik balik dalam sejarah Yahudi dan Palestina. Era Islam Pada abad ke-7, Palestina ditaklukkan oleh pasukan Muslim di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab. Sejak saat itu, wilayah ini menjadi bagian dari berbagai kekhalifahan Islam, termasuk Umayyah, Abbasiyah, dan Ottoman. Selama periode ini, Yerusalem menjadi pusat spiritual bagi umat Islam, dengan pembangunan Masjid Al-Aqsa yang menjadi simbol penting. Penjajahan dan Konflik Modern Mandat Inggris Setelah Perang Dunia I, Palestina berada di bawah Mandat Inggris. Pada tahun 1917, Deklarasi Balfour menyatakan dukungan Inggris untuk pendirian "tanah air nasional bagi orang Yahudi" di Palestina. Hal ini memicu ketegangan antara komunitas Yahudi dan Arab yang sudah ada di wilayah tersebut. Pembagian Palestina Pada tahun 1947, PBB mengusulkan rencana pembagian Palestina menjadi dua negara, satu untuk Yahudi dan satu untuk Arab. Rencana ini ditolak oleh negara-negara Arab dan menyebabkan perang pada tahun 1948. Akibatnya, banyak orang Arab Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka, sebuah peristiwa yang dikenal sebagai Nakba (bencana). Pendudukan dan Intifada Setelah perang tahun 1967, Israel menduduki Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur. Pendudukan ini memicu berbagai bentuk perlawanan, termasuk Intifada pertama pada tahun 1987 dan Intifada kedua pada tahun 2000. Kedua peristiwa ini menunjukkan ketidakpuasan rakyat Palestina terhadap kondisi hidup mereka di bawah pendudukan. Harapan di Tengah Kesulitan Meskipun sejarah Palestina dipenuhi dengan konflik dan penderitaan, harapan tetap ada. Rakyat Palestina terus berjuang untuk hak-hak mereka dan menginginkan masa depan yang lebih baik. Perjuangan untuk Kemandirian Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan berbagai kelompok lainnya telah berjuang untuk mendapatkan pengakuan internasional dan hak untuk menentukan nasib sendiri. Pada tahun 2012, PBB mengakui Palestina sebagai negara pengamat non-anggota, sebuah langkah penting dalam perjuangan mereka. Inisiatif Perdamaian Berbagai inisiatif perdamaian telah diupayakan, termasuk Proses Oslo pada tahun 1993 yang bertujuan untuk mencapai solusi dua negara. Meskipun banyak tantangan yang dihadapi, dialog dan negosiasi tetap menjadi harapan untuk mencapai perdamaian yang langgeng. Budaya dan Identitas Rakyat Palestina memiliki warisan budaya yang kaya, termasuk seni, musik, dan sastra. Karya-karya ini tidak hanya mencerminkan identitas mereka, tetapi juga menjadi sarana untuk menyampaikan pesan harapan dan ketahanan. Festival budaya dan seni sering diadakan untuk merayakan warisan ini dan memperkuat solidaritas di antara rakyat Palestina. Kesimpulan Sejarah Palestina adalah kisah yang kompleks dan sering terlupakan, tetapi harapan rakyatnya tidak pernah padam. Meskipun menghadapi tantangan yang besar, mereka terus berjuang untuk hak-hak mereka dan masa depan yang lebih baik. Dalam menghadapi kesulitan, rakyat Palestina menunjukkan ketahanan dan semangat yang luar biasa. Dengan dukungan dari komunitas internasional dan upaya untuk mencapai perdamaian, harapan untuk Palestina tetap hidup. *Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Editor : Ashifuddin Fikri Writer : Ashifuddin Fikri
BERITA13/03/2025 | Ashifuddin Fikri
Ramadhan dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
Ramadhan dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 adalah momen bersejarah yang mengubah nasib bangsa Indonesia. Hari tersebut bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H. Keterkaitan antara kemerdekaan Indonesia dan bulan Ramadhan bukan sekadar kebetulan, tetapi memiliki makna mendalam. Bulan suci Ramadhan, dengan nilai-nilai spiritual dan ketahanannya, memberikan kekuatan dan inspirasi bagi para pejuang kemerdekaan. Latar Belakang Kemerdekaan Indonesia Setelah berabad-abad dijajah oleh Belanda dan kemudian diduduki oleh Jepang, rakyat Indonesia merindukan kebebasan dan kedaulatan. Pada tahun 1945, situasi global sedang bergejolak akibat Perang Dunia II. Kekalahan Jepang dari Sekutu membuka peluang bagi Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Tokoh-tokoh perjuangan seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan para pemimpin lainnya memanfaatkan momentum ini untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Namun, perjuangan menuju kemerdekaan tidak hanya bergantung pada faktor politik dan militer. Nilai-nilai spiritual, terutama yang diajarkan dalam Islam, juga memainkan peran penting. Bulan Ramadhan, yang jatuh pada saat-saat genting menjelang proklamasi, menjadi sumber kekuatan dan motivasi bagi para pejuang. Peran Ramadhan dalam Perjuangan Kemerdekaan Kesabaran dan Ketahanan Puasa Ramadhan mengajarkan kesabaran dan ketahanan dalam menghadapi kesulitan. Nilai-nilai ini sangat relevan dengan perjuangan kemerdekaan, di mana rakyat Indonesia harus menghadapi penjajahan, kelaparan, dan penderitaan. Para pejuang, banyak di antaranya adalah Muslim, menjadikan Ramadhan sebagai waktu untuk memperkuat tekad dan semangat juang. Persatuan dan Solidaritas Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan persatuan dan solidaritas. Berbuka puasa bersama, saling berbagi, dan membantu sesama adalah praktik yang umum selama Ramadhan. Nilai-nilai ini juga tercermin dalam perjuangan kemerdekaan, di mana rakyat Indonesia dari berbagai latar belakang bersatu melawan penjajah. Refleksi dan Introspeksi Ramadhan adalah waktu untuk introspeksi dan memperbaiki diri. Banyak tokoh perjuangan, termasuk Soekarno dan Hatta, menggunakan bulan suci ini untuk merenungkan langkah-langkah strategis dalam perjuangan kemerdekaan. Refleksi spiritual ini membantu mereka mengambil keputusan yang tepat di tengah situasi yang penuh tekanan. Doa dan Tawakal Doa adalah senjata utama umat Muslim, terutama selama Ramadhan. Para pejuang kemerdekaan banyak mengandalkan kekuatan doa dan tawakal (berserah diri kepada Allah SWT) dalam menghadapi tantangan. Keyakinan bahwa Allah SWT akan memberikan pertolongan kepada mereka yang berjuang di jalan yang benar menjadi sumber motivasi yang kuat. Proklamasi Kemerdekaan pada 9 Ramadhan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, yang bertepatan dengan 9 Ramadhan, menjadi puncak dari perjuangan panjang rakyat Indonesia. Pada hari itu, Soekarno dan Hatta membacakan teks proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Momen ini tidak hanya menandai kemerdekaan secara politik, tetapi juga kemenangan spiritual setelah berabad-abad penjajahan. Keterkaitan antara proklamasi dan Ramadhan memberikan makna tambahan. Ramadhan, sebagai bulan penuh berkah dan ampunan, menjadi waktu yang tepat untuk memulai babak baru dalam sejarah Indonesia. Kemerdekaan yang diraih pada bulan suci ini diharapkan membawa keberkahan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemerdekaan Indonesia pada 9 Ramadhan mengajarkan kita bahwa perjuangan menuju kebebasan tidak hanya membutuhkan kekuatan fisik dan strategi, tetapi juga kekuatan spiritual. Nilai-nilai Ramadhan seperti kesabaran, persatuan, dan tawakal menjadi fondasi penting dalam perjuangan kemerdekaan. Selain itu, kemerdekaan yang diraih pada bulan suci ini mengingatkan kita akan pentingnya mensyukuri nikmat kebebasan dan menggunakan kemerdekaan untuk membangun bangsa yang adil dan sejahtera. Kemerdekaan Indonesia pada 9 Ramadhan adalah bukti nyata bahwa perjuangan menuju kebebasan tidak hanya bergantung pada kekuatan fisik, tetapi juga pada kekuatan spiritual. Bulan Ramadhan, dengan nilai-nilai kesabaran, persatuan, dan ketahanannya, memberikan inspirasi dan kekuatan bagi para pejuang kemerdekaan. Sebagai bangsa yang merdeka, kita harus terus merawat kemerdekaan ini dengan mengamalkan nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Ramadhan. *Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Editor : Ashifuddin Fikri Writer : Nur Isnaini Masyithoh
BERITA13/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh
Pentingnya Fidyah dalam Masyarakat
Pentingnya Fidyah dalam Masyarakat
Pentingnya Fidyah dalam Masyarakat Fidyah memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat, terutama dalam membantu fakir miskin. Dalam banyak kasus, mereka yang tidak mampu berpuasa sering kali juga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan memberikan fidyah, kita dapat membantu mereka mendapatkan makanan yang layak dan memenuhi kebutuhan dasar mereka. Meningkatkan Kesadaran Sosial Melalui fidyah, kita diajarkan untuk lebih peka terhadap kondisi sosial di sekitar kita. Hal ini mendorong kita untuk lebih peduli dan berkontribusi dalam membantu sesama, terutama mereka yang berada dalam keadaan sulit. Dengan demikian, fidyah bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran sosial dan solidaritas di antara umat. Membantu Mengurangi Kemiskinan Fidyah juga berperan dalam upaya mengurangi kemiskinan. Dengan memberikan fidyah kepada fakir miskin, kita membantu mereka untuk mendapatkan akses terhadap makanan dan kebutuhan pokok lainnya. Ini adalah langkah kecil namun signifikan dalam menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera dan berkeadilan. Kesimpulan Fidyah sebagai kepedulian terhadap fakir miskin adalah salah satu bentuk nyata dari ajaran Islam yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas. Dengan memberikan fidyah, kita tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik. Mari kita tingkatkan kepedulian kita terhadap sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan, melalui fidyah yang kita berikan. Penulis: Hubaib Ash Shidqi Editor: Hubaib Ash Shidqi
BERITA13/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Sedekah Lingkungan: Solusi Islami untuk Krisis Sampah di Indonesia
Sedekah Lingkungan: Solusi Islami untuk Krisis Sampah di Indonesia
Di tengah krisis sampah yang melanda Indonesia, sedekah lingkungan menjadi wujud ibadah yang relevan dengan tantangan zaman. Islam mengajarkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman, dan melalui sedekah pengelolaan sampah, kita dapat mewujudkan nilai-nilai tersebut secara nyata. BAZNAS telah mengembangkan program "Sedekah Sampah" yang mengajak masyarakat untuk menyumbangkan sampah daur ulang. Dana hasil penjualan sampah tersebut disalurkan untuk membantu mustahik (penerima zakat). Program ini bukan hanya mengurangi timbunan sampah, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dan sosial. Sebagai muslim, menjaga lingkungan adalah amanah dari Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah itu baik dan menyukai kebaikan, bersih dan menyukai kebersihan." Dengan bersedekah untuk lingkungan, kita telah melakukan dua kebaikan sekaligus: membantu sesama dan menjaga karunia Allah berupa alam yang bersih. Ayo bersedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/sedekah Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Penulis: Shifa Indri Hudannaya Editor: M. Sahal
BERITA13/03/2025 | AdminS
Sedekah Lingkungan: Solusi Islami untuk Krisis Sampah di Indonesia
Sedekah Lingkungan: Solusi Islami untuk Krisis Sampah di Indonesia
Di tengah krisis sampah yang melanda Indonesia, sedekah lingkungan menjadi wujud ibadah yang relevan dengan tantangan zaman. Islam mengajarkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman, dan melalui sedekah pengelolaan sampah, kita dapat mewujudkan nilai-nilai tersebut secara nyata. BAZNAS telah mengembangkan program "Sedekah Sampah" yang mengajak masyarakat untuk menyumbangkan sampah daur ulang. Dana hasil penjualan sampah tersebut disalurkan untuk membantu mustahik (penerima zakat). Program ini bukan hanya mengurangi timbunan sampah, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dan sosial. Sebagai muslim, menjaga lingkungan adalah amanah dari Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah itu baik dan menyukai kebaikan, bersih dan menyukai kebersihan." Dengan bersedekah untuk lingkungan, kita telah melakukan dua kebaikan sekaligus: membantu sesama dan menjaga karunia Allah berupa alam yang bersih. Ayo bersedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/sedekah Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Penulis: Shifa Indri Hudannaya Editor: M. Sahal
BERITA13/03/2025 | AdminS
Takwa dalam Setiap Butir Nasi: Memahami Esensi Fidyah di Era Modern
Takwa dalam Setiap Butir Nasi: Memahami Esensi Fidyah di Era Modern
Fidyah, sebagai pengganti puasa bagi mereka yang tidak mampu, memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar kewajiban ritual. Dalam konteks modern, fidyah menjadi simbol ketakwaan yang mencerminkan kepedulian sosial dan tanggung jawab terhadap sesama. Setiap butir nasi yang disalurkan melalui fidyah bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga harapan dan kasih sayang bagi mereka yang membutuhkan. Di era modern, tantangan kemiskinan dan ketidakadilan sosial semakin kompleks. Oleh karena itu, pelaksanaan fidyah harus dilakukan dengan kesadaran penuh akan esensi takwa. Takwa, yang berarti kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap tindakan, mendorong individu untuk tidak hanya memenuhi kewajiban, tetapi juga untuk memastikan bahwa fidyah yang diberikan tepat sasaran dan bermanfaat. Dengan memanfaatkan teknologi dan platform digital, distribusi fidyah dapat dilakukan dengan lebih efisien, menjangkau mereka yang benar-benar membutuhkan. Ini adalah langkah penting dalam menjaga esensi fidyah sebagai bentuk ketakwaan yang relevan di zaman sekarang. Melalui fidyah, kita tidak hanya memenuhi kewajiban, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Sumber: 1. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2:184-185). 2. Hasan, A. (2020). Fidyah dan Takwa: Relevansi dalam Kehidupan Modern. Jurnal Studi Islam, 15(2), 45-60. 3. ahman, F. (2021). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Fidyah: Tantangan dan Peluang. Jurnal Ekonomi Syariah, 10(1), 23-35. Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA13/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Fidyah dan Godaan Konsumerisme: Menemukan Makna di Balik Kewajiban
Fidyah dan Godaan Konsumerisme: Menemukan Makna di Balik Kewajiban
Fidyah, sebagai pengganti puasa bagi mereka yang tidak mampu, memiliki makna yang mendalam dalam konteks ibadah dan tanggung jawab sosial. Namun, di era konsumerisme yang semakin mendominasi, pelaksanaan fidyah sering kali terpengaruh oleh godaan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan gaya hidup yang berlebihan. Godaan ini dapat mengalihkan perhatian dari esensi fidyah sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama. Konsumerisme mendorong individu untuk lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan material, sering kali mengabaikan kewajiban spiritual. Dalam konteks ini, fidyah menjadi ujian bagi ketakwaan seseorang. Apakah kita mampu mengutamakan kepentingan orang lain di atas keinginan pribadi? Menemukan makna di balik fidyah berarti menyadari bahwa setiap butir nasi yang disalurkan bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol kasih sayang dan solidaritas. Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya niat dan keikhlasan, kita dapat melawan godaan konsumerisme. Fidyah seharusnya menjadi sarana untuk memperkuat ikatan sosial dan meningkatkan kepedulian terhadap mereka yang kurang beruntung. Dalam menjalankan kewajiban ini, kita tidak hanya memenuhi syariat, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Sumber: 1. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2:184-185). 2. Hasan, A. (2020). Fidyah dan Konsumerisme: Tantangan dalam Ibadah Modern. Jurnal Ekonomi Syariah, 12(3), 67-80. 3. Rahman, F. (2021). Kepedulian Sosial dalam Praktik Fidyah: Menghadapi Godaan Zaman. Jurnal Studi Islam, 18(1), 15-30. Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA13/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Macam Ragam Fidyah di Nusantara: Tradisi dan Praktik dalam Berbagai Budaya
Macam Ragam Fidyah di Nusantara: Tradisi dan Praktik dalam Berbagai Budaya
Fidyah, sebagai bentuk pengganti puasa bagi mereka yang tidak mampu, memiliki beragam tradisi dan praktik di Nusantara yang dipengaruhi oleh budaya lokal. Di Indonesia, pelaksanaan fidyah tidak hanya sekadar memenuhi kewajiban ibadah, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai sosial dan kearifan lokal. 1. Fidyah Berupa Makanan Pokok Di banyak daerah, seperti Jawa, fidyah sering diberikan dalam bentuk beras. Masyarakat percaya bahwa memberikan makanan pokok adalah cara terbaik untuk membantu mereka yang membutuhkan. 2. Fidyah Berupa Uang Di kota-kota besar, fidyah sering disalurkan dalam bentuk uang tunai. Ini memberikan fleksibilitas bagi penerima untuk memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan situasi. 3. Fidyah dalam Bentuk Paket Sembako Beberapa komunitas mengemas fidyah dalam bentuk paket sembako yang berisi kebutuhan pokok, seperti beras, minyak, dan gula, untuk membantu meringankan beban ekonomi masyarakat. 4. Fidyah Berupa Kegiatan Amal Di beberapa daerah, fidyah diinterpretasikan sebagai sumbangan untuk kegiatan sosial, seperti pengobatan gratis atau pendidikan bagi anak-anak kurang mampu. Ragam fidyah di Nusantara menunjukkan kekayaan budaya dan kepedulian sosial yang tinggi. Setiap bentuk fidyah mencerminkan semangat berbagi dan solidaritas dalam masyarakat, menjadikan fidyah sebagai sarana untuk memperkuat ikatan sosial. Sumber: 1. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2:184-185). 2. Hasan, A. (2020). Praktik Fidyah di Nusantara: Tradisi dan Inovasi. Jurnal Studi Islam, 15(2), 45-60. 3. Rahman, F. (2021). Kepedulian Sosial dalam Pelaksanaan Fidyah: Perspektif Budaya Nusantara. Jurnal Ekonomi Syariah, 10(1), 23-35. Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA13/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Info Rekening Zakat

Info Rekening Zakat

Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.

BAZNAS

Info Rekening Zakat