Berita Terbaru
Sedekah di Era Digital: Kemudahan Berbagi di Tengah Kesibukan
Di era serba digital seperti sekarang, berbagi kebaikan melalui sedekah semakin mudah dan praktis. Aplikasi pembayaran dan platform donasi online memungkinkan kita untuk bersedekah kapan saja dan di mana saja hanya dengan beberapa ketukan jari. Baznas telah mengembangkan platform digital yang aman dan terpercaya, memungkinkan masyarakat menyalurkan sedekah tanpa perlu keluar rumah.
Sedekah digital juga membuka kesempatan untuk membantu saudara-saudara kita yang terdampak bencana alam atau musibah secara real-time. Ketika banjir melanda suatu daerah, dalam hitungan menit kita bisa mengirimkan bantuan melalui sedekah online yang langsung disalurkan kepada korban yang membutuhkan.
Meski demikian, ketulusan niat tetap menjadi kunci utama dalam bersedekah. Kemudahan teknologi seharusnya semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas sedekah kita, bukan sebaliknya. Mari manfaatkan kemudahan teknologi untuk meningkatkan kebaikan kita!
Ayo bersedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/sedekah
Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Penulis: Shifa Indri Hudannaya
Editor: M. Sahal
BERITA12/03/2025 | AdminS
Sedekah Sebagai Solusi Ketimpangan Ekonomi di Era Inflasi
Kenaikan harga kebutuhan pokok dan inflasi yang terus meningkat telah menciptakan tekanan ekonomi bagi banyak keluarga. Biaya hidup yang semakin tinggi membuat jarak antara yang mampu dan kurang mampu semakin lebar. Di sinilah peran sedekah menjadi krusial sebagai jaring pengaman sosial yang dapat membantu mereka yang terdampak.
Sedekah tidak hanya tentang memberikan uang, tetapi juga berbagi keahlian dan kesempatan. Baznas mengembangkan program "Sedekah Produktif" yang tidak sekadar memberikan bantuan konsumtif, tetapi juga pelatihan keterampilan dan modal usaha bagi masyarakat prasejahtera.
Dengan bersedekah secara teratur, kita turut berkontribusi mengurangi ketimpangan ekonomi. Setiap rupiah yang kita sedekahkan memiliki dampak multiplier dalam perekonomian, menciptakan lapangan kerja, dan memutus rantai kemiskinan. Bersedekah bukan hanya amalan religius, tetapi juga investasi sosial untuk masa depan yang lebih berkeadilan.
Ayo bersedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/sedekah
Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Penulis: Shifa Indri Hudannaya
Editor: M. Sahal
BERITA12/03/2025 | AdminS
Momen Ramadhan bersama Keluarga yang Menyenangkan
Ramadhan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga waktu untuk mempererat kebersamaan keluarga. Setiap keluarga memiliki tradisi unik yang diwariskan turun-temurun. Dari sahur hingga berbuka, momen ini menjadi kesempatan untuk membangun keharmonisan dan nilai-nilai keislaman dalam keluarga.
Sahur Bersama sebagai Momen Kebersamaan
Sahur menjadi salah satu momen istimewa di bulan Ramadhan. Meskipun dilakukan di waktu dini hari, keluarga biasanya berusaha untuk makan sahur bersama. Tradisi ini bukan hanya sekadar makan, tetapi juga momen untuk berbincang, berdoa, dan menguatkan niat untuk menjalankan ibadah puasa. Beberapa keluarga juga memiliki kebiasaan membaca doa dan dzikir sebelum waktu imsak tiba.
Buka Puasa Bersama
Momen berbuka puasa menjadi saat yang paling ditunggu. Keluarga sering kali berkumpul untuk menikmati hidangan khas Ramadhan seperti kolak, kurma, atau takjil lainnya. Dalam beberapa keluarga, tradisi berbuka puasa dimulai dengan doa bersama dan berbagi cerita tentang aktivitas masing-masing selama sehari penuh. Selain itu, ada juga kebiasaan berbuka dengan hidangan buatan sendiri yang menjadi ciri khas keluarga.
Shalat Tarawih Bersama
Banyak keluarga memiliki tradisi melaksanakan shalat tarawih bersama, baik di masjid maupun di rumah. Tradisi ini mempererat hubungan keluarga karena selain beribadah, mereka juga saling mengingatkan untuk tetap istiqamah menjalankan ibadah selama Ramadhan. Beberapa keluarga juga mengajak anak-anak untuk mulai belajar shalat tarawih agar mereka terbiasa dengan suasana ibadah di bulan suci ini.
Tadarus Al-Qur’an Keluarga
Membaca Al-Qur’an bersama setelah berbuka atau sebelum tidur menjadi salah satu tradisi yang dilakukan keluarga selama Ramadhan. Biasanya, setiap anggota keluarga mendapat giliran membaca beberapa ayat, kemudian didiskusikan maknanya. Tradisi ini membantu meningkatkan pemahaman agama serta membentuk kebiasaan membaca Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagi dengan Sesama
Tradisi berbagi juga menjadi bagian penting dalam keluarga saat Ramadhan. Beberapa keluarga memiliki kebiasaan menyiapkan makanan untuk dibagikan kepada tetangga atau kaum dhuafa. Selain itu, ada juga yang menjalankan program sedekah keluarga, seperti memberikan santunan kepada anak yatim atau berkontribusi dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar.
Mudik dan Silaturahmi
Bagi keluarga yang tinggal berjauhan, tradisi mudik menjadi momen yang sangat dinantikan. Mudik tidak hanya sekadar perjalanan pulang, tetapi juga bentuk silaturahmi untuk mempererat hubungan keluarga besar. Selain itu, ada juga tradisi halal bihalal setelah Idul Fitri yang menjadi ajang untuk saling memaafkan dan berkumpul dengan sanak saudara.
--------------
Tradisi keluarga saat Ramadhan bukan hanya tentang kebersamaan, tetapi juga sarana untuk menanamkan nilai-nilai keislaman, seperti kesabaran, berbagi, dan mempererat hubungan antaranggota keluarga. Setiap tradisi yang dijalankan membawa makna mendalam dan memberikan kenangan yang indah bagi setiap anggota keluarga.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Nur Isnaini Masyithoh
BERITA12/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh
Puasa dan Rasa Syukur: Menghargai Nikmat yang Diberikan Allah
Puasa adalah salah satu ibadah yang memiliki makna mendalam dalam kehidupan seorang Muslim. Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, puasa juga mengajarkan kita untuk lebih menghargai setiap nikmat yang diberikan-Nya. Dalam menjalankan ibadah puasa, kita tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari segala hal yang dapat mengurangi pahala puasa. Hal ini mengajak kita untuk merenungkan betapa banyaknya nikmat yang sering kali kita abaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Rasa syukur adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap Muslim. Dalam konteks puasa, rasa syukur menjadi semakin penting karena puasa mengajarkan kita untuk merasakan penderitaan orang-orang yang kurang beruntung. Dengan merasakan lapar dan haus, kita diingatkan untuk bersyukur atas nikmat yang sering kali kita anggap remeh. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai hubungan antara puasa dan rasa syukur, serta bagaimana keduanya saling melengkapi dalam kehidupan seorang Muslim.
Puasa sebagai Sarana untuk Meningkatkan Rasa Syukur
Puasa bukan hanya sekadar menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi juga merupakan proses spiritual yang mendalam. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat ini menunjukkan bahwa puasa memiliki tujuan yang lebih besar, yaitu untuk mencapai ketakwaan. Ketakwaan ini akan membawa kita kepada kesadaran akan nikmat yang telah Allah berikan. Ketika kita berpuasa, kita belajar untuk menghargai makanan dan minuman yang sering kali kita anggap remeh. Kita menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain yang tidak seberuntung kita.
Rasa Syukur dalam Al-Qur'an
Rasa syukur merupakan tema yang sering diangkat dalam Al-Qur'an. Allah berfirman:
"Jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7)
Ayat ini menegaskan bahwa syukur adalah kunci untuk mendapatkan lebih banyak nikmat dari Allah. Dalam konteks puasa, ketika kita bersyukur atas nikmat yang kita terima, kita akan lebih mudah untuk menjalankan ibadah ini dengan penuh keikhlasan. Puasa mengajarkan kita untuk tidak hanya berfokus pada diri sendiri, tetapi juga untuk memperhatikan orang lain yang mungkin tidak memiliki akses terhadap makanan dan minuman yang kita nikmati setiap hari.
Hadits tentang Rasa Syukur
Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:
"Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah." (HR. Ahmad)
Hadits ini menunjukkan bahwa rasa syukur tidak hanya terbatas pada hubungan kita dengan Allah, tetapi juga dengan sesama manusia. Dalam konteks puasa, kita diajarkan untuk berbagi dengan mereka yang kurang beruntung. Memberikan makanan kepada orang yang berpuasa, misalnya, adalah salah satu bentuk syukur yang dapat kita lakukan.
Puasa dan Kesadaran Sosial
Salah satu aspek penting dari puasa adalah meningkatkan kesadaran sosial kita. Ketika kita merasakan lapar dan haus, kita diingatkan akan kondisi orang-orang yang hidup dalam kemiskinan. Hal ini mendorong kita untuk lebih peduli dan berkontribusi dalam membantu mereka. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Dan berikanlah kepada kerabatnya haknya, kepada orang miskin, dan kepada orang yang dalam perjalanan." (QS. Al-Isra: 26)
Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak hanya fokus pada diri sendiri, tetapi juga untuk memperhatikan orang-orang di sekitar kita. Puasa menjadi momen yang tepat untuk meningkatkan kepedulian sosial kita, dan dengan demikian, meningkatkan rasa syukur kita atas nikmat yang telah diberikan Allah.
Berbagi dan Memberi
Salah satu cara untuk mengekspresikan rasa syukur kita selama bulan puasa adalah dengan berbagi. Memberikan makanan kepada orang yang berpuasa, menyantuni anak yatim, atau memberikan sedekah kepada yang membutuhkan adalah beberapa bentuk amal yang sangat dianjurkan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad)
Dengan berbagi, kita tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga memperkuat rasa syukur kita. Kita menyadari bahwa apa yang kita miliki adalah anugerah dari Allah, dan kita memiliki tanggung jawab untuk membagikannya kepada orang lain.
Puasa dan Refleksi Diri
Puasa juga merupakan waktu yang tepat untuk melakukan refleksi diri. Dalam kesunyian dan keheningan saat berpuasa, kita memiliki kesempatan untuk merenungkan hidup kita, tujuan kita, dan bagaimana kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu; dan jika kamu mengingkari, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'" (QS. Ibrahim: 7)
Refleksi diri ini dapat membantu kita untuk lebih menghargai nikmat yang telah diberikan Allah. Dengan merenungkan segala sesuatu yang telah kita terima, kita akan lebih mudah untuk bersyukur dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Meningkatkan Kualitas Ibadah
Selama bulan puasa, kita juga dianjurkan untuk meningkatkan kualitas ibadah kita. Shalat, membaca Al-Qur'an, dan berdoa menjadi lebih intensif. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan satu amal kebaikan, maka Allah akan mendekatkannya dengan tujuh puluh amal kebaikan." (HR. Ahmad)
Dengan meningkatkan ibadah kita, kita tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga meningkatkan rasa syukur kita. Kita menyadari bahwa setiap amal yang kita lakukan adalah bentuk ungkapan terima kasih kita kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan.
Kesimpulan
Puasa adalah ibadah yang memiliki banyak hikmah dan pelajaran berharga. Dalam menjalankan puasa, kita diajarkan untuk lebih menghargai nikmat yang diberikan Allah dan meningkatkan rasa syukur kita. Dengan merasakan lapar dan haus, kita diingatkan akan kondisi orang-orang yang kurang beruntung, dan hal ini mendorong kita untuk lebih peduli dan berbagi.
Rasa syukur bukan hanya sekadar ucapan, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan. Dengan berbagi, memberi, dan meningkatkan kualitas ibadah, kita dapat menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah. Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan dan menjadikannya sebagai momen untuk meningkatkan rasa syukur kita atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Ashifuddin Fikri
BERITA12/03/2025 | Ashifuddin Fikri
Ramadhan: Inspirasi untuk Hidup yang Lebih Bermakna
Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan rahmat, di mana umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa. Bulan ini bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga merupakan waktu untuk merenung, memperbaiki diri, dan meningkatkan kualitas hidup. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai aspek dari Ramadhan yang dapat menginspirasi kita untuk hidup lebih bermakna. Kita akan melihat bagaimana puasa, ibadah, dan nilai-nilai yang diajarkan selama bulan ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Makna Puasa dalam Kehidupan
Puasa di bulan Ramadhan memiliki makna yang sangat dalam. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat ini menunjukkan bahwa puasa bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga merupakan sarana untuk mencapai ketakwaan. Ketakwaan adalah kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Dengan berpuasa, kita belajar untuk menahan diri dari hawa nafsu dan mengendalikan diri. Ini adalah pelajaran berharga yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, di mana kita sering kali dihadapkan pada berbagai godaan.
Menahan Diri dan Disiplin
Puasa mengajarkan kita tentang pentingnya menahan diri. Dalam kehidupan modern yang serba cepat ini, kita sering kali terjebak dalam kebiasaan buruk, seperti makan berlebihan, menghabiskan waktu di media sosial, atau terlibat dalam perilaku negatif lainnya. Dengan berpuasa, kita dilatih untuk disiplin dan mengendalikan diri. Ini adalah keterampilan yang sangat berharga yang dapat membantu kita dalam mencapai tujuan hidup kita.
Empati dan Kepedulian Sosial
Puasa juga mengajarkan kita untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang kurang beruntung. Ketika kita menahan lapar dan dahaga, kita diingatkan akan pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama. Dalam bulan Ramadhan, banyak orang yang melakukan amal dan berbagi makanan dengan mereka yang membutuhkan. Ini adalah bentuk nyata dari empati dan kepedulian sosial yang seharusnya kita bawa sepanjang tahun.
Ibadah dan Koneksi Spiritual
Selama bulan Ramadhan, umat Islam didorong untuk meningkatkan ibadah mereka. Selain puasa, banyak yang melaksanakan shalat tarawih, membaca Al-Qur'an, dan berdoa. Semua ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperkuat iman kita.
Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah ibadah yang dilakukan setelah shalat Isya selama bulan Ramadhan. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk berkumpul dengan komunitas, memperkuat ikatan sosial, dan meningkatkan spiritualitas. Dalam shalat tarawih, kita membaca Al-Qur'an dan merenungkan maknanya. Ini adalah waktu yang tepat untuk merenungkan kehidupan kita dan mencari petunjuk dari Allah.
Membaca Al-Qur'an
Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)
Membaca Al-Qur'an selama bulan ini adalah cara untuk mendapatkan petunjuk dan inspirasi dalam hidup kita. Kita dapat merenungkan ayat-ayat yang relevan dengan situasi kita dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Refleksi Diri dan Perubahan Positif
Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk melakukan refleksi diri. Kita diajak untuk merenungkan tindakan dan perilaku kita selama ini. Apakah kita sudah menjadi pribadi yang lebih baik? Apakah kita sudah berkontribusi positif bagi masyarakat? Dengan melakukan refleksi, kita dapat menemukan area di mana kita perlu memperbaiki diri.
Menetapkan Tujuan
Selama bulan Ramadhan, kita dapat menetapkan tujuan untuk diri kita sendiri. Tujuan ini bisa berkaitan dengan ibadah, kesehatan, atau hubungan sosial. Misalnya, kita bisa berkomitmen untuk membaca Al-Qur'an setiap hari, berolahraga secara teratur, atau lebih aktif dalam kegiatan sosial. Dengan menetapkan tujuan, kita memiliki arah yang jelas untuk mencapai kehidupan yang lebih bermakna.
Membangun Kebiasaan Baik
Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk membangun kebiasaan baik. Kebiasaan yang kita bentuk selama bulan ini dapat bertahan lama jika kita konsisten. Misalnya, jika kita terbiasa bangun pagi untuk sahur dan shalat subuh, kita dapat melanjutkan kebiasaan ini setelah Ramadhan berakhir. Kebiasaan baik ini akan membantu kita menjadi pribadi yang lebih disiplin dan produktif.
Kekuatan Komunitas
Ramadhan juga mengajarkan kita tentang pentingnya komunitas. Selama bulan ini, kita sering berkumpul dengan keluarga dan teman-teman untuk berbuka puasa. Ini adalah waktu yang tepat untuk memperkuat hubungan sosial dan membangun rasa kebersamaan.
Berbagi dan Bersyukur
Berkumpul untuk berbuka puasa adalah momen yang indah untuk berbagi dan bersyukur. Kita dapat saling berbagi makanan, cerita, dan pengalaman. Ini adalah cara untuk menunjukkan rasa syukur kita atas nikmat yang diberikan Allah. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'" (QS. Ibrahim: 7)
Kegiatan Sosial
Banyak komunitas yang mengadakan kegiatan sosial selama bulan Ramadhan, seperti pembagian makanan kepada yang membutuhkan atau penggalangan dana untuk amal. Kegiatan ini tidak hanya membantu mereka yang kurang beruntung, tetapi juga memperkuat ikatan antar anggota komunitas. Dengan berkontribusi dalam kegiatan sosial, kita dapat merasakan kebahagiaan dan kepuasan yang mendalam.
Menjaga Semangat Setelah Ramadhan
Setelah bulan Ramadhan berakhir, sering kali kita merasa kehilangan semangat untuk beribadah dan melakukan kebaikan. Namun, penting bagi kita untuk menjaga semangat ini agar tetap hidup.
Melanjutkan Kebiasaan Baik
Salah satu cara untuk menjaga semangat adalah dengan melanjutkan kebiasaan baik yang telah kita bangun selama Ramadhan. Misalnya, jika kita terbiasa membaca Al-Qur'an setiap hari, kita harus berusaha untuk melanjutkannya setelah Ramadhan. Kebiasaan baik ini akan membantu kita tetap dekat dengan Allah dan meningkatkan kualitas hidup kita.
Menjaga Hubungan Sosial
Setelah Ramadhan, kita juga harus menjaga hubungan sosial yang telah terjalin. Kita dapat melanjutkan kebiasaan berkumpul dengan keluarga dan teman-teman, serta terlibat dalam kegiatan sosial. Dengan menjaga hubungan ini, kita dapat terus merasakan kebahagiaan dan dukungan dari orang-orang terdekat kita.
Kesimpulan
Ramadhan adalah bulan yang penuh makna dan inspirasi. Melalui puasa, ibadah, refleksi diri, dan kekuatan komunitas, kita dapat menemukan cara untuk hidup lebih bermakna. Dengan menerapkan nilai-nilai yang diajarkan selama bulan ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan memberikan dampak positif bagi orang-orang di sekitar kita. Mari kita jadikan Ramadhan sebagai momentum untuk perubahan dan perbaikan diri, tidak hanya selama bulan ini, tetapi sepanjang tahun.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Ashifuddin Fikri
BERITA12/03/2025 | Ashifuddin Fikri
Fidyah: Berbagai Jenis dan Ketentuannya dalam Kehidupan Sehari-hari
Fidyah adalah bentuk kompensasi yang diberikan oleh seseorang yang tidak dapat menjalankan ibadah tertentu, seperti puasa atau haji, karena alasan yang sah.
Dalam Islam, fidyah berfungsi untuk menggantikan kewajiban yang tidak dapat dilaksanakan. Berikut adalah ragam jenis fidyah dan ketentuannya.
1. Fidyah Puasa
Dikenakan bagi mereka yang tidak mampu berpuasa, baik karena sakit yang tidak dapat disembuhkan atau usia lanjut.
Fidyah ini berupa memberi makan kepada orang miskin, biasanya satu mud (sekitar 600 gram) makanan pokok per hari yang ditinggalkan.
2. Fidyah Haji
Dikenakan bagi jemaah haji yang tidak dapat menyelesaikan ibadah haji karena alasan tertentu, seperti sakit atau terhalang.
Fidyah ini dapat berupa penyembelihan hewan atau memberi makan kepada orang miskin.
3. Fidyah Qurban
Bagi mereka yang tidak mampu melaksanakan qurban, fidyah dapat berupa sumbangan kepada yang membutuhkan.
Ketentuan fidyah ini diatur dalam syariat Islam dan bertujuan untuk membantu mereka yang tidak mampu melaksanakan ibadah dengan cara yang sesuai.
Sumber:
1. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2:184-185).
2. Hadis Nabi Muhammad SAW mengenai fidyah.
3. Buku "Fidyah dalam Islam" oleh Dr. Ahmad Zainuddin.
Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana
Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA12/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Fidyah dan Kearifan Lokal: Implementasi dalam Budaya dan Tradisi Indonesia
Fidyah merupakan bentuk kompensasi yang diberikan oleh umat Islam yang tidak dapat menjalankan ibadah puasa atau haji karena alasan tertentu.
Di Indonesia, implementasi fidyah tidak hanya dilihat dari segi syariat, tetapi juga dipengaruhi oleh kearifan lokal yang kaya.
Dalam banyak komunitas, fidyah sering kali diintegrasikan dengan tradisi lokal, seperti pemberian makanan kepada yang membutuhkan.
Misalnya, di beberapa daerah, fidyah dapat berupa beras atau makanan yang dibagikan kepada fakir miskin, mencerminkan nilai gotong royong dan kepedulian sosial yang kuat dalam budaya Indonesia.
Selain itu, banyak masjid dan lembaga sosial yang mengelola fidyah dengan baik, memastikan bahwa bantuan tersebut tepat sasaran.
Kearifan lokal juga terlihat dalam cara masyarakat mengedukasi satu sama lain tentang pentingnya fidyah, menjadikannya bagian dari tradisi Ramadan yang lebih luas.
Dengan demikian, fidyah tidak hanya menjadi kewajiban agama, tetapi juga sarana untuk memperkuat ikatan sosial dan budaya di masyarakat Indonesia.
Sumber:
1. Al-Qur'an dan Hadis.
2. Buku "Islam dan Kearifan Lokal" oleh Dr. Ahmad Syafii Maarif.
3. Artikel "Fidyah dalam Tradisi Masyarakat Indonesia" di Jurnal Studi Islam.
Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana
Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA12/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Fidyah sebagai Wujud Nilai Pancasila: Mengintegrasikan Ibadah dan Kesejahteraan Sosial
Fidyah, sebagai bentuk kompensasi bagi umat Islam yang tidak dapat menjalankan ibadah puasa atau haji, memiliki makna yang lebih dalam ketika dilihat dari perspektif Pancasila.
Dalam Pancasila, terutama sila kedua yang menekankan kemanusiaan yang adil dan beradab, fidyah menjadi sarana untuk mewujudkan keadilan sosial.
Implementasi fidyah di Indonesia sering kali melibatkan pemberian makanan atau bantuan kepada yang membutuhkan, mencerminkan nilai gotong royong dan kepedulian sosial.
Hal ini sejalan dengan sila ketiga Pancasila, yaitu persatuan Indonesia, di mana masyarakat saling membantu dan mendukung satu sama lain, terutama di bulan Ramadan.
Dengan mengintegrasikan fidyah dalam praktik kesejahteraan sosial, umat Islam tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih baik.
Melalui fidyah, nilai-nilai Pancasila dapat dihidupkan, menciptakan harmoni antara ibadah dan tanggung jawab sosial.
Sumber:
1. Al-Qur'an dan Hadis.
2. Buku "Pancasila dan Kemanusiaan" oleh Prof. Dr. H. A. Syafii Maarif.
3. Artikel "Fidyah dan Kesejahteraan Sosial" di Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora.
Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana
Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA12/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Fidyah: Evolusi Konsep dan Praktiknya dari Masa ke Masa
Fidyah merupakan istilah dalam Islam yang merujuk pada pembayaran pengganti bagi mereka yang tidak dapat menjalankan puasa Ramadan karena alasan tertentu, seperti sakit atau perjalanan.
Konsep fidyah telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW, di mana beliau mengajarkan bahwa mereka yang tidak mampu berpuasa harus memberikan makanan kepada orang miskin sebagai bentuk kompensasi.
Seiring berjalannya waktu, praktik fidyah mengalami evolusi. Pada era klasik, fidyah umumnya berupa pemberian makanan, sesuai dengan ajaran awal.
Namun, dalam konteks modern, banyak ulama dan lembaga keagamaan yang memperbolehkan fidyah dalam bentuk uang, yang kemudian dapat digunakan untuk membeli makanan bagi yang membutuhkan.
Hal ini mencerminkan adaptasi terhadap perubahan sosial dan ekonomi.
Di era digital, pembayaran fidyah semakin mudah dengan adanya platform online yang memungkinkan umat Islam untuk menunaikan kewajiban ini secara praktis.
Meskipun bentuk dan cara pelaksanaannya berubah, esensi fidyah sebagai bentuk kepedulian sosial tetap terjaga.
Sumber:
1. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2:184-185).
2. Al-Mawardi, Al-Hawi al-Kabir.
3. Fatwa MUI tentang Fidyah.
4. Artikel "Fidyah dalam Perspektif Kontemporer" di Jurnal Ilmiah Islamika.
Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana
Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA12/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Menempa Karakter Melalui Fidyah: Refleksi Diri dan Solidaritas Sosial
Fidyah, sebagai salah satu bentuk pengganti kewajiban ibadah puasa bagi mereka yang tidak mampu, memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar ritual.
Dalam konteks ini, fidyah berfungsi sebagai sarana untuk menempa karakter individu melalui refleksi diri dan solidaritas sosial.
Refleksi diri merupakan langkah awal dalam memahami makna fidyah.
Ketika seseorang memberikan fidyah, mereka dihadapkan pada pertanyaan tentang tanggung jawab dan kepedulian terhadap sesama.
Proses ini mendorong individu untuk merenungkan kondisi diri dan orang lain, serta mengembangkan empati.
Dengan menyadari bahwa ada orang lain yang lebih membutuhkan, individu dapat membangun karakter yang lebih peka dan peduli.
Selain itu, fidyah juga menciptakan solidaritas sosial.
Dengan memberikan fidyah, individu berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat, terutama bagi mereka yang kurang beruntung.
Tindakan ini tidak hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab kolektif.
Dalam konteks ini, fidyah menjadi jembatan untuk membangun masyarakat yang lebih harmonis dan saling mendukung.
Dengan demikian, fidyah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan alat untuk membentuk karakter yang lebih baik, melalui refleksi diri dan penguatan solidaritas sosial.
Sumber:
1. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2:184-185).
2. Hasan, A. (2020). Fidyah dan Kesejahteraan Sosial: Perspektif Islam. Jurnal Studi Islam, 15(2), 123-135.
3. Rahman, F. (2019). Pendidikan Karakter dalam Islam: Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit Al-Mawardi.
Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana
Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA12/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Fidyah: Kunci Menuju Generasi Emas yang Berakhlak dan Peduli
Fidyah, sebagai bentuk pengganti kewajiban puasa bagi mereka yang tidak mampu, memiliki peran penting dalam membentuk karakter generasi emas.
Dalam konteks ini, fidyah bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga merupakan sarana untuk menanamkan nilai-nilai akhlak dan kepedulian sosial.
Generasi emas diharapkan memiliki karakter yang kuat, berakhlak mulia, dan peduli terhadap sesama.
Melalui fidyah, individu diajak untuk merenungkan kondisi orang lain yang kurang beruntung.
Tindakan memberikan fidyah mendorong empati dan solidaritas, dua nilai yang sangat penting dalam membangun masyarakat yang harmonis.
Dengan menyisihkan sebagian rezeki untuk membantu mereka yang membutuhkan, generasi muda belajar tentang tanggung jawab sosial dan kepedulian.
Selain itu, fidyah juga mengajarkan pentingnya berbagi dan berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat.
Dalam proses ini, generasi emas tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga menjadi agen perubahan yang aktif.
Dengan demikian, fidyah berfungsi sebagai kunci untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak dan peduli.
Sumber:
1. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2:184-185).
2. Hasan, A. (2020). Fidyah dan Kesejahteraan Sosial: Perspektif Islam. Jurnal Studi Islam, 15(2), 123-135.
3. Rahman, F. (2019). Pendidikan Karakter dalam Islam: Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit Al-Mawardi.
Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana
Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA12/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Cara Berzakat yang Sesuai dengan Syariat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang memenuhi syarat. Untuk berzakat sesuai dengan syariat, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan. Pertama, tentukan jenis zakat yang akan dikeluarkan, apakah zakat fitrah atau zakat mal. Zakat fitrah dikeluarkan menjelang Idul Fitri, sedangkan zakat mal dikeluarkan dari harta yang dimiliki, seperti uang, emas, atau hasil pertanian.
Kedua, hitung jumlah harta yang dimiliki. Zakat mal biasanya dikeluarkan sebesar 2,5% dari total harta yang telah mencapai nishab (batas minimum). Pastikan harta yang dihitung adalah harta yang telah dimiliki selama satu tahun penuh. Ketiga, pilih penerima zakat yang tepat. Penerima zakat harus sesuai dengan golongan yang telah ditentukan dalam Al-Qur'an, seperti fakir, miskin, amil, muallaf, hamba sahaya, orang yang berutang, dan orang yang berjuang di jalan Allah.
Keempat, niatkan zakat yang akan dikeluarkan sebagai ibadah kepada Allah. Niat ini penting agar zakat yang dikeluarkan diterima sebagai amal shalih. Terakhir, serahkan zakat kepada yang berhak, baik secara langsung maupun melalui lembaga zakat yang terpercaya. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, zakat yang dikeluarkan akan sesuai dengan syariat dan memberikan manfaat bagi penerimanya.
=====================
*Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Penulis: Saffanatussa'idiyah
Editor: Ummi Kiftiyah
BERITA12/03/2025 | admin
Tips Istiqomah Berzakat Penghasilan
Istiqomah dalam berzakat penghasilan adalah hal yang sangat penting bagi setiap Muslim. Berikut adalah beberapa tips untuk menjaga konsistensi dalam berzakat. Pertama, buatlah komitmen pribadi. Tentukan jumlah zakat yang akan dikeluarkan setiap bulan dan catat dalam anggaran keuangan.
Dengan cara ini, zakat akan menjadi bagian dari pengeluaran rutin. Kedua, ingatkan diri tentang manfaat zakat. Zakat tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga membersihkan harta dan mendekatkan diri kepada Allah. Bacalah kisah-kisah inspiratif tentang orang-orang yang mendapatkan keberkahan setelah berzakat. Ketiga, bergabunglah dengan komunitas atau kelompok yang memiliki tujuan sama dalam berzakat. Dengan adanya dukungan dari orang lain, kita akan lebih termotivasi untuk istiqomah.
Keempat, gunakan teknologi untuk memudahkan proses berzakat. Banyak aplikasi dan platform online yang memungkinkan kita untuk menghitung dan menyalurkan zakat dengan mudah. Terakhir, evaluasi secara berkala. Tanyakan pada diri sendiri apakah zakat yang dikeluarkan sudah sesuai dengan penghasilan dan apakah ada peningkatan dalam jumlah zakat. Dengan cara ini, kita dapat terus berusaha untuk istiqomah dalam berzakat penghasilan.
=====================
*Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Penulis: Saffanatussa'idiyah
Editor: Ummi Kiftiyah
BERITA12/03/2025 | admin
Golongan yang Berhak Menerima Zakat
Zakat memiliki tujuan untuk membantu mereka yang membutuhkan dan mengurangi kesenjangan sosial. Dalam Islam, terdapat delapan golongan yang berhak menerima zakat, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an Surah At-Taubah ayat 60. Pertama, fakir, yaitu orang yang tidak memiliki harta dan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, miskin, yaitu orang yang memiliki harta, tetapi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Ketiga, amil, yaitu petugas yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat. Mereka berhak mendapatkan bagian dari zakat sebagai imbalan atas kerja mereka. Keempat, muallaf, yaitu orang yang baru memeluk Islam dan membutuhkan dukungan untuk memperkuat iman mereka. Kelima, hamba sahaya, yaitu budak yang ingin memerdekakan diri. Zakat dapat digunakan untuk membantu mereka dalam proses pembebasan.
Keenam, orang yang berutang, yaitu mereka yang terjebak dalam utang dan tidak mampu membayarnya. Ketujuh, orang yang berjuang di jalan Allah, seperti para pejuang yang berusaha menegakkan agama. Terakhir, orang yang sedang dalam perjalanan, yaitu musafir yang kehabisan bekal. Dengan memahami golongan-golongan ini, kita dapat menyalurkan zakat dengan tepat dan memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat.
=====================
*Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Penulis: Saffanatussa'idiyah
Editor: Ummi Kiftiyah
BERITA12/03/2025 | admin
Zakat dan Teknologi Inovasi dalam Pengelolaan Amal
Di era digital saat ini, teknologi telah merubah banyak aspek kehidupan, termasuk dalam pengelolaan zakat. Zakat, sebagai salah satu rukun Islam, tidak hanya berfungsi sebagai kewajiban spiritual, tetapi juga sebagai instrumen sosial yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Dengan memanfaatkan teknologi, pengelolaan zakat dapat dilakukan dengan lebih efisien, transparan, dan akuntabel. Artikel ini akan membahas bagaimana inovasi teknologi telah mengubah cara kita berzakat dan dampaknya terhadap pengelolaan amal.
Digitalisasi Proses Zakat
Salah satu inovasi terbesar dalam pengelolaan zakat adalah digitalisasi prosesnya. Banyak lembaga zakat, termasuk BAZNAS Yogyakarta, telah mengembangkan platform online yang memungkinkan masyarakat untuk menunaikan zakat dengan mudah. Melalui aplikasi mobile dan website, individu dapat memberikan zakat kapan saja dan di mana saja tanpa harus datang ke kantor lembaga zakat. Ini tidak hanya memudahkan masyarakat, tetapi juga meningkatkan partisipasi dalam berzakat, terutama di kalangan generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi.
Transparansi dan Akuntabilitas
Teknologi juga membawa perubahan signifikan dalam hal transparansi dan akuntabilitas pengelolaan zakat. Dengan sistem yang terintegrasi, setiap transaksi zakat dapat dilacak dan dipantau secara real-time. Lembaga zakat dapat memberikan laporan yang jelas mengenai penggunaan dana zakat, termasuk program-program yang didanai dan dampaknya terhadap masyarakat. Ini memberikan kepercayaan kepada para muzakki (pemberi zakat) bahwa dana mereka digunakan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Inovasi dalam Program Pemberdayaan
Selain mempermudah proses penyaluran zakat, teknologi juga memungkinkan pengembangan program-program pemberdayaan yang lebih inovatif. Misalnya, lembaga zakat dapat menggunakan data analitik untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan merancang program yang lebih tepat sasaran. Dengan memanfaatkan teknologi, zakat tidak hanya menjadi bantuan finansial, tetapi juga dapat diintegrasikan dengan program pelatihan keterampilan, pendidikan, dan kesehatan yang berkelanjutan. Ini membantu menciptakan dampak yang lebih besar dan berkelanjutan bagi penerima zakat.
Edukasi dan Kesadaran Masyarakat
Teknologi juga berperan penting dalam meningkatkan edukasi dan kesadaran masyarakat tentang zakat. Melalui media sosial, website, dan aplikasi, lembaga zakat dapat menyebarkan informasi mengenai pentingnya zakat, cara menghitung zakat, dan dampak positif yang dihasilkan. Kampanye digital yang menarik dapat menarik perhatian masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih aktif dalam berzakat. Dengan meningkatkan pemahaman tentang zakat, diharapkan masyarakat akan lebih termotivasi untuk menunaikan kewajiban ini.
Inovasi teknologi telah membawa perubahan yang signifikan dalam pengelolaan zakat. Dengan digitalisasi proses, peningkatan transparansi, dan pengembangan program pemberdayaan yang inovatif, zakat dapat dikelola dengan lebih efisien dan efektif. BAZNAS Yogyakarta, sebagai lembaga zakat yang berkomitmen untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat, terus berupaya memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pengelolaan zakat. Mari kita dukung inovasi ini dan jadikan zakat sebagai bagian integral dari kehidupan kita, sehingga kita dapat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera.
=====================
*Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Penulis: Azkia Salsabila
Editor: Ummi Kiftiyah
BERITA12/03/2025 | admin
Peran Fidyah sebagai Penjaga Keseimbangan Ekonomi
Peran Fidyah sebagai Penjaga Keseimbangan Ekonomi
Fidyah merupakan salah satu konsep dalam Islam yang berkaitan dengan kewajiban mengganti puasa bagi mereka yang tidak mampu melaksanakannya. Namun, lebih dari sekadar kewajiban spiritual, fidyah juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekonomi masyarakat. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana fidyah dapat berkontribusi terhadap stabilitas ekonomi dan kesejahteraan sosial.
Apa itu Fidyah?
Fidyah adalah pembayaran yang dilakukan oleh seseorang yang tidak dapat berpuasa, baik karena sakit, usia lanjut, atau alasan lain yang sah. Pembayaran fidyah biasanya berupa makanan atau uang yang diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Dengan demikian, fidyah tidak hanya berfungsi sebagai pengganti puasa, tetapi juga sebagai sarana untuk membantu sesama.
Peran Fidyah dalam Ekonomi
Distribusi Kekayaan
Fidyah berfungsi sebagai alat distribusi kekayaan dari orang yang mampu kepada yang tidak mampu. Dengan memberikan fidyah, orang kaya dapat membantu meringankan beban ekonomi orang miskin, sehingga menciptakan keseimbangan dalam masyarakat.
Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Pembayaran fidyah dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, seperti makanan dan tempat tinggal. Hal ini berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial secara keseluruhan.
Stimulasi Ekonomi Lokal
Fidyah yang dibayarkan dalam bentuk makanan dapat meningkatkan permintaan terhadap produk lokal. Hal ini dapat memberikan dampak positif bagi petani dan produsen lokal, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di tingkat komunitas.
Pendidikan dan Kesadaran Ekonomi
Melalui fidyah, masyarakat diajarkan tentang pentingnya berbagi dan membantu sesama. Ini dapat meningkatkan kesadaran ekonomi dan sosial, serta mendorong individu untuk lebih peduli terhadap kondisi ekonomi lingkungan sekitar.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:
Hubaib Ash Shidqi
BERITA11/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Peran Fidyah sebagai Kepedulian Sosial
Peran Fidyah sebagai Kepedulian Sosial
Fidyah merupakan salah satu bentuk kepedulian sosial yang sangat penting dalam masyarakat Muslim. Dalam konteks agama Islam, fidyah adalah kompensasi yang diberikan oleh seseorang yang tidak mampu menjalankan ibadah puasa, baik karena sakit, hamil, menyusui, atau alasan lainnya. Fidyah biasanya berupa makanan atau uang yang diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Dengan demikian, fidyah tidak hanya berfungsi sebagai pengganti puasa, tetapi juga sebagai sarana untuk membantu sesama.
Fidyah dan Kesejahteraan Sosial
Salah satu peran utama fidyah adalah dalam meningkatkan kesejahteraan sosial. Dengan memberikan fidyah, seseorang dapat membantu mereka yang kurang beruntung, seperti fakir miskin dan anak yatim. Hal ini menciptakan rasa solidaritas dan kepedulian di antara anggota masyarakat. Ketika setiap individu berkontribusi melalui fidyah, maka akan tercipta lingkungan yang lebih baik dan lebih peduli terhadap sesama.
Fidyah sebagai Bentuk Empati
Fidyah juga mencerminkan empati dan kepedulian terhadap orang lain. Dalam Islam, memberikan fidyah adalah bentuk pengakuan bahwa tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama untuk menjalankan ibadah. Dengan memberikan fidyah, kita menunjukkan bahwa kita peduli terhadap kondisi orang lain dan berusaha untuk meringankan beban mereka. Ini adalah salah satu cara untuk membangun hubungan yang lebih baik dalam masyarakat.
Fidyah dan Pemberdayaan Ekonomi
Selain itu, fidyah juga dapat berkontribusi pada pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ketika fidyah diberikan dalam bentuk makanan, hal ini dapat membantu meningkatkan gizi dan kesehatan orang-orang yang menerimanya. Jika fidyah diberikan dalam bentuk uang, maka penerima dapat menggunakan dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau bahkan untuk memulai usaha kecil. Dengan demikian, fidyah tidak hanya membantu secara langsung, tetapi juga dapat memberikan dampak jangka panjang bagi penerima.
Penulis:Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA11/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Implementasi Nilai Fidyah dalam Pancasila
Implementasi Nilai Fidyah dalam Pancasila
1. Ketuhanan yang Maha Esa
Dalam konteks fidyah, pelaksanaan kewajiban ini merupakan bentuk pengakuan terhadap perintah Tuhan. Dengan memberikan fidyah, seorang Muslim menunjukkan ketaatan kepada Allah SWT dan menjalankan ajaran agama dengan baik.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Fidyah juga mencerminkan nilai kemanusiaan. Dengan memberikan fidyah kepada yang membutuhkan, kita menunjukkan kepedulian terhadap sesama. Hal ini sejalan dengan prinsip Pancasila yang menekankan pentingnya keadilan dan peradaban dalam berinteraksi dengan orang lain.
3. Persatuan Indonesia
Implementasi fidyah dapat menjadi sarana untuk memperkuat persatuan. Ketika masyarakat saling membantu melalui fidyah, maka akan tercipta rasa kebersamaan dan solidaritas di antara warga. Ini sangat penting dalam menjaga persatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam memberikan fidyah, diperlukan kebijaksanaan dalam menentukan siapa yang berhak menerima. Proses ini dapat dilakukan melalui musyawarah, sehingga keputusan yang diambil mencerminkan kepentingan bersama.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Fidyah berkontribusi pada keadilan sosial dengan membantu mereka yang kurang mampu. Dengan memberikan fidyah, kita berperan aktif dalam menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, sesuai dengan cita-cita Pancasila.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA11/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Pelaksanaan Fidyah di Zaman Kontemporer
Pelaksanaan Fidyah di Zaman Kontemporer
Di era modern ini, pelaksanaan fidyah semakin bervariasi. Banyak lembaga dan organisasi yang menyediakan layanan untuk menyalurkan fidyah kepada yang berhak. Berikut adalah beberapa cara pelaksanaan fidyah di zaman kontemporer:
Donasi Uang: Banyak orang memilih untuk memberikan fidyah dalam bentuk uang. Uang tersebut kemudian digunakan oleh lembaga amal untuk membeli makanan bagi yang membutuhkan.
Program Pemberian Makanan: Beberapa organisasi mengadakan program khusus untuk menyalurkan fidyah dalam bentuk paket makanan. Ini memudahkan para pemberi fidyah untuk memastikan bahwa bantuan mereka sampai kepada yang membutuhkan.
Platform Digital: Dengan kemajuan teknologi, banyak platform digital yang memungkinkan umat Islam untuk membayar fidyah secara online. Ini memudahkan proses dan mempercepat penyaluran fidyah kepada yang berhak.
Tantangan dalam Pelaksanaan Fidyah
Meskipun pelaksanaan fidyah di zaman kontemporer semakin mudah, masih ada beberapa tantangan yang dihadapi, antara lain:
Kesadaran Masyarakat: Tidak semua orang memahami pentingnya fidyah dan bagaimana cara melaksanakannya. Edukasi tentang fidyah perlu ditingkatkan agar lebih banyak orang yang terlibat.
Transparansi dan Akuntabilitas: Dalam penyaluran fidyah, penting untuk memastikan bahwa bantuan yang diberikan benar-benar sampai kepada yang membutuhkan. Oleh karena itu, lembaga yang mengelola fidyah harus transparan dan akuntabel.
Variasi Kebutuhan: Setiap daerah memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks lokal agar fidyah yang diberikan dapat memberikan dampak yang maksimal.
Kesimpulan
Fidyah di zaman kontemporer memiliki peran yang sangat penting dalam membantu mereka yang tidak mampu menjalankan ibadah puasa. Dengan berbagai cara pelaksanaan yang ada, diharapkan fidyah dapat disalurkan dengan lebih efektif dan efisien. Masyarakat perlu terus diedukasi tentang pentingnya fidyah dan cara pelaksanaannya agar ibadah ini dapat memberikan manfaat yang lebih luas. Dengan demikian, fidyah tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga menjadi sarana untuk berbagi dan peduli terhadap sesama.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA11/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Doa Orang yang Menunaikan Fidyah
Doa Orang yang Menunaikan Fidyah
Fidyah adalah salah satu bentuk kompensasi yang diberikan oleh seseorang yang tidak dapat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, baik karena alasan kesehatan, usia lanjut, atau sebab lainnya. Dalam Islam, menunaikan fidyah merupakan kewajiban bagi mereka yang tidak mampu berpuasa. Fidyah biasanya berupa makanan atau sedekah yang diberikan kepada orang yang membutuhkan.
Pentingnya Menunaikan Fidyah
Menunaikan fidyah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan bentuk kepedulian sosial. Dengan memberikan fidyah, kita membantu mereka yang kurang beruntung dan sekaligus menunaikan tanggung jawab kita sebagai umat Muslim. Fidyah juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendapatkan pahala.
Doa untuk Menunaikan Fidyah
Ketika seseorang menunaikan fidyah, sangat dianjurkan untuk membaca doa sebagai bentuk niat dan harapan agar Allah SWT menerima amal ibadah kita. Berikut adalah contoh doa yang bisa dibaca saat menunaikan fidyah:
"Ya Allah, aku menunaikan fidyah ini sebagai bentuk tanggung jawabku atas puasa yang tidak dapat aku laksanakan. Semoga Engkau menerima amal ibadahku dan memberkahi orang-orang yang menerima fidyah ini. Amin."
Doa ini bisa diucapkan dengan penuh khusyuk dan keikhlasan, mengingat bahwa fidyah adalah bentuk pengganti puasa yang tidak dapat dilaksanakan.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA11/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI

Info Rekening Zakat
Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.
BAZNAS
Info Rekening Zakat

