WhatsApp Icon
Golongan yang Berhak Menerima Zakat

 

Zakat memiliki tujuan untuk membantu mereka yang membutuhkan dan mengurangi kesenjangan sosial. Dalam Islam, terdapat delapan golongan yang berhak menerima zakat, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an Surah At-Taubah ayat 60. Pertama, fakir, yaitu orang yang tidak memiliki harta dan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, miskin, yaitu orang yang memiliki harta, tetapi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar.

 

Ketiga, amil, yaitu petugas yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat. Mereka berhak mendapatkan bagian dari zakat sebagai imbalan atas kerja mereka. Keempat, muallaf, yaitu orang yang baru memeluk Islam dan membutuhkan dukungan untuk memperkuat iman mereka. Kelima, hamba sahaya, yaitu budak yang ingin memerdekakan diri. Zakat dapat digunakan untuk membantu mereka dalam proses pembebasan.

Keenam, orang yang berutang, yaitu mereka yang terjebak dalam utang dan tidak mampu membayarnya. Ketujuh, orang yang berjuang di jalan Allah, seperti para pejuang yang berusaha menegakkan agama. Terakhir, orang yang sedang dalam perjalanan, yaitu musafir yang kehabisan bekal. Dengan memahami golongan-golongan ini, kita dapat menyalurkan zakat dengan tepat dan memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat.

=====================

*Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.
https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat  
Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id 

Penulis: Saffanatussa'idiyah

Editor: Ummi Kiftiyah

 

12/03/2025 | Kontributor: admin
Tips Istiqomah Berzakat Penghasilan

 

Istiqomah dalam berzakat penghasilan adalah hal yang sangat penting bagi setiap Muslim. Berikut adalah beberapa tips untuk menjaga konsistensi dalam berzakat. Pertama, buatlah komitmen pribadi. Tentukan jumlah zakat yang akan dikeluarkan setiap bulan dan catat dalam anggaran keuangan.

Dengan cara ini, zakat akan menjadi bagian dari pengeluaran rutin. Kedua, ingatkan diri tentang manfaat zakat. Zakat tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga membersihkan harta dan mendekatkan diri kepada Allah. Bacalah kisah-kisah inspiratif tentang orang-orang yang mendapatkan keberkahan setelah berzakat. Ketiga, bergabunglah dengan komunitas atau kelompok yang memiliki tujuan sama dalam berzakat. Dengan adanya dukungan dari orang lain, kita akan lebih termotivasi untuk istiqomah.

Keempat, gunakan teknologi untuk memudahkan proses berzakat. Banyak aplikasi dan platform online yang memungkinkan kita untuk menghitung dan menyalurkan zakat dengan mudah. Terakhir, evaluasi secara berkala. Tanyakan pada diri sendiri apakah zakat yang dikeluarkan sudah sesuai dengan penghasilan dan apakah ada peningkatan dalam jumlah zakat. Dengan cara ini, kita dapat terus berusaha untuk istiqomah dalam berzakat penghasilan.

=====================

*Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.
https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat  
Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id 

Penulis: Saffanatussa'idiyah

Editor: Ummi Kiftiyah

 

12/03/2025 | Kontributor: admin
Cara Berzakat yang Sesuai dengan Syariat

 

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang memenuhi syarat. Untuk berzakat sesuai dengan syariat, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan. Pertama, tentukan jenis zakat yang akan dikeluarkan, apakah zakat fitrah atau zakat mal. Zakat fitrah dikeluarkan menjelang Idul Fitri, sedangkan zakat mal dikeluarkan dari harta yang dimiliki, seperti uang, emas, atau hasil pertanian.

Kedua, hitung jumlah harta yang dimiliki. Zakat mal biasanya dikeluarkan sebesar 2,5% dari total harta yang telah mencapai nishab (batas minimum). Pastikan harta yang dihitung adalah harta yang telah dimiliki selama satu tahun penuh. Ketiga, pilih penerima zakat yang tepat. Penerima zakat harus sesuai dengan golongan yang telah ditentukan dalam Al-Qur'an, seperti fakir, miskin, amil, muallaf, hamba sahaya, orang yang berutang, dan orang yang berjuang di jalan Allah.

Keempat, niatkan zakat yang akan dikeluarkan sebagai ibadah kepada Allah. Niat ini penting agar zakat yang dikeluarkan diterima sebagai amal shalih. Terakhir, serahkan zakat kepada yang berhak, baik secara langsung maupun melalui lembaga zakat yang terpercaya. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, zakat yang dikeluarkan akan sesuai dengan syariat dan memberikan manfaat bagi penerimanya.

=====================

*Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.
https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat  
Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id 

Penulis: Saffanatussa'idiyah

Editor: Ummi Kiftiyah

 

12/03/2025 | Kontributor: admin
Fidyah: Kunci Menuju Generasi Emas yang Berakhlak dan Peduli

 

Fidyah, sebagai bentuk pengganti kewajiban puasa bagi mereka yang tidak mampu, memiliki peran penting dalam membentuk karakter generasi emas.

Dalam konteks ini, fidyah bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga merupakan sarana untuk menanamkan nilai-nilai akhlak dan kepedulian sosial.

Generasi emas diharapkan memiliki karakter yang kuat, berakhlak mulia, dan peduli terhadap sesama.

Melalui fidyah, individu diajak untuk merenungkan kondisi orang lain yang kurang beruntung.

Tindakan memberikan fidyah mendorong empati dan solidaritas, dua nilai yang sangat penting dalam membangun masyarakat yang harmonis.

Dengan menyisihkan sebagian rezeki untuk membantu mereka yang membutuhkan, generasi muda belajar tentang tanggung jawab sosial dan kepedulian.

Selain itu, fidyah juga mengajarkan pentingnya berbagi dan berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat.

Dalam proses ini, generasi emas tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga menjadi agen perubahan yang aktif.

Dengan demikian, fidyah berfungsi sebagai kunci untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak dan peduli.

 

Sumber:

1. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2:184-185).

2. Hasan, A. (2020). Fidyah dan Kesejahteraan Sosial: Perspektif Islam. Jurnal Studi Islam, 15(2), 123-135.

3. Rahman, F. (2019). Pendidikan Karakter dalam Islam: Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit Al-Mawardi.

Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana

Editor: M. Kausari Kaidani

12/03/2025 | Kontributor: Aulia Anastasya Putri Permana
Menempa Karakter Melalui Fidyah: Refleksi Diri dan Solidaritas Sosial

 

Fidyah, sebagai salah satu bentuk pengganti kewajiban ibadah puasa bagi mereka yang tidak mampu, memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar ritual.

Dalam konteks ini, fidyah berfungsi sebagai sarana untuk menempa karakter individu melalui refleksi diri dan solidaritas sosial.

Refleksi diri merupakan langkah awal dalam memahami makna fidyah.

Ketika seseorang memberikan fidyah, mereka dihadapkan pada pertanyaan tentang tanggung jawab dan kepedulian terhadap sesama.

Proses ini mendorong individu untuk merenungkan kondisi diri dan orang lain, serta mengembangkan empati.

Dengan menyadari bahwa ada orang lain yang lebih membutuhkan, individu dapat membangun karakter yang lebih peka dan peduli.

Selain itu, fidyah juga menciptakan solidaritas sosial.

Dengan memberikan fidyah, individu berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat, terutama bagi mereka yang kurang beruntung.

Tindakan ini tidak hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab kolektif.

Dalam konteks ini, fidyah menjadi jembatan untuk membangun masyarakat yang lebih harmonis dan saling mendukung.

Dengan demikian, fidyah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan alat untuk membentuk karakter yang lebih baik, melalui refleksi diri dan penguatan solidaritas sosial.

 

Sumber:

1. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2:184-185).

2. Hasan, A. (2020). Fidyah dan Kesejahteraan Sosial: Perspektif Islam. Jurnal Studi Islam, 15(2), 123-135.

3. Rahman, F. (2019). Pendidikan Karakter dalam Islam: Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit Al-Mawardi.

Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana

Editor: M. Kausari Kaidani

12/03/2025 | Kontributor: Aulia Anastasya Putri Permana

Berita Terbaru

Golongan yang Berhak Menerima Zakat
Golongan yang Berhak Menerima Zakat
Zakat memiliki tujuan untuk membantu mereka yang membutuhkan dan mengurangi kesenjangan sosial. Dalam Islam, terdapat delapan golongan yang berhak menerima zakat, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an Surah At-Taubah ayat 60. Pertama, fakir, yaitu orang yang tidak memiliki harta dan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, miskin, yaitu orang yang memiliki harta, tetapi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar. Ketiga, amil, yaitu petugas yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat. Mereka berhak mendapatkan bagian dari zakat sebagai imbalan atas kerja mereka. Keempat, muallaf, yaitu orang yang baru memeluk Islam dan membutuhkan dukungan untuk memperkuat iman mereka. Kelima, hamba sahaya, yaitu budak yang ingin memerdekakan diri. Zakat dapat digunakan untuk membantu mereka dalam proses pembebasan. Keenam, orang yang berutang, yaitu mereka yang terjebak dalam utang dan tidak mampu membayarnya. Ketujuh, orang yang berjuang di jalan Allah, seperti para pejuang yang berusaha menegakkan agama. Terakhir, orang yang sedang dalam perjalanan, yaitu musafir yang kehabisan bekal. Dengan memahami golongan-golongan ini, kita dapat menyalurkan zakat dengan tepat dan memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat. ===================== *Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Penulis: Saffanatussa'idiyah Editor: Ummi Kiftiyah

12/03/2025 | admin

Tips Istiqomah Berzakat Penghasilan
Tips Istiqomah Berzakat Penghasilan
Istiqomah dalam berzakat penghasilan adalah hal yang sangat penting bagi setiap Muslim. Berikut adalah beberapa tips untuk menjaga konsistensi dalam berzakat. Pertama, buatlah komitmen pribadi. Tentukan jumlah zakat yang akan dikeluarkan setiap bulan dan catat dalam anggaran keuangan. Dengan cara ini, zakat akan menjadi bagian dari pengeluaran rutin. Kedua, ingatkan diri tentang manfaat zakat. Zakat tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga membersihkan harta dan mendekatkan diri kepada Allah. Bacalah kisah-kisah inspiratif tentang orang-orang yang mendapatkan keberkahan setelah berzakat. Ketiga, bergabunglah dengan komunitas atau kelompok yang memiliki tujuan sama dalam berzakat. Dengan adanya dukungan dari orang lain, kita akan lebih termotivasi untuk istiqomah. Keempat, gunakan teknologi untuk memudahkan proses berzakat. Banyak aplikasi dan platform online yang memungkinkan kita untuk menghitung dan menyalurkan zakat dengan mudah. Terakhir, evaluasi secara berkala. Tanyakan pada diri sendiri apakah zakat yang dikeluarkan sudah sesuai dengan penghasilan dan apakah ada peningkatan dalam jumlah zakat. Dengan cara ini, kita dapat terus berusaha untuk istiqomah dalam berzakat penghasilan. ===================== *Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta. https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Penulis: Saffanatussa'idiyah Editor: Ummi Kiftiyah

12/03/2025 | admin

Cara Berzakat yang Sesuai dengan Syariat
Cara Berzakat yang Sesuai dengan Syariat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang memenuhi syarat. Untuk berzakat sesuai dengan syariat, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan. Pertama, tentukan jenis zakat yang akan dikeluarkan, apakah zakat fitrah atau zakat mal. Zakat fitrah dikeluarkan menjelang Idul Fitri, sedangkan zakat mal dikeluarkan dari harta yang dimiliki, seperti uang, emas, atau hasil pertanian. Kedua, hitung jumlah harta yang dimiliki. Zakat mal biasanya dikeluarkan sebesar 2,5% dari total harta yang telah mencapai nishab (batas minimum). Pastikan harta yang dihitung adalah harta yang telah dimiliki selama satu tahun penuh. Ketiga, pilih penerima zakat yang tepat. Penerima zakat harus sesuai dengan golongan yang telah ditentukan dalam Al-Qur'an, seperti fakir, miskin, amil, muallaf, hamba sahaya, orang yang berutang, dan orang yang berjuang di jalan Allah. Keempat, niatkan zakat yang akan dikeluarkan sebagai ibadah kepada Allah. Niat ini penting agar zakat yang dikeluarkan diterima sebagai amal shalih. Terakhir, serahkan zakat kepada yang berhak, baik secara langsung maupun melalui lembaga zakat yang terpercaya. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, zakat yang dikeluarkan akan sesuai dengan syariat dan memberikan manfaat bagi penerimanya. ===================== *Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Penulis: Saffanatussa'idiyah Editor: Ummi Kiftiyah

12/03/2025 | admin

Fidyah: Kunci Menuju Generasi Emas yang Berakhlak dan Peduli
Fidyah: Kunci Menuju Generasi Emas yang Berakhlak dan Peduli
Fidyah, sebagai bentuk pengganti kewajiban puasa bagi mereka yang tidak mampu, memiliki peran penting dalam membentuk karakter generasi emas. Dalam konteks ini, fidyah bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga merupakan sarana untuk menanamkan nilai-nilai akhlak dan kepedulian sosial. Generasi emas diharapkan memiliki karakter yang kuat, berakhlak mulia, dan peduli terhadap sesama. Melalui fidyah, individu diajak untuk merenungkan kondisi orang lain yang kurang beruntung. Tindakan memberikan fidyah mendorong empati dan solidaritas, dua nilai yang sangat penting dalam membangun masyarakat yang harmonis. Dengan menyisihkan sebagian rezeki untuk membantu mereka yang membutuhkan, generasi muda belajar tentang tanggung jawab sosial dan kepedulian. Selain itu, fidyah juga mengajarkan pentingnya berbagi dan berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat. Dalam proses ini, generasi emas tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga menjadi agen perubahan yang aktif. Dengan demikian, fidyah berfungsi sebagai kunci untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak dan peduli. Sumber: 1. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2:184-185). 2. Hasan, A. (2020). Fidyah dan Kesejahteraan Sosial: Perspektif Islam. Jurnal Studi Islam, 15(2), 123-135. 3. Rahman, F. (2019). Pendidikan Karakter dalam Islam: Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit Al-Mawardi. Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana Editor: M. Kausari Kaidani

12/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana

Menempa Karakter Melalui Fidyah: Refleksi Diri dan Solidaritas Sosial
Menempa Karakter Melalui Fidyah: Refleksi Diri dan Solidaritas Sosial
Fidyah, sebagai salah satu bentuk pengganti kewajiban ibadah puasa bagi mereka yang tidak mampu, memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar ritual. Dalam konteks ini, fidyah berfungsi sebagai sarana untuk menempa karakter individu melalui refleksi diri dan solidaritas sosial. Refleksi diri merupakan langkah awal dalam memahami makna fidyah. Ketika seseorang memberikan fidyah, mereka dihadapkan pada pertanyaan tentang tanggung jawab dan kepedulian terhadap sesama. Proses ini mendorong individu untuk merenungkan kondisi diri dan orang lain, serta mengembangkan empati. Dengan menyadari bahwa ada orang lain yang lebih membutuhkan, individu dapat membangun karakter yang lebih peka dan peduli. Selain itu, fidyah juga menciptakan solidaritas sosial. Dengan memberikan fidyah, individu berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat, terutama bagi mereka yang kurang beruntung. Tindakan ini tidak hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab kolektif. Dalam konteks ini, fidyah menjadi jembatan untuk membangun masyarakat yang lebih harmonis dan saling mendukung. Dengan demikian, fidyah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan alat untuk membentuk karakter yang lebih baik, melalui refleksi diri dan penguatan solidaritas sosial. Sumber: 1. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2:184-185). 2. Hasan, A. (2020). Fidyah dan Kesejahteraan Sosial: Perspektif Islam. Jurnal Studi Islam, 15(2), 123-135. 3. Rahman, F. (2019). Pendidikan Karakter dalam Islam: Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit Al-Mawardi. Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana Editor: M. Kausari Kaidani

12/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana

Fidyah: Evolusi Konsep dan Praktiknya dari Masa ke Masa
Fidyah: Evolusi Konsep dan Praktiknya dari Masa ke Masa
Fidyah merupakan istilah dalam Islam yang merujuk pada pembayaran pengganti bagi mereka yang tidak dapat menjalankan puasa Ramadan karena alasan tertentu, seperti sakit atau perjalanan. Konsep fidyah telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW, di mana beliau mengajarkan bahwa mereka yang tidak mampu berpuasa harus memberikan makanan kepada orang miskin sebagai bentuk kompensasi. Seiring berjalannya waktu, praktik fidyah mengalami evolusi. Pada era klasik, fidyah umumnya berupa pemberian makanan, sesuai dengan ajaran awal. Namun, dalam konteks modern, banyak ulama dan lembaga keagamaan yang memperbolehkan fidyah dalam bentuk uang, yang kemudian dapat digunakan untuk membeli makanan bagi yang membutuhkan. Hal ini mencerminkan adaptasi terhadap perubahan sosial dan ekonomi. Di era digital, pembayaran fidyah semakin mudah dengan adanya platform online yang memungkinkan umat Islam untuk menunaikan kewajiban ini secara praktis. Meskipun bentuk dan cara pelaksanaannya berubah, esensi fidyah sebagai bentuk kepedulian sosial tetap terjaga. Sumber: 1. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2:184-185). 2. Al-Mawardi, Al-Hawi al-Kabir. 3. Fatwa MUI tentang Fidyah. 4. Artikel "Fidyah dalam Perspektif Kontemporer" di Jurnal Ilmiah Islamika. Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana Editor: M. Kausari Kaidani

12/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana

Fidyah sebagai Wujud Nilai Pancasila: Mengintegrasikan Ibadah dan Kesejahteraan Sosial
Fidyah sebagai Wujud Nilai Pancasila: Mengintegrasikan Ibadah dan Kesejahteraan Sosial
Fidyah, sebagai bentuk kompensasi bagi umat Islam yang tidak dapat menjalankan ibadah puasa atau haji, memiliki makna yang lebih dalam ketika dilihat dari perspektif Pancasila. Dalam Pancasila, terutama sila kedua yang menekankan kemanusiaan yang adil dan beradab, fidyah menjadi sarana untuk mewujudkan keadilan sosial. Implementasi fidyah di Indonesia sering kali melibatkan pemberian makanan atau bantuan kepada yang membutuhkan, mencerminkan nilai gotong royong dan kepedulian sosial. Hal ini sejalan dengan sila ketiga Pancasila, yaitu persatuan Indonesia, di mana masyarakat saling membantu dan mendukung satu sama lain, terutama di bulan Ramadan. Dengan mengintegrasikan fidyah dalam praktik kesejahteraan sosial, umat Islam tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih baik. Melalui fidyah, nilai-nilai Pancasila dapat dihidupkan, menciptakan harmoni antara ibadah dan tanggung jawab sosial. Sumber: 1. Al-Qur'an dan Hadis. 2. Buku "Pancasila dan Kemanusiaan" oleh Prof. Dr. H. A. Syafii Maarif. 3. Artikel "Fidyah dan Kesejahteraan Sosial" di Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora. Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana Editor: M. Kausari Kaidani

12/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana

Fidyah dan Kearifan Lokal: Implementasi dalam Budaya dan Tradisi Indonesia
Fidyah dan Kearifan Lokal: Implementasi dalam Budaya dan Tradisi Indonesia
Fidyah merupakan bentuk kompensasi yang diberikan oleh umat Islam yang tidak dapat menjalankan ibadah puasa atau haji karena alasan tertentu. Di Indonesia, implementasi fidyah tidak hanya dilihat dari segi syariat, tetapi juga dipengaruhi oleh kearifan lokal yang kaya. Dalam banyak komunitas, fidyah sering kali diintegrasikan dengan tradisi lokal, seperti pemberian makanan kepada yang membutuhkan. Misalnya, di beberapa daerah, fidyah dapat berupa beras atau makanan yang dibagikan kepada fakir miskin, mencerminkan nilai gotong royong dan kepedulian sosial yang kuat dalam budaya Indonesia. Selain itu, banyak masjid dan lembaga sosial yang mengelola fidyah dengan baik, memastikan bahwa bantuan tersebut tepat sasaran. Kearifan lokal juga terlihat dalam cara masyarakat mengedukasi satu sama lain tentang pentingnya fidyah, menjadikannya bagian dari tradisi Ramadan yang lebih luas. Dengan demikian, fidyah tidak hanya menjadi kewajiban agama, tetapi juga sarana untuk memperkuat ikatan sosial dan budaya di masyarakat Indonesia. Sumber: 1. Al-Qur'an dan Hadis. 2. Buku "Islam dan Kearifan Lokal" oleh Dr. Ahmad Syafii Maarif. 3. Artikel "Fidyah dalam Tradisi Masyarakat Indonesia" di Jurnal Studi Islam. Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana Editor: M. Kausari Kaidani

12/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana

Fidyah: Berbagai Jenis dan Ketentuannya dalam Kehidupan Sehari-hari
Fidyah: Berbagai Jenis dan Ketentuannya dalam Kehidupan Sehari-hari
Fidyah adalah bentuk kompensasi yang diberikan oleh seseorang yang tidak dapat menjalankan ibadah tertentu, seperti puasa atau haji, karena alasan yang sah. Dalam Islam, fidyah berfungsi untuk menggantikan kewajiban yang tidak dapat dilaksanakan. Berikut adalah ragam jenis fidyah dan ketentuannya. 1. Fidyah Puasa Dikenakan bagi mereka yang tidak mampu berpuasa, baik karena sakit yang tidak dapat disembuhkan atau usia lanjut. Fidyah ini berupa memberi makan kepada orang miskin, biasanya satu mud (sekitar 600 gram) makanan pokok per hari yang ditinggalkan. 2. Fidyah Haji Dikenakan bagi jemaah haji yang tidak dapat menyelesaikan ibadah haji karena alasan tertentu, seperti sakit atau terhalang. Fidyah ini dapat berupa penyembelihan hewan atau memberi makan kepada orang miskin. 3. Fidyah Qurban Bagi mereka yang tidak mampu melaksanakan qurban, fidyah dapat berupa sumbangan kepada yang membutuhkan. Ketentuan fidyah ini diatur dalam syariat Islam dan bertujuan untuk membantu mereka yang tidak mampu melaksanakan ibadah dengan cara yang sesuai. Sumber: 1. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2:184-185). 2. Hadis Nabi Muhammad SAW mengenai fidyah. 3. Buku "Fidyah dalam Islam" oleh Dr. Ahmad Zainuddin. Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana Editor: M. Kausari Kaidani

12/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana

Ramadhan: Inspirasi untuk Hidup yang Lebih Bermakna
Ramadhan: Inspirasi untuk Hidup yang Lebih Bermakna
Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan rahmat, di mana umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa. Bulan ini bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga merupakan waktu untuk merenung, memperbaiki diri, dan meningkatkan kualitas hidup. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai aspek dari Ramadhan yang dapat menginspirasi kita untuk hidup lebih bermakna. Kita akan melihat bagaimana puasa, ibadah, dan nilai-nilai yang diajarkan selama bulan ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Makna Puasa dalam Kehidupan Puasa di bulan Ramadhan memiliki makna yang sangat dalam. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183) Ayat ini menunjukkan bahwa puasa bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga merupakan sarana untuk mencapai ketakwaan. Ketakwaan adalah kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Dengan berpuasa, kita belajar untuk menahan diri dari hawa nafsu dan mengendalikan diri. Ini adalah pelajaran berharga yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, di mana kita sering kali dihadapkan pada berbagai godaan. Menahan Diri dan Disiplin Puasa mengajarkan kita tentang pentingnya menahan diri. Dalam kehidupan modern yang serba cepat ini, kita sering kali terjebak dalam kebiasaan buruk, seperti makan berlebihan, menghabiskan waktu di media sosial, atau terlibat dalam perilaku negatif lainnya. Dengan berpuasa, kita dilatih untuk disiplin dan mengendalikan diri. Ini adalah keterampilan yang sangat berharga yang dapat membantu kita dalam mencapai tujuan hidup kita. Empati dan Kepedulian Sosial Puasa juga mengajarkan kita untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang kurang beruntung. Ketika kita menahan lapar dan dahaga, kita diingatkan akan pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama. Dalam bulan Ramadhan, banyak orang yang melakukan amal dan berbagi makanan dengan mereka yang membutuhkan. Ini adalah bentuk nyata dari empati dan kepedulian sosial yang seharusnya kita bawa sepanjang tahun. Ibadah dan Koneksi Spiritual Selama bulan Ramadhan, umat Islam didorong untuk meningkatkan ibadah mereka. Selain puasa, banyak yang melaksanakan shalat tarawih, membaca Al-Qur'an, dan berdoa. Semua ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperkuat iman kita. Shalat Tarawih Shalat tarawih adalah ibadah yang dilakukan setelah shalat Isya selama bulan Ramadhan. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk berkumpul dengan komunitas, memperkuat ikatan sosial, dan meningkatkan spiritualitas. Dalam shalat tarawih, kita membaca Al-Qur'an dan merenungkan maknanya. Ini adalah waktu yang tepat untuk merenungkan kehidupan kita dan mencari petunjuk dari Allah. Membaca Al-Qur'an Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman: "Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185) Membaca Al-Qur'an selama bulan ini adalah cara untuk mendapatkan petunjuk dan inspirasi dalam hidup kita. Kita dapat merenungkan ayat-ayat yang relevan dengan situasi kita dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Refleksi Diri dan Perubahan Positif Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk melakukan refleksi diri. Kita diajak untuk merenungkan tindakan dan perilaku kita selama ini. Apakah kita sudah menjadi pribadi yang lebih baik? Apakah kita sudah berkontribusi positif bagi masyarakat? Dengan melakukan refleksi, kita dapat menemukan area di mana kita perlu memperbaiki diri. Menetapkan Tujuan Selama bulan Ramadhan, kita dapat menetapkan tujuan untuk diri kita sendiri. Tujuan ini bisa berkaitan dengan ibadah, kesehatan, atau hubungan sosial. Misalnya, kita bisa berkomitmen untuk membaca Al-Qur'an setiap hari, berolahraga secara teratur, atau lebih aktif dalam kegiatan sosial. Dengan menetapkan tujuan, kita memiliki arah yang jelas untuk mencapai kehidupan yang lebih bermakna. Membangun Kebiasaan Baik Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk membangun kebiasaan baik. Kebiasaan yang kita bentuk selama bulan ini dapat bertahan lama jika kita konsisten. Misalnya, jika kita terbiasa bangun pagi untuk sahur dan shalat subuh, kita dapat melanjutkan kebiasaan ini setelah Ramadhan berakhir. Kebiasaan baik ini akan membantu kita menjadi pribadi yang lebih disiplin dan produktif. Kekuatan Komunitas Ramadhan juga mengajarkan kita tentang pentingnya komunitas. Selama bulan ini, kita sering berkumpul dengan keluarga dan teman-teman untuk berbuka puasa. Ini adalah waktu yang tepat untuk memperkuat hubungan sosial dan membangun rasa kebersamaan. Berbagi dan Bersyukur Berkumpul untuk berbuka puasa adalah momen yang indah untuk berbagi dan bersyukur. Kita dapat saling berbagi makanan, cerita, dan pengalaman. Ini adalah cara untuk menunjukkan rasa syukur kita atas nikmat yang diberikan Allah. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman: "Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'" (QS. Ibrahim: 7) Kegiatan Sosial Banyak komunitas yang mengadakan kegiatan sosial selama bulan Ramadhan, seperti pembagian makanan kepada yang membutuhkan atau penggalangan dana untuk amal. Kegiatan ini tidak hanya membantu mereka yang kurang beruntung, tetapi juga memperkuat ikatan antar anggota komunitas. Dengan berkontribusi dalam kegiatan sosial, kita dapat merasakan kebahagiaan dan kepuasan yang mendalam. Menjaga Semangat Setelah Ramadhan Setelah bulan Ramadhan berakhir, sering kali kita merasa kehilangan semangat untuk beribadah dan melakukan kebaikan. Namun, penting bagi kita untuk menjaga semangat ini agar tetap hidup. Melanjutkan Kebiasaan Baik Salah satu cara untuk menjaga semangat adalah dengan melanjutkan kebiasaan baik yang telah kita bangun selama Ramadhan. Misalnya, jika kita terbiasa membaca Al-Qur'an setiap hari, kita harus berusaha untuk melanjutkannya setelah Ramadhan. Kebiasaan baik ini akan membantu kita tetap dekat dengan Allah dan meningkatkan kualitas hidup kita. Menjaga Hubungan Sosial Setelah Ramadhan, kita juga harus menjaga hubungan sosial yang telah terjalin. Kita dapat melanjutkan kebiasaan berkumpul dengan keluarga dan teman-teman, serta terlibat dalam kegiatan sosial. Dengan menjaga hubungan ini, kita dapat terus merasakan kebahagiaan dan dukungan dari orang-orang terdekat kita. Kesimpulan Ramadhan adalah bulan yang penuh makna dan inspirasi. Melalui puasa, ibadah, refleksi diri, dan kekuatan komunitas, kita dapat menemukan cara untuk hidup lebih bermakna. Dengan menerapkan nilai-nilai yang diajarkan selama bulan ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan memberikan dampak positif bagi orang-orang di sekitar kita. Mari kita jadikan Ramadhan sebagai momentum untuk perubahan dan perbaikan diri, tidak hanya selama bulan ini, tetapi sepanjang tahun. *Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Editor : Ashifuddin Fikri Writer : Ashifuddin Fikri

12/03/2025 | Ashifuddin Fikri

Puasa dan Rasa Syukur: Menghargai Nikmat yang Diberikan Allah
Puasa dan Rasa Syukur: Menghargai Nikmat yang Diberikan Allah
Puasa adalah salah satu ibadah yang memiliki makna mendalam dalam kehidupan seorang Muslim. Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, puasa juga mengajarkan kita untuk lebih menghargai setiap nikmat yang diberikan-Nya. Dalam menjalankan ibadah puasa, kita tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari segala hal yang dapat mengurangi pahala puasa. Hal ini mengajak kita untuk merenungkan betapa banyaknya nikmat yang sering kali kita abaikan dalam kehidupan sehari-hari. Rasa syukur adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap Muslim. Dalam konteks puasa, rasa syukur menjadi semakin penting karena puasa mengajarkan kita untuk merasakan penderitaan orang-orang yang kurang beruntung. Dengan merasakan lapar dan haus, kita diingatkan untuk bersyukur atas nikmat yang sering kali kita anggap remeh. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai hubungan antara puasa dan rasa syukur, serta bagaimana keduanya saling melengkapi dalam kehidupan seorang Muslim. Puasa sebagai Sarana untuk Meningkatkan Rasa Syukur Puasa bukan hanya sekadar menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi juga merupakan proses spiritual yang mendalam. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183) Ayat ini menunjukkan bahwa puasa memiliki tujuan yang lebih besar, yaitu untuk mencapai ketakwaan. Ketakwaan ini akan membawa kita kepada kesadaran akan nikmat yang telah Allah berikan. Ketika kita berpuasa, kita belajar untuk menghargai makanan dan minuman yang sering kali kita anggap remeh. Kita menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain yang tidak seberuntung kita. Rasa Syukur dalam Al-Qur'an Rasa syukur merupakan tema yang sering diangkat dalam Al-Qur'an. Allah berfirman: "Jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7) Ayat ini menegaskan bahwa syukur adalah kunci untuk mendapatkan lebih banyak nikmat dari Allah. Dalam konteks puasa, ketika kita bersyukur atas nikmat yang kita terima, kita akan lebih mudah untuk menjalankan ibadah ini dengan penuh keikhlasan. Puasa mengajarkan kita untuk tidak hanya berfokus pada diri sendiri, tetapi juga untuk memperhatikan orang lain yang mungkin tidak memiliki akses terhadap makanan dan minuman yang kita nikmati setiap hari. Hadits tentang Rasa Syukur Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda: "Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah." (HR. Ahmad) Hadits ini menunjukkan bahwa rasa syukur tidak hanya terbatas pada hubungan kita dengan Allah, tetapi juga dengan sesama manusia. Dalam konteks puasa, kita diajarkan untuk berbagi dengan mereka yang kurang beruntung. Memberikan makanan kepada orang yang berpuasa, misalnya, adalah salah satu bentuk syukur yang dapat kita lakukan. Puasa dan Kesadaran Sosial Salah satu aspek penting dari puasa adalah meningkatkan kesadaran sosial kita. Ketika kita merasakan lapar dan haus, kita diingatkan akan kondisi orang-orang yang hidup dalam kemiskinan. Hal ini mendorong kita untuk lebih peduli dan berkontribusi dalam membantu mereka. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman: "Dan berikanlah kepada kerabatnya haknya, kepada orang miskin, dan kepada orang yang dalam perjalanan." (QS. Al-Isra: 26) Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak hanya fokus pada diri sendiri, tetapi juga untuk memperhatikan orang-orang di sekitar kita. Puasa menjadi momen yang tepat untuk meningkatkan kepedulian sosial kita, dan dengan demikian, meningkatkan rasa syukur kita atas nikmat yang telah diberikan Allah. Berbagi dan Memberi Salah satu cara untuk mengekspresikan rasa syukur kita selama bulan puasa adalah dengan berbagi. Memberikan makanan kepada orang yang berpuasa, menyantuni anak yatim, atau memberikan sedekah kepada yang membutuhkan adalah beberapa bentuk amal yang sangat dianjurkan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad) Dengan berbagi, kita tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga memperkuat rasa syukur kita. Kita menyadari bahwa apa yang kita miliki adalah anugerah dari Allah, dan kita memiliki tanggung jawab untuk membagikannya kepada orang lain. Puasa dan Refleksi Diri Puasa juga merupakan waktu yang tepat untuk melakukan refleksi diri. Dalam kesunyian dan keheningan saat berpuasa, kita memiliki kesempatan untuk merenungkan hidup kita, tujuan kita, dan bagaimana kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman: "Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu; dan jika kamu mengingkari, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'" (QS. Ibrahim: 7) Refleksi diri ini dapat membantu kita untuk lebih menghargai nikmat yang telah diberikan Allah. Dengan merenungkan segala sesuatu yang telah kita terima, kita akan lebih mudah untuk bersyukur dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Meningkatkan Kualitas Ibadah Selama bulan puasa, kita juga dianjurkan untuk meningkatkan kualitas ibadah kita. Shalat, membaca Al-Qur'an, dan berdoa menjadi lebih intensif. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan satu amal kebaikan, maka Allah akan mendekatkannya dengan tujuh puluh amal kebaikan." (HR. Ahmad) Dengan meningkatkan ibadah kita, kita tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga meningkatkan rasa syukur kita. Kita menyadari bahwa setiap amal yang kita lakukan adalah bentuk ungkapan terima kasih kita kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan. Kesimpulan Puasa adalah ibadah yang memiliki banyak hikmah dan pelajaran berharga. Dalam menjalankan puasa, kita diajarkan untuk lebih menghargai nikmat yang diberikan Allah dan meningkatkan rasa syukur kita. Dengan merasakan lapar dan haus, kita diingatkan akan kondisi orang-orang yang kurang beruntung, dan hal ini mendorong kita untuk lebih peduli dan berbagi. Rasa syukur bukan hanya sekadar ucapan, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan. Dengan berbagi, memberi, dan meningkatkan kualitas ibadah, kita dapat menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah. Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan dan menjadikannya sebagai momen untuk meningkatkan rasa syukur kita atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya. *Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Editor : Ashifuddin Fikri Writer : Ashifuddin Fikri

12/03/2025 | Ashifuddin Fikri

Momen Ramadhan bersama Keluarga yang Menyenangkan
Momen Ramadhan bersama Keluarga yang Menyenangkan
Ramadhan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga waktu untuk mempererat kebersamaan keluarga. Setiap keluarga memiliki tradisi unik yang diwariskan turun-temurun. Dari sahur hingga berbuka, momen ini menjadi kesempatan untuk membangun keharmonisan dan nilai-nilai keislaman dalam keluarga. Sahur Bersama sebagai Momen Kebersamaan Sahur menjadi salah satu momen istimewa di bulan Ramadhan. Meskipun dilakukan di waktu dini hari, keluarga biasanya berusaha untuk makan sahur bersama. Tradisi ini bukan hanya sekadar makan, tetapi juga momen untuk berbincang, berdoa, dan menguatkan niat untuk menjalankan ibadah puasa. Beberapa keluarga juga memiliki kebiasaan membaca doa dan dzikir sebelum waktu imsak tiba. Buka Puasa Bersama Momen berbuka puasa menjadi saat yang paling ditunggu. Keluarga sering kali berkumpul untuk menikmati hidangan khas Ramadhan seperti kolak, kurma, atau takjil lainnya. Dalam beberapa keluarga, tradisi berbuka puasa dimulai dengan doa bersama dan berbagi cerita tentang aktivitas masing-masing selama sehari penuh. Selain itu, ada juga kebiasaan berbuka dengan hidangan buatan sendiri yang menjadi ciri khas keluarga. Shalat Tarawih Bersama Banyak keluarga memiliki tradisi melaksanakan shalat tarawih bersama, baik di masjid maupun di rumah. Tradisi ini mempererat hubungan keluarga karena selain beribadah, mereka juga saling mengingatkan untuk tetap istiqamah menjalankan ibadah selama Ramadhan. Beberapa keluarga juga mengajak anak-anak untuk mulai belajar shalat tarawih agar mereka terbiasa dengan suasana ibadah di bulan suci ini. Tadarus Al-Qur’an Keluarga Membaca Al-Qur’an bersama setelah berbuka atau sebelum tidur menjadi salah satu tradisi yang dilakukan keluarga selama Ramadhan. Biasanya, setiap anggota keluarga mendapat giliran membaca beberapa ayat, kemudian didiskusikan maknanya. Tradisi ini membantu meningkatkan pemahaman agama serta membentuk kebiasaan membaca Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Berbagi dengan Sesama Tradisi berbagi juga menjadi bagian penting dalam keluarga saat Ramadhan. Beberapa keluarga memiliki kebiasaan menyiapkan makanan untuk dibagikan kepada tetangga atau kaum dhuafa. Selain itu, ada juga yang menjalankan program sedekah keluarga, seperti memberikan santunan kepada anak yatim atau berkontribusi dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar. Mudik dan Silaturahmi Bagi keluarga yang tinggal berjauhan, tradisi mudik menjadi momen yang sangat dinantikan. Mudik tidak hanya sekadar perjalanan pulang, tetapi juga bentuk silaturahmi untuk mempererat hubungan keluarga besar. Selain itu, ada juga tradisi halal bihalal setelah Idul Fitri yang menjadi ajang untuk saling memaafkan dan berkumpul dengan sanak saudara. -------------- Tradisi keluarga saat Ramadhan bukan hanya tentang kebersamaan, tetapi juga sarana untuk menanamkan nilai-nilai keislaman, seperti kesabaran, berbagi, dan mempererat hubungan antaranggota keluarga. Setiap tradisi yang dijalankan membawa makna mendalam dan memberikan kenangan yang indah bagi setiap anggota keluarga. *Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Editor : Ashifuddin Fikri Writer : Nur Isnaini Masyithoh

12/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh

Sedekah Sebagai Solusi Ketimpangan Ekonomi di Era Inflasi
Sedekah Sebagai Solusi Ketimpangan Ekonomi di Era Inflasi
Kenaikan harga kebutuhan pokok dan inflasi yang terus meningkat telah menciptakan tekanan ekonomi bagi banyak keluarga. Biaya hidup yang semakin tinggi membuat jarak antara yang mampu dan kurang mampu semakin lebar. Di sinilah peran sedekah menjadi krusial sebagai jaring pengaman sosial yang dapat membantu mereka yang terdampak. Sedekah tidak hanya tentang memberikan uang, tetapi juga berbagi keahlian dan kesempatan. Baznas mengembangkan program "Sedekah Produktif" yang tidak sekadar memberikan bantuan konsumtif, tetapi juga pelatihan keterampilan dan modal usaha bagi masyarakat prasejahtera. Dengan bersedekah secara teratur, kita turut berkontribusi mengurangi ketimpangan ekonomi. Setiap rupiah yang kita sedekahkan memiliki dampak multiplier dalam perekonomian, menciptakan lapangan kerja, dan memutus rantai kemiskinan. Bersedekah bukan hanya amalan religius, tetapi juga investasi sosial untuk masa depan yang lebih berkeadilan. Ayo bersedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/sedekah Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Penulis: Shifa Indri Hudannaya Editor: M. Sahal

12/03/2025 | AdminS

Sedekah di Era Digital: Kemudahan Berbagi di Tengah Kesibukan
Sedekah di Era Digital: Kemudahan Berbagi di Tengah Kesibukan
Di era serba digital seperti sekarang, berbagi kebaikan melalui sedekah semakin mudah dan praktis. Aplikasi pembayaran dan platform donasi online memungkinkan kita untuk bersedekah kapan saja dan di mana saja hanya dengan beberapa ketukan jari. Baznas telah mengembangkan platform digital yang aman dan terpercaya, memungkinkan masyarakat menyalurkan sedekah tanpa perlu keluar rumah. Sedekah digital juga membuka kesempatan untuk membantu saudara-saudara kita yang terdampak bencana alam atau musibah secara real-time. Ketika banjir melanda suatu daerah, dalam hitungan menit kita bisa mengirimkan bantuan melalui sedekah online yang langsung disalurkan kepada korban yang membutuhkan. Meski demikian, ketulusan niat tetap menjadi kunci utama dalam bersedekah. Kemudahan teknologi seharusnya semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas sedekah kita, bukan sebaliknya. Mari manfaatkan kemudahan teknologi untuk meningkatkan kebaikan kita! Ayo bersedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/sedekah Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Penulis: Shifa Indri Hudannaya Editor: M. Sahal

12/03/2025 | AdminS

Amalan Hati di Bulan Ramadhan
Amalan Hati di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan tidak hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjadi momen terbaik untuk membersihkan hati dan jiwa. Allah SWT memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk memperbanyak amalan yang tidak hanya tampak secara fisik, tetapi juga yang berkaitan dengan hati. Hati yang bersih akan membuat ibadah semakin khusyuk dan mendekatkan diri kepada Allah. Artikel ini akan membahas beberapa amalan hati yang bisa dilakukan selama Ramadhan agar jiwa lebih tenang dan ibadah semakin bermakna. Ikhlas dalam Beribadah Ikhlas adalah kunci utama dalam setiap amal ibadah. Tanpa keikhlasan, ibadah yang kita lakukan bisa menjadi sia-sia. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: "Padahal mereka tidak diperintahkan, kecuali agar mereka menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah: 5) Selama Ramadhan, kita perlu melatih diri untuk beribadah semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji atau dilihat orang lain. Tawakal dan Keyakinan Penuh kepada Allah Tawakal berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berusaha sebaik mungkin. Ramadhan adalah waktu terbaik untuk memperkuat rasa tawakal, terutama dalam menghadapi ujian hidup. Rasulullah SAW bersabda: "Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki; ia pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang." (HR. Tirmidzi) Dengan memperbanyak tawakal, hati menjadi lebih tenang dan tidak mudah gelisah menghadapi ketidakpastian hidup. Sabar dalam Berpuasa dan Mengendalikan Emosi Sabar adalah amalan hati yang sangat ditekankan dalam bulan Ramadhan. Menahan lapar dan haus adalah bentuk latihan kesabaran fisik, tetapi lebih dari itu, kita juga harus sabar dalam menghadapi emosi seperti marah, iri, dan kesombongan. Rasulullah SAW bersabda: "Puasa adalah perisai. Maka, janganlah berkata kotor dan jangan bertindak bodoh. Jika seseorang mencelanya atau mengajaknya bertengkar, hendaknya ia mengatakan, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'." (HR. Bukhari & Muslim) Melatih kesabaran di bulan Ramadhan akan membuat hati lebih lapang dan jiwa lebih damai. Bersyukur atas Nikmat yang Diberikan Allah Bersyukur adalah amalan hati yang dapat membawa kebahagiaan dan ketenangan jiwa. Selama Ramadhan, kita diajarkan untuk lebih menghargai nikmat yang sering kali dianggap remeh, seperti makanan, kesehatan, dan kebersamaan dengan keluarga. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim: 7) Dengan memperbanyak syukur, hati menjadi lebih tenang dan tidak mudah merasa kurang atau iri terhadap orang lain. Memperbanyak Istighfar dan Taubat Ramadhan adalah bulan penuh ampunan, sehingga ini menjadi waktu yang tepat untuk memperbanyak istighfar dan taubat. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa beristighfar dengan sungguh-sungguh, Allah akan memberinya jalan keluar dari setiap kesulitan dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (HR. Abu Dawud) Dengan memperbanyak istighfar, hati akan menjadi lebih bersih dari dosa-dosa dan semakin dekat dengan Allah. Menanamkan Rasa Cinta dan Kasih Sayang kepada Sesama Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kasih sayang dan kepedulian sosial. Kita diajarkan untuk lebih peduli kepada sesama, terutama kepada orang-orang yang kurang beruntung. Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah beriman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari & Muslim) Menanamkan rasa kasih sayang dan empati kepada sesama akan membuat hati lebih lembut dan penuh dengan kedamaian. Kesimpulan Amalan hati di bulan Ramadhan adalah aspek yang sering kali terlupakan, padahal ia memiliki peran besar dalam menyempurnakan ibadah. Dengan melatih keikhlasan, tawakal, kesabaran, rasa syukur, istighfar, dan kasih sayang, kita tidak hanya memperbaiki hubungan dengan Allah, tetapi juga dengan sesama manusia. Ramadhan adalah waktu terbaik untuk membersihkan hati agar semakin dekat kepada Allah dan menjalani hidup dengan lebih damai. *Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Editor : Ashifuddin Fikri Writer : Nur Isnaini Masyithoh

12/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh

Amalan Sederhana yang Besar Pahalanya di Bulan Ramadhan
Amalan Sederhana yang Besar Pahalanya di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan, di mana setiap amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya. Banyak orang berlomba-lomba melakukan ibadah dan kebaikan, namun seringkali kita berpikir bahwa hanya amalan besar seperti shalat malam atau bersedekah dalam jumlah besar yang bernilai tinggi. Padahal, ada banyak amalan sederhana yang dapat dilakukan dengan mudah tetapi memiliki pahala yang luar biasa di sisi Allah. Artikel ini akan membahas beberapa amalan ringan namun berpahala besar yang dapat kita lakukan selama Ramadhan. Membaca dan Mengamalkan Al-Qur’an Ramadhan disebut sebagai bulan Al-Qur’an karena pada bulan ini wahyu pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Membaca Al-Qur’an, meskipun hanya beberapa ayat, memiliki pahala yang besar. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat." (HR. Tirmidzi) Tidak hanya membaca, mengamalkan isi Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi amalan yang sangat bernilai di bulan suci ini. Memberikan Makanan untuk Berbuka Salah satu amalan ringan namun berpahala besar adalah memberi makan orang yang berpuasa, meskipun hanya dengan sebutir kurma atau seteguk air. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikit pun." (HR. Tirmidzi) Dengan amalan ini, kita bisa mendapatkan pahala puasa orang lain hanya dengan berbagi makanan. Berdzikir dan Memperbanyak Doa Dzikir merupakan ibadah yang sangat mudah dilakukan kapan saja dan di mana saja, tetapi memiliki keutamaan yang besar. Lafaz-lafaz dzikir seperti: Subhanallah (Maha Suci Allah) Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah) La ilaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah) Allahu Akbar (Allah Maha Besar) Sederhana tetapi memiliki pahala yang berlipat ganda, apalagi jika dilakukan di bulan Ramadhan. Selain itu, memperbanyak doa, terutama saat berbuka puasa dan di waktu sahur, sangat dianjurkan karena Ramadhan adalah waktu di mana doa lebih mudah dikabulkan. Menjaga Lisan dan Menghindari Perbuatan Sia-Sia Rasulullah SAW mengingatkan bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menjaga diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat. Beliau bersabda: "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh dari rasa laparnya dan hausnya." (HR. Bukhari) Oleh karena itu, menghindari ghibah (menggunjing), berkata kasar, dan perbuatan sia-sia juga merupakan amalan yang berpahala besar di bulan Ramadhan. Bersedekah, Sekecil Apapun Sedekah tidak harus dalam jumlah besar. Sekeping koin, senyuman, atau membantu orang lain dengan tenaga juga termasuk sedekah. Rasulullah SAW bersabda: "Setiap kebaikan adalah sedekah." (HR. Muslim) Maka, membiasakan diri untuk memberi dalam bentuk apa pun, sekecil apa pun, akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda di bulan Ramadhan. Menghidupkan Malam dengan Shalat dan Istighfar Shalat malam di bulan Ramadhan, baik tarawih maupun tahajud, memiliki keutamaan besar. Selain itu, memperbanyak istighfar (memohon ampun) di waktu sahur juga sangat dianjurkan. Allah SWT berfirman: "Dan pada waktu sahur mereka memohon ampun (kepada Allah)." (QS. Az-Zariyat: 18) Meluangkan waktu beberapa menit untuk beristighfar sebelum sahur bisa menjadi kebiasaan baik yang membawa pahala besar. Ramadhan adalah kesempatan emas untuk memperbanyak amal kebaikan. Amalan sederhana seperti membaca Al-Qur’an, memberi makan orang lain, berdzikir, menjaga lisan, bersedekah, serta memperbanyak doa dan istighfar bisa menjadi ladang pahala yang luar biasa. Tidak perlu menunggu kesempatan besar, karena kebaikan sekecil apa pun dapat bernilai tinggi di sisi Allah. *Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id Editor : Ashifuddin Fikri Writer : Nur Isnaini Masyithoh

12/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh

Fidyah sebagai Bentuk Kepedulian Sosial di Era Kontemporer
Fidyah sebagai Bentuk Kepedulian Sosial di Era Kontemporer
Fidyah, dalam konteks ibadah puasa, memiliki makna yang sangat penting, terutama sebagai bentuk kepedulian sosial di era kontemporer. Dalam Islam, fidyah adalah kompensasi yang diberikan oleh individu yang tidak dapat menjalankan puasa karena alasan tertentu, seperti sakit, usia lanjut, atau kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk memberikan fidyah sebagai pengganti puasa yang tidak dapat dilaksanakan. Ini menunjukkan bahwa fidyah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama. Di era kontemporer, tantangan sosial yang dihadapi oleh banyak orang semakin kompleks. Banyak individu yang mengalami kesulitan ekonomi, kesehatan, dan sosial. Dalam situasi seperti ini, fidyah dapat menjadi sarana untuk membantu mereka yang membutuhkan. Dengan memberikan fidyah, individu tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Ini menciptakan rasa solidaritas dan kepedulian di antara anggota masyarakat, yang sangat penting dalam membangun komunitas yang harmonis. Fidyah juga dapat dilihat sebagai bentuk inovasi dalam cara kita berbagi. Di era modern, banyak orang yang sibuk dengan rutinitas sehari-hari, sehingga sulit untuk menemukan waktu untuk beramal. Namun, dengan adanya teknologi, proses memberikan fidyah menjadi lebih praktis. Umat Islam dapat memberikan fidyah kapan saja dan di mana saja, tanpa harus mengunjungi lembaga amal secara langsung. Ini memungkinkan lebih banyak orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan amal, sehingga meningkatkan kesadaran akan pentingnya berbagi dan membantu sesama. Penulis:Putri Khodijah Editor:M. Kausari Kaidani

12/03/2025 | Putri Khodijah

Fidyah sebagai Bentuk Kepedulian di Tengah Tantangan Zaman
Fidyah sebagai Bentuk Kepedulian di Tengah Tantangan Zaman
Fidyah, dalam konteks ibadah puasa, memiliki makna yang sangat penting, terutama di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks. Dalam Islam, fidyah adalah kompensasi yang diberikan oleh individu yang tidak dapat menjalankan puasa karena alasan tertentu, seperti sakit, usia lanjut, atau kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk memberikan fidyah sebagai pengganti puasa yang tidak dapat dilaksanakan. Ini menunjukkan bahwa fidyah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama. Di tengah tantangan zaman yang dihadapi oleh banyak orang, fidyah menjadi semakin relevan. Banyak individu yang mengalami kesulitan ekonomi, kesehatan, dan sosial. Dalam situasi seperti ini, fidyah dapat menjadi sarana untuk membantu mereka yang membutuhkan. Dengan memberikan fidyah, individu tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Ini menciptakan rasa solidaritas dan kepedulian di antara anggota masyarakat, yang sangat penting dalam membangun komunitas yang harmonis. Fidyah juga dapat dilihat sebagai bentuk inovasi dalam cara kita berbagi. Di era modern, banyak orang yang sibuk dengan rutinitas sehari-hari, sehingga sulit untuk menemukan waktu untuk beramal. Namun, dengan adanya teknologi, proses memberikan fidyah menjadi lebih praktis. Umat Islam dapat memberikan fidyah kapan saja dan di mana saja, tanpa harus mengunjungi lembaga amal secara langsung. Ini memungkinkan lebih banyak orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan amal, sehingga meningkatkan kesadaran akan pentingnya berbagi dan membantu sesama.

12/03/2025 | Putri Khodijah

Fidyah di Era Modern Memahami Kewajiban dengan Cara Baru
Fidyah di Era Modern Memahami Kewajiban dengan Cara Baru
Fidyah, sebagai salah satu aspek penting dalam ibadah puasa, telah mengalami evolusi dalam cara pemahaman dan pelaksanaannya di era modern ini. Dalam konteks Islam, fidyah adalah kompensasi yang diberikan oleh individu yang tidak dapat menjalankan puasa karena alasan tertentu, seperti sakit, usia lanjut, atau kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman bahwa bagi mereka yang tidak mampu berpuasa, mereka diperintahkan untuk memberikan fidyah sebagai pengganti. Hal ini menunjukkan bahwa fidyah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama. Di era modern, pemahaman tentang fidyah semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan sosial. Dengan adanya platform digital, proses pemberian fidyah menjadi lebih mudah dan cepat. Umat Islam kini dapat memberikan fidyah melalui aplikasi dan situs web yang menyediakan layanan untuk menyalurkan fidyah kepada mereka yang membutuhkan. Ini tidak hanya memudahkan individu dalam memenuhi kewajiban, tetapi juga memperluas jangkauan penerima fidyah. Dengan cara ini, fidyah dapat disalurkan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan, seperti anak-anak yatim, orang miskin, dan mereka yang terkena bencana. Selain itu, pemahaman tentang fidyah juga mencakup aspek sosial yang lebih luas. Fidyah tidak hanya dilihat sebagai kewajiban individu, tetapi juga sebagai bagian dari tanggung jawab sosial umat Islam. Dalam konteks ini, fidyah dapat menjadi sarana untuk membangun solidaritas dan kepedulian di antara anggota masyarakat. Dengan memberikan fidyah, individu tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Ini menciptakan rasa saling memiliki dan mendukung di antara umat Islam, yang sangat penting dalam membangun komunitas yang harmonis. Penulis:Putri Khodijah Editor:M. Kausari Kaidani

12/03/2025 | Putri Khodijah

Mitos dan Fakta Seputar Fidyah yang Perlu Diketahui
Mitos dan Fakta Seputar Fidyah yang Perlu Diketahui
Fidyah sering kali dikelilingi oleh berbagai mitos dan kesalahpahaman yang dapat membingungkan masyarakat. Salah satu mitos yang umum adalah bahwa fidyah hanya diwajibkan bagi mereka yang tidak mampu berpuasa karena alasan kesehatan. Padahal, fidyah juga dapat diberikan oleh mereka yang tidak dapat berpuasa karena alasan lain, seperti usia lanjut atau perjalanan jauh. Penting untuk memahami bahwa fidyah adalah bentuk pengganti puasa yang ditinggalkan, dan setiap Muslim yang memenuhi syarat dapat melaksanakannya. Mitos lain yang sering muncul adalah bahwa fidyah harus selalu dalam bentuk uang. Sebenarnya, fidyah dapat diberikan dalam bentuk makanan atau barang yang bermanfaat bagi orang yang membutuhkan. Ini memberikan fleksibilitas bagi mereka yang ingin menunaikan fidyah, terutama bagi mereka yang mungkin tidak memiliki cukup uang untuk memberikan fidyah dalam bentuk finansial. Dengan cara ini, fidyah dapat lebih mudah diakses oleh semua kalangan. Fakta penting lainnya adalah bahwa fidyah tidak hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan kesempatan untuk beramal dan berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Banyak orang yang membutuhkan bantuan, dan dengan memberikan fidyah, kita dapat membantu mereka yang kurang beruntung. Ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya berbagi dan saling membantu. Dalam hal ini, fidyah menjadi sarana untuk membersihkan hati dan jiwa dari sifat egois, serta meningkatkan rasa empati terhadap orang lain. Selain itu, ada anggapan bahwa fidyah hanya perlu diberikan sekali dalam setahun. Namun, kenyataannya, fidyah dapat diberikan setiap kali seseorang tidak dapat berpuasa. Ini berarti bahwa jika seseorang tidak dapat berpuasa selama bulan Ramadhan, mereka harus menunaikan fidyah untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan. Oleh karena itu, penting untuk mencatat dan menghitung dengan tepat berapa banyak fidyah yang perlu diberikan. Mitos terakhir yang perlu diluruskan adalah bahwa fidyah tidak memiliki dampak spiritual. Sebaliknya, fidyah dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meraih pengampunan-Nya. Dalam setiap langkah kita untuk menunaikan fidyah, kita sedang membangun jembatan menuju pengampunan Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dengan memahami fakta-fakta ini, diharapkan masyarakat dapat lebih bijak dalam menunaikan fidyah dan menghindari kesalahpahaman yang dapat menghambat pelaksanaan kewajiban ini. ===================== *Tunaikan zakat/infaq, melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id https://berbagi.link/baznaskotajogja Penulis : Aura Mevlana Putri Editor: Aura Mevlana Putri

06/03/2025 | Aura Mevlana Putri

Info Rekening Zakat

Info Rekening Zakat

Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.

BAZNAS

Info Rekening Zakat