Berita Terbaru
Fidyah untuk Orang Tua Renta: Solusi bagi yang Tidak Mampu Berpuasa
Kenapa Fidyah Penting untuk Orang Tua Renta?
Menghormati Kewajiban Agama: Meskipun tidak dapat berpuasa, orang tua renta tetap ingin menjalankan kewajiban agama mereka. Dengan memberikan fidyah, mereka dapat tetap merasa terhubung dengan ibadah puasa.
Membantu yang Membutuhkan: Fidyah tidak hanya bermanfaat bagi orang tua renta, tetapi juga bagi mereka yang membutuhkan. Dengan memberikan fidyah, mereka turut berkontribusi dalam membantu sesama.
Alternatif yang Mudah: Bagi orang tua yang mungkin tidak memiliki kemampuan fisik untuk berpuasa, fidyah menjadi alternatif yang lebih mudah dan praktis.
Bagaimana Cara Memberikan Fidyah?
Menentukan Jumlah Fidyah: Jumlah fidyah yang harus diberikan biasanya setara dengan makanan yang cukup untuk satu orang selama sehari. Ini bisa berupa beras, roti, atau makanan pokok lainnya.
Memberikan kepada yang Berhak: Fidyah dapat diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti fakir miskin atau anak yatim. Pastikan bahwa fidyah yang diberikan benar-benar sampai kepada yang berhak.
Melakukan dengan Niat yang Ikhlas: Seperti ibadah lainnya, niat yang ikhlas sangat penting dalam memberikan fidyah. Hal ini akan membuat fidyah yang diberikan lebih bermakna.
Kesimpulan
Fidyah untuk orang tua renta adalah solusi yang sangat bermanfaat bagi mereka yang tidak mampu berpuasa. Dengan memberikan fidyah, mereka tetap dapat menjalankan kewajiban agama dan membantu sesama. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dan melaksanakan fidyah dengan baik, agar ibadah puasa tetap dapat dirasakan meskipun dalam keadaan yang sulit. Dengan demikian, fidyah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan bentuk kepedulian dan kasih sayang kepada orang tua dan sesama. Mari kita tingkatkan kepedulian kita dengan memberikan fidyah kepada yang membutuhkan, terutama bagi orang tua renta yang tidak mampu berpuasa.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA16/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Fidyah: Bolehkah Diwakilkan Pembayarannya kepada Orang Lain?
Dasar Hukum Fidyah
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
"Dan bagi orang-orang yang berat menjalankannya, ada kewajiban membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin." (QS. Al-Baqarah: 184)
Ayat ini menunjukkan bahwa fidyah adalah kewajiban bagi mereka yang tidak dapat berpuasa. Namun, pertanyaan mengenai apakah fidyah dapat diwakilkan kepada orang lain masih menjadi perdebatan di kalangan ulama.
Pendapat Ulama Mengenai Wakil Pembayaran Fidyah
Pendapat yang Mengizinkan: Beberapa ulama berpendapat bahwa fidyah dapat diwakilkan kepada orang lain. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa niat dan tujuan dari fidyah adalah untuk membantu orang yang membutuhkan. Jika seseorang tidak mampu membayar fidyah secara langsung, maka diizinkan untuk meminta bantuan orang lain untuk melakukannya.
Pendapat yang Melarang: Di sisi lain, ada ulama yang berpendapat bahwa fidyah tidak boleh diwakilkan. Mereka berargumen bahwa fidyah adalah tanggung jawab pribadi yang harus dilaksanakan oleh individu yang tidak dapat berpuasa. Dalam hal ini, pembayaran fidyah harus dilakukan oleh orang yang berkewajiban, bukan oleh orang lain.
Praktik di Masyarakat
Dalam praktiknya, banyak orang yang memilih untuk membayar fidyah melalui lembaga atau organisasi yang mengelola zakat dan fidyah. Mereka mengumpulkan dana dan menyalurkannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Ini bisa dianggap sebagai bentuk perwakilan, di mana individu yang tidak dapat berpuasa mempercayakan pembayaran fidyah mereka kepada pihak ketiga.
Kesimpulan
Secara umum, apakah fidyah dapat diwakilkan atau tidak tergantung pada pandangan masing-masing ulama. Namun, penting untuk diingat bahwa tujuan utama dari fidyah adalah untuk membantu orang yang membutuhkan. Jika seseorang merasa tidak mampu untuk membayar fidyah secara langsung, mereka dapat mencari cara lain, seperti melalui lembaga yang terpercaya. Dalam hal ini, sebaiknya konsultasikan dengan ulama atau orang yang berpengetahuan dalam agama untuk mendapatkan panduan yang tepat. Dengan demikian, kita dapat menjalankan kewajiban fidyah dengan cara yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam.Dengan memahami konsep fidyah dan perdebatan mengenai perwakilan pembayarannya, diharapkan kita dapat lebih bijak dalam menjalankan ibadah puasa dan memenuhi kewajiban kita sebagai umat Muslim.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA16/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Fidyah Sebagai Sarana Pembersihan Diri: Menumbuhkan Keikhlasan Melalui Pembayaran Fidyah
Fidyah merupakan salah satu bentuk kompensasi yang diperuntukkan bagi mereka yang tidak dapat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, baik karena alasan kesehatan, usia lanjut, atau sebab lainnya.
Dalam konteks Islam, fidyah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan sarana untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan yang mungkin terjadi selama menjalankan ibadah.
Pembayaran fidyah dapat dilihat sebagai bentuk keikhlasan.
Ketika seseorang membayar fidyah, mereka menunjukkan niat tulus untuk memenuhi kewajiban agama dan membantu sesama.
Hal ini mencerminkan sikap peduli dan empati terhadap orang-orang yang kurang beruntung.
Dengan demikian, fidyah tidak hanya berfungsi sebagai pengganti puasa, tetapi juga sebagai alat untuk menumbuhkan keikhlasan dalam diri individu.
Keikhlasan dalam pembayaran fidyah dapat meningkatkan kualitas spiritual seseorang.
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman, "Dan tidak ada kebaikan bagi kalian dalam banyaknya makanan yang kalian makan, tetapi kebaikan itu adalah pada siapa yang bertakwa" (QS. Al-Baqarah: 267).
Ini menunjukkan bahwa niat dan keikhlasan dalam beramal lebih penting daripada jumlah yang dikeluarkan.
Dengan membayar fidyah, individu tidak hanya membersihkan diri dari kewajiban yang tertunda, tetapi juga memperkuat hubungan mereka dengan Allah SWT.
Proses ini mendorong refleksi diri dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya niat yang tulus dalam setiap amal perbuatan.
Sumber:
1. Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah: 267.
2. Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulum al-Din.
3. Al-Mawardi, Abu al-Hasan. Al-Hawi al-Kabir.
Penulis: Aulia Anastasya Putri Permana
Editor: M. Kausari Kaidani
BERITA16/03/2025 | Aulia Anastasya Putri Permana
Sedekah yang Paling Sederhana
Sedekah seringkali dipahami sebagai pemberian materi yang besar, seperti uang, makanan, atau barang berharga lainnya kepada orang yang membutuhkan. Namun, sebenarnya sedekah tidak selalu harus dalam bentuk harta atau barang berharga. Ada banyak cara untuk berbuat kebaikan dengan cara yang sangat sederhana, tanpa memerlukan banyak usaha atau biaya. Sedekah yang paling sederhana sekalipun, tetap memiliki nilai yang besar di mata Allah dan dapat memberikan manfaat bagi orang lain.
1. Senyum sebagai Sedekah
Senyuman adalah bentuk sedekah yang paling sederhana namun memiliki dampak yang luar biasa. Sebuah senyuman tulus kepada orang lain bisa mencerahkan hari mereka. Terkadang, orang hanya membutuhkan sebuah senyuman untuk merasa dihargai, diterima, atau diperhatikan. Dalam Islam, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa senyuman adalah bentuk sedekah yang sangat bernilai. Seperti yang disebutkan dalam hadis, "Tersenyumlah, karena senyum itu adalah sedekah" (HR. Tirmidzi). Senyuman tidak membutuhkan biaya dan bisa diberikan kapan saja kepada siapa saja. Ini adalah bentuk kebaikan yang universal dan tidak terbatas.
2. Memberikan Salam
Memberikan salam adalah sedekah yang sederhana namun penuh makna. Ucapan "Assalamu’alaikum" tidak hanya berarti menyapa, tetapi juga merupakan doa untuk keselamatan, kedamaian, dan keberkahan bagi orang yang kita sapa. Salam yang kita berikan bisa menjadi pengingat bagi orang lain tentang pentingnya kedamaian, kasih sayang, dan persaudaraan dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda, "Sebarkanlah salam di antara kalian, niscaya kalian akan saling mencintai" (HR. Muslim). Salam adalah bentuk interaksi yang sangat sederhana, tetapi membawa kebahagiaan dan kedamaian, baik bagi pemberi maupun penerima.
3. Memberikan Doa untuk Orang Lain
Doa adalah salah satu bentuk sedekah yang bisa dilakukan tanpa biaya apapun. Kita bisa mendoakan orang lain dengan doa yang baik, seperti doa agar mereka diberikan kesehatan, kebahagiaan, dan keberkahan dalam hidup. Tidak hanya untuk keluarga atau teman dekat, kita juga bisa mendoakan orang yang tidak kita kenal. Doa adalah cara yang sangat sederhana untuk menunjukkan kepedulian dan kasih sayang terhadap orang lain. Dalam Islam, doa memiliki kekuatan yang besar, dan memberikan doa kebaikan bagi orang lain juga akan mendapatkan balasan kebaikan bagi diri kita sendiri.
4. Bersikap Baik dan Sabar
Bersikap baik kepada orang lain dan menunjukkan sikap sabar juga merupakan bentuk sedekah yang sangat sederhana. Terkadang, sikap kita dalam menghadapi orang lain, terutama ketika mereka sedang kesulitan atau dalam kondisi yang tidak nyaman, bisa sangat berarti. Ketika kita bersikap sabar dan tidak mudah marah, atau ketika kita membantu orang dengan cara yang lembut dan penuh pengertian, itu adalah bentuk sedekah yang besar meskipun tidak terlihat secara fisik. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman, "Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik" (QS. Al-Baqarah: 195).
5. Membantu Orang Lain dengan Waktu dan Tenaga
Sedekah tidak selalu harus berupa uang atau barang. Terkadang, memberikan sedikit waktu atau tenaga untuk membantu orang lain adalah bentuk sedekah yang paling sederhana. Misalnya, membantu tetangga yang sedang kesulitan membawa barang, membantu teman yang sedang membutuhkan, atau bahkan hanya memberikan perhatian kepada orang yang sedang membutuhkan teman bicara. Bantuan kecil seperti ini bisa sangat berarti, terutama bagi orang yang merasa kesepian atau tertekan. Terkadang, tindakan kecil ini bisa memberi dampak yang sangat besar bagi orang yang menerima bantuan tersebut.
6. Berbagi Pengetahuan
Sedekah juga bisa berupa berbagi pengetahuan. Memberikan informasi atau berbagi keterampilan yang kita miliki kepada orang lain adalah bentuk sedekah yang sangat sederhana namun sangat bermanfaat. Ini bisa berupa membantu teman yang kesulitan memahami pelajaran, mengajarkan keterampilan baru kepada orang yang membutuhkan, atau memberikan nasihat yang bermanfaat. Dalam Islam, ilmu adalah salah satu bentuk amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir. Jadi, berbagi pengetahuan adalah bentuk sedekah yang tidak hanya memberi manfaat bagi orang lain, tetapi juga untuk diri kita sendiri.
7. Menghindari Perkataan Buruk
Terkadang, sedekah bisa dilakukan dengan cara menghindari perkataan yang tidak baik. Kita dapat memberikan sedekah dengan menjaga lisan kita agar tidak menyakiti hati orang lain, tidak bergosip, dan tidak berbicara dengan kasar. Menghindari perkataan buruk dan berbicara dengan kata-kata yang lembut adalah bentuk sedekah yang sangat sederhana namun membawa dampak positif dalam hubungan antar sesama.
Ayo bersedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta: https://kotayogya.baznas.go.id/sedekah
Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Penulis: Riza Fatmahira
Editor: M. Sahal
BERITA16/03/2025 | AdminS
Fidyah Online: Konsep dan Pelaksanaannya
Fidyah Online: Konsep dan Pelaksanaannya
Dengan kemajuan teknologi, banyak lembaga dan organisasi yang menawarkan layanan fidyah online. Melalui platform ini, individu dapat membayar fidyah mereka dengan mudah dan cepat, tanpa harus pergi ke lokasi fisik. Proses ini biasanya melibatkan pemilihan jumlah fidyah yang ingin dibayarkan, kemudian melakukan transaksi melalui aplikasi atau situs web.
Keuntungan Fidyah Online
Kemudahan Akses: Fidyah online memungkinkan orang untuk membayar fidyah dari mana saja dan kapan saja.
Transparansi: Banyak platform fidyah online yang memberikan laporan tentang penggunaan dana fidyah, sehingga para donatur dapat melihat dampak dari sumbangan mereka.
Efisiensi Waktu: Proses pembayaran yang cepat dan tidak memerlukan perjalanan fisik menghemat waktu bagi individu yang sibuk.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA15/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Apakah Fidyah Online Sah Menurut Syariat Islam?
Apakah Fidyah Online Sah Menurut Syariat Islam?
Untuk menentukan keabsahan fidyah online, kita perlu merujuk pada beberapa prinsip syariat Islam:
Niat: Niat yang tulus untuk memenuhi kewajiban fidyah adalah syarat utama. Jika seseorang membayar fidyah secara online dengan niat yang benar, maka hal ini dapat dianggap sah.
Penerima Fidyah: Fidyah harus disalurkan kepada orang yang berhak menerimanya, yaitu mereka yang membutuhkan. Platform fidyah online yang transparan dan dapat dipercaya dalam menyalurkan dana kepada yang berhak akan lebih menjamin keabsahan fidyah tersebut.
Metode Pembayaran: Selama metode pembayaran yang digunakan tidak melanggar prinsip syariat, seperti riba, maka fidyah online dapat dianggap sah.
Kesesuaian dengan Ketentuan: Fidyah yang dibayarkan harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam syariat, seperti jumlah dan jenis makanan yang diberikan.
Kesimpulan
Fidyah online dapat dianggap sah menurut syariat Islam asalkan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Penting bagi individu untuk memastikan bahwa mereka menggunakan platform yang terpercaya dan transparan dalam menyalurkan fidyah kepada yang berhak. Dengan demikian, fidyah yang dibayarkan secara online tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat yang membutuhkan.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA15/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Inovasi dalam Pelaksanaan Fidyah
Inovasi dalam Pelaksanaan Fidyah
Di era modern ini, pelaksanaan fidyah telah mengalami banyak inovasi. Salah satu inovasi yang paling mencolok adalah penggunaan platform digital untuk memudahkan proses pengumpulan dan penyaluran fidyah. Dengan adanya aplikasi dan situs web, individu dapat dengan mudah memberikan fidyah mereka tanpa harus bertemu langsung dengan penerima.
Contoh Inovasi
Aplikasi Mobile: Beberapa aplikasi kini menyediakan fitur untuk menghitung fidyah yang harus dibayarkan dan memungkinkan pengguna untuk langsung menyumbangkan fidyah mereka kepada lembaga amal yang terpercaya.
E-Wallet: Penggunaan dompet digital juga memudahkan masyarakat untuk menyalurkan fidyah mereka. Dengan hanya beberapa klik, fidyah dapat disalurkan kepada yang membutuhkan.
Program Sosial: Banyak organisasi non-pemerintah (NGO) yang mengadakan program sosial yang mengintegrasikan fidyah dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat, seperti pelatihan keterampilan bagi penerima fidyah.
Adaptasi Fidyah di Tengah Perubahan Sosial
Perubahan sosial yang cepat juga mempengaruhi cara masyarakat memahami dan melaksanakan fidyah. Dalam konteks urbanisasi dan mobilitas tinggi, banyak orang yang tidak memiliki waktu untuk melakukan ritual tradisional. Oleh karena itu, adaptasi fidyah menjadi sangat penting.
Keterlibatan Komunitas
Komunitas kini lebih terlibat dalam proses pelaksanaan fidyah. Misalnya, beberapa masjid dan komunitas lokal mengadakan program pengumpulan fidyah secara kolektif, di mana anggota komunitas dapat menyumbangkan fidyah mereka dan kemudian disalurkan secara bersamaan kepada yang membutuhkan.
Edukasi dan Kesadaran
Pentingnya edukasi mengenai fidyah juga semakin meningkat. Banyak lembaga yang mengadakan seminar dan workshop untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajiban fidyah dan cara pelaksanaannya yang tepat di era modern.
Kesimpulan
Fidyah adalah salah satu bentuk kepedulian sosial dalam Islam yang terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Inovasi dalam pelaksanaan fidyah melalui teknologi dan keterlibatan komunitas menunjukkan bahwa nilai-nilai agama dapat tetap relevan dan bermanfaat di era modern. Dengan memahami dan melaksanakan fidyah dengan cara yang lebih efisien, kita tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA15/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Fidyah untuk Orang Sakit: Apakah Ada Keringanan?
Kriteria Sakit yang Memungkinkan Pembayaran Fidyah
Tidak semua kondisi sakit otomatis mengharuskan seseorang untuk membayar fidyah. Berikut adalah beberapa kriteria yang dapat menjadi pertimbangan:
Sakit Sementara: Jika seseorang mengalami sakit sementara yang menghalanginya untuk berpuasa, maka ia diharapkan untuk mengganti puasa di hari lain setelah sembuh. Dalam hal ini, fidyah tidak diperlukan.
Sakit Berkepanjangan: Jika seseorang menderita penyakit yang tidak mungkin sembuh dan menghalanginya untuk berpuasa secara permanen, maka ia diwajibkan untuk membayar fidyah.
Kondisi Kesehatan yang Membahayakan: Jika berpuasa dapat membahayakan kesehatan seseorang, maka ia juga diperbolehkan untuk membayar fidyah.
Keringanan dalam Pembayaran Fidyah
Dalam Islam, ada beberapa keringanan yang dapat diberikan kepada orang yang sakit dalam hal pembayaran fidyah:
Jumlah Pembayaran: Fidyah tidak selalu harus dalam bentuk uang. Sebagai alternatif, seseorang dapat memberikan makanan pokok kepada orang yang membutuhkan. Ini bisa menjadi keringanan bagi mereka yang mungkin tidak memiliki cukup uang.
Waktu Pembayaran: Pembayaran fidyah tidak harus dilakukan secara langsung setelah bulan Ramadan. Seseorang dapat membayar fidyah pada waktu yang lebih sesuai bagi mereka, asalkan dilakukan sebelum bulan Ramadan berikutnya.
Bantuan dari Keluarga: Keluarga atau kerabat dapat membantu dalam pembayaran fidyah, sehingga meringankan beban bagi orang yang sakit.
Kesimpulan
Fidyah adalah solusi bagi mereka yang tidak dapat menjalankan puasa karena sakit. Penting untuk memahami kriteria yang memungkinkan pembayaran fidyah dan keringanan yang dapat diberikan. Dengan demikian, diharapkan setiap umat Muslim dapat menjalankan kewajiban mereka dengan baik, meskipun dalam keadaan yang sulit. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal berada dalam situasi ini, penting untuk berkonsultasi dengan ulama atau ahli agama untuk mendapatkan panduan yang tepat mengenai fidyah.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA15/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Fidyah: Perbedaan Pendapat Ulama dan Solusi Terbaik
Perbedaan Pendapat Ulama
1. Jumlah Fidyah
Salah satu perbedaan pendapat yang paling mencolok di kalangan ulama adalah mengenai jumlah fidyah yang harus dibayarkan. Sebagian ulama berpendapat bahwa fidyah yang dibayarkan adalah satu mud (sekitar 600 gram) makanan pokok per hari yang ditinggalkan. Sementara itu, ulama lain berpendapat bahwa fidyah dapat dibayarkan dalam bentuk uang yang setara dengan nilai makanan tersebut.
2. Jenis Makanan
Ada juga perbedaan pendapat mengenai jenis makanan yang dapat digunakan untuk fidyah. Beberapa ulama berpendapat bahwa fidyah harus berupa makanan pokok seperti beras, gandum, atau kurma. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa fidyah bisa berupa makanan lain yang dianggap layak dan bermanfaat bagi penerima.
3. Waktu Pembayaran
Waktu pembayaran fidyah juga menjadi perdebatan di kalangan ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa fidyah harus dibayarkan segera setelah seseorang tidak dapat berpuasa, sementara yang lain berpendapat bahwa fidyah dapat dibayarkan setelah bulan Ramadan berakhir.
Solusi Terbaik
Menghadapi perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai fidyah, umat Muslim sebaiknya mengambil langkah-langkah berikut:
Konsultasi dengan Ulama: Sebaiknya umat Muslim berkonsultasi dengan ulama atau tokoh agama setempat untuk mendapatkan penjelasan yang lebih jelas mengenai fidyah sesuai dengan kondisi masing-masing.
Mengutamakan Kebaikan: Dalam pelaksanaan fidyah, umat Muslim disarankan untuk mengutamakan kebaikan dan kepentingan orang yang menerima fidyah. Memilih makanan yang bergizi dan bermanfaat adalah langkah yang baik.
Fleksibilitas dalam Pembayaran: Umat Muslim dapat memilih untuk membayar fidyah sesuai dengan pendapat yang mereka yakini, baik dalam bentuk makanan maupun uang, asalkan tetap memenuhi syarat yang ditetapkan.
Mendokumentasikan Pembayaran: Penting untuk mendokumentasikan pembayaran fidyah agar dapat dipertanggungjawabkan dan menjadi catatan bagi diri sendiri.
Kesimpulan
Fidyah adalah bagian penting dari ibadah puasa yang harus dipahami dengan baik oleh umat Muslim. Meskipun terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai fidyah, yang terpenting adalah niat dan pelaksanaan yang sesuai dengan syariat. Dengan berkonsultasi dan mengutamakan kebaikan, umat Muslim dapat menjalankan kewajiban fidyah dengan baik dan benar.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA15/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Fidyah: Antara Kewajiban dan Keringanan dalam Islam
Hukum Fidyah
Fidyah menjadi kewajiban bagi mereka yang tidak dapat berpuasa karena alasan yang syar'i. Misalnya, seseorang yang menderita penyakit kronis yang tidak memungkinkan untuk berpuasa seumur hidup, atau wanita hamil dan menyusui yang khawatir akan kesehatan diri dan anaknya. Dalam hal ini, fidyah menjadi solusi untuk tetap memenuhi kewajiban ibadah meskipun tidak dapat melaksanakannya secara langsung.
Dasar Hukum Fidyah
Dasar hukum fidyah dapat ditemukan dalam Al-Qur'an, yaitu dalam Surah Al-Baqarah ayat 184-185. Dalam ayat tersebut, Allah SWT menjelaskan bahwa bagi mereka yang tidak mampu berpuasa, diperbolehkan untuk memberikan fidyah sebagai ganti. Selain itu, Hadis Nabi Muhammad SAW juga menegaskan pentingnya fidyah bagi mereka yang tidak dapat berpuasa.
Pelaksanaan Fidyah
Pelaksanaan fidyah dapat dilakukan dengan memberikan makanan kepada orang yang membutuhkan atau dengan memberikan sedekah dalam bentuk uang yang setara dengan nilai makanan yang seharusnya diberikan. Umumnya, fidyah yang diberikan adalah makanan pokok seperti beras, gandum, atau kurma.
Besaran Fidyah
Besaran fidyah biasanya ditentukan berdasarkan kebutuhan makanan sehari-hari. Dalam praktiknya, satu fidyah setara dengan satu mud (sekitar 600 gram) makanan pokok. Namun, nilai fidyah dapat bervariasi tergantung pada kondisi ekonomi dan harga bahan makanan di suatu daerah.
Keringanan dalam Fidyah
Fidyah memberikan keringanan bagi umat Muslim yang tidak dapat menjalankan puasa. Ini menunjukkan betapa Islam sangat memperhatikan kondisi umatnya. Keringanan ini tidak hanya berlaku bagi mereka yang sakit, tetapi juga bagi wanita hamil dan menyusui yang khawatir akan kesehatan diri dan anaknya.
Kesimpulan
Fidyah adalah bentuk keringanan yang diberikan oleh Allah SWT bagi umat Muslim yang tidak dapat menjalankan ibadah puasa. Dengan memahami fidyah, umat Islam dapat tetap memenuhi kewajiban ibadah meskipun dalam keadaan yang sulit. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk mengetahui dan memahami konsep fidyah agar dapat melaksanakannya dengan baik dan benar.
Penulis:
Hubaib Ash Shidqi
Editor:Hubaib Ash Shidqi
BERITA15/03/2025 | HUBAIB ASH SHIDQI
Jejak Sejarah Masjid Al-Aqsa, Simbol Keagungan Islam
Masjid Al-Aqsa, terletak di Kota Yerusalem di Palestina, adalah salah satu tempat suci umat Islam yang memiliki nilai historis dan makna mendalam. Ia berada di satu kawasan Al-Haram Al-Syarif yang yang mencakup Masjid Al-Aqsa, Dome of The Rock, Masjid Al-Qibli dan seluruh area terbuka di sekitarnya. Oleh karena itu, sering terjadi salah kaprah antara Masjid Al-Aqsa dan Dome of The Rock. Secara visual, Masjid Al-Aqsa adalah seluruh area kawasan masjid yang meliputi beberaap masjid di dalamnya seperti Masjid Qibli, Qubatush Shakhrah, Dinding Buraq, Mushola Marwani. Sementara itu, masjid berkubah emas yang seringkali jadi ikon Al-Aqsa adalah salah satu bagian saja dari kawasan Masjidil Al-Aqsa. Masjid berkubah emas ini dikenal sebagai Dome of The Rock (Qubatush Shakhrah). Sebagai kiblat pertama umat Islam dan tempat terjadinya peristiwa Isra' Mi'raj, Masjid Al-Aqsa menjadi simbol keagungan Islam.
Sejarah Masjid Al-Aqsa
Menurut beberapa riwayat, Nabi Yakub AS adalah orang pertama yang membangun tempat ibadah di lokasi Masjid Al-Aqsa yakni kawasan Baitul Maqdis. Kemudian, Nabi Sulaiman AS memperluas dan memperindah bangunan tersebut.
Setelah Islam datang, Masjid Al-Aqsa menjadi salah satu tempat suci utama. Khalifah Umar bin Khattab RA adalah orang pertama yang membangun masjid sederhana di lokasi ini setelah penaklukan Yerusalem pada tahun 638 M. Kemudian, pada masa Dinasti Umayyah, Khalifah Abdul Malik bin Marwan membangun Kubah Batu (Dome of The Rock) dan putranya, Al-Walid, membangun dan memperluas Masjid Al-Aqsa seperti yang kita kenal sekarang.
Peristiwa Isra' Mi'raj
Masjid Al-Aqsa menjadi saksi peristiwa agung Isra' Mi'raj. Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjid Al-Aqsa, kemudian naik ke Sidratul Muntaha. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur'an Surah Al-Isra' ayat 1:
"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Proses Renovasi Masjid
Sepanjang sejarahnya, Masjid Al-Aqsa mengalami beberapa kali kerusakan akibat gempa bumi dan peristiwa lainnya. Gempa bumi pada tahun 746 M menghancurkan masjid ini, dan kemudian dibangun kembali oleh Khalifah Abbasiyah Al-Mansur pada tahun 758 M. Pembangunan ini dilanjutkan oleh penerusnya, Al-Mahdi, pada tahun 780 M, yang memperluas masjid menjadi lima belas lorong dengan kubah pusat. Namun, gempa bumi pada tahun 1033 M kembali merusak masjid, dan dibangun ulang oleh Khalifah Fatimiyah Al-Zahir pada tahun 1035 M, mengurangi jumlah lorong menjadi tujuh tetapi menambahkan dekorasi interior yang kaya.
Selama Perang Salib pada abad ke-12, Masjid Al-Aqsa diubah menjadi markas bagi Ordo Ksatria Templar dan digunakan sebagai istana oleh Raja Baldwin II. Setelah Yerusalem direbut kembali oleh Salahuddin Al-Ayyubi pada tahun 1187 M, masjid ini dikembalikan fungsinya sebagai tempat ibadah umat Islam. Pada periode Mamluk dan Utsmaniyah, masjid ini mengalami renovasi dan penambahan berbagai elemen arsitektur, termasuk pembangunan menara dan dekorasi interior.
Arsitektur dan Fitur Utama
Masjid Al-Aqsa memiliki luas sekitar 14,4 hektar, dengan bangunan utama yang dapat menampung hingga 5.000 jamaah. Masjid ini memiliki tujuh lorong dengan deretan tiang yang menopang atapnya. Fasad masjid yang ada saat ini dibangun pada tahun 1065 M atas perintah Khalifah Fatimiyah Al-Mustansir Billah, dengan lengkungan batu yang menampilkan gaya Romawi. Interior masjid dihiasi dengan 121 jendela kaca patri dari era Abbasiyah dan Fatimiyah, serta mosaik dan marmer yang memperkaya dekorasinya.
Salah satu elemen penting dalam masjid ini adalah mimbar yang awalnya dibuat atas perintah Sultan Nuruddin Zengi pada abad ke-12. Mimbar ini dibuat dari gading dan kayu yang diukir dengan kaligrafi Arab serta desain geometris dan floral. Setelah dihancurkan dalam kebakaran tahun 1969, mimbar ini digantikan dengan replika yang dibuat di Yordania dan dipasang pada tahun 2007.
Hikmah di Balik Keberadaan Masjid Al-Aqsa
1. Simbol Persatuan Umat Islam
Masjid Al-Aqsa adalah simbol persatuan umat Islam di seluruh dunia. Sebagai salah satu dari tiga masjid suci (selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi), Al-Aqsa menjadi tempat yang dikunjungi dan dihormati oleh muslim dari berbagai belahan dunia.
2. Pengingat akan Kekuasaan Allah SWT
Keberadaan Masjid Al-Aqsa mengingatkan kita akan kekuasaan Allah SWT yang mampu memindahkan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Yerusalem dalam waktu singkat pada peristiwa isra’ mi’raj. Ini juga mengajarkan kita untuk selalu mengingat kebesaran Allah dalam setiap aspek kehidupan.
3. Ujian Keimanan
Masjid Al-Aqsa menjadi ujian keimanan bagi umat Islam. Di tengah upaya-upaya untuk menguasai dan merusaknya, umat Islam diuji untuk tetap menjaga dan mempertahankan kemuliaan masjid ini.
4. Pelajaran tentang Kesabaran dan Keteguhan
Sejarah panjang Masjid Al-Aqsa, termasuk berbagai penaklukan dan konflik, mengajarkan kita tentang kesabaran dan keteguhan dalam mempertahankan nilai-nilai Islam.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Nur Isnaini Masyithoh
BERITA15/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh
Bagaimana Cara Qodho Puasa dan Apa Hikmahnya
Puasa Ramadhan adalah salah satu kewajiban utama dalam Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim yang telah baligh dan memenuhi syarat. Namun, dalam situasi tertentu, seorang muslim mungkin tidak dapat menjalankan puasa Ramadhan secara penuh, seperti karena sakit, bepergian (safar), haid, nifas, atau alasan syar'i lainnya. Dalam kondisi seperti ini, Islam memberikan keringanan berupa qodho puasa, yaitu mengganti puasa yang ditinggalkan di hari lain.
Qodho puasa adalah mengganti puasa Ramadhan yang ditinggalkan karena uzur syar'i pada hari lain di luar bulan Ramadhan. Kewajiban qodho puasa didasarkan pada firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 184:
"Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib mengganti) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain."
Qodho puasa merupakan bentuk rahmat Allah SWT yang memberikan kemudahan bagi hamba-Nya yang tidak mampu menjalankan puasa Ramadhan karena alasan syar'i.
Syarat-Syarat Qodho Puasa
Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan qodho puasa:
1. Ada Uzur Syar'i: Qodho puasa hanya berlaku bagi mereka yang meninggalkan puasa karena uzur syar'i, seperti sakit, safar, haid, nifas, atau kondisi lain yang menghalangi seseorang untuk berpuasa.
2. Niat yang Tepat: Sebagaimana puasa Ramadhan, qodho puasa juga harus disertai dengan niat yang tulus. Niat ini bisa dilakukan pada malam hari sebelum puasa atau di siang hari sebelum tergelincirnya matahari (selama belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa).
3. Dilakukan pada Hari yang Diperbolehkan: Qodho puasa harus dilakukan pada hari-hari yang tidak dilarang untuk berpuasa, seperti hari raya Idul Fitri, Idul Adha, atau hari Tasyrik.
Tata Cara Qodho Puasa
1. Menghitung Hari yang Ditinggalkan: Sebelum melakukan qodho puasa, hitunglah berapa hari puasa Ramadhan yang ditinggalkan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa semua hari yang ditinggalkan telah diganti.
2. Melakukan Niat: Niat qodho puasa bisa diucapkan dalam hati atau secara lisan. Contoh niat qodho puasa adalah:
“Nawaitu shauma ghadin ‘an qadha’i fardhi Ramadhan lillahi ta’ala."
Artinya: "Aku niat berpuasa esok hari untuk mengganti fardhu Ramadhan karena Allah Ta’ala."
3. Menjaga Puasa dari Fajar hingga Maghrib: Seperti puasa pada umumnya, qodho puasa dilakukan dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Selama waktu tersebut, kita harus menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa.
4. Mengganti Puasa Secara Bertahap atau Sekaligus: Qodho puasa bisa dilakukan secara bertahap atau sekaligus, tergantung kemampuan dan kesempatan. Namun, disarankan untuk segera mengganti puasa yang ditinggalkan agar tidak menumpuk.
Hikmah di Balik Qodho Puasa
Qodho puasa tidak hanya sekadar mengganti hari puasa yang ditinggalkan, tetapi juga mengandung hikmah yang mendalam. Berikut adalah beberapa hikmah di balik ketentuan qodho puasa:
1. Menunjukkan Rahmat dan Kemudahan dalam Islam
Ketentuan qodho puasa menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan rahmat dan kemudahan. Allah SWT memahami bahwa manusia memiliki keterbatasan, sehingga memberikan keringanan bagi mereka yang tidak mampu menjalankan puasa Ramadhan karena uzur syar'i.
2. Menjaga Keseimbangan antara Kewajiban dan Kemampuan
Qodho puasa mengajarkan kita untuk menjaga keseimbangan antara kewajiban ibadah dan kemampuan fisik. Dengan mengganti puasa di hari lain, kita tetap dapat memenuhi kewajiban tanpa membebani diri sendiri.
3. Meningkatkan Kesadaran akan Tanggung Jawab
Kewajiban qodho puasa mengajarkan kita untuk bertanggung jawab atas ibadah yang ditinggalkan. Hal ini mendorong kita untuk lebih disiplin dan konsisten dalam menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim.
4. Memberikan Kesempatan untuk Tetap Beribadah
Qodho puasa memberikan kesempatan bagi mereka yang tidak bisa berpuasa di bulan Ramadhan untuk tetap beribadah dan meraih pahala puasa. Ini menunjukkan bahwa Allah SWT selalu memberikan jalan bagi hamba-Nya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
5. Melatih Kedisiplinan dan Manajemen Waktu
Mengganti puasa yang ditinggalkan membutuhkan kedisiplinan dan manajemen waktu yang baik. Hal ini membantu kita untuk lebih teratur dalam menjalankan ibadah dan aktivitas sehari-hari.
6. Meningkatkan Rasa Syukur
Dengan mengganti puasa yang ditinggalkan, kita menjadi lebih bersyukur atas nikmat kesehatan dan kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT. Rasa syukur ini mendorong kita untuk lebih menghargai setiap kesempatan beribadah.
7. Menjaga Kualitas Ibadah
Qodho puasa artinya bahwa kita tetap memenuhi kewajiban ibadah dengan baik, meskipun sempat tertunda. Hal ini membantu menjaga kualitas ibadah dan hubungan kita dengan Allah SWT.
8. Mengajarkan Fleksibilitas dalam Ibadah
Ketentuan qodho puasa mengajarkan kita bahwa ibadah dalam Islam bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kondisi individu. Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang realistis dan memahami kebutuhan manusia.
Qodho puasa adalah bentuk rahmat Allah SWT yang memberikan kemudahan bagi hamba-Nya yang tidak mampu menjalankan puasa Ramadhan karena uzur syar'i. Dengan mengganti puasa yang ditinggalkan, kita tetap dapat memenuhi kewajiban ibadah dan meraih pahala puasa. Selain itu, qodho puasa juga mengandung hikmah yang mendalam, seperti meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab, melatih kedisiplinan, dan menjaga kualitas ibadah.
Mari manfaatkan kesempatan qodho puasa dengan sebaik-baiknya agar kita tetap dapat meraih keberkahan dan ridha Allah SWT. Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan dan kesempatan untuk menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan dan ketakwaan.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Nur Isnaini Masyithoh
BERITA15/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh
Pendidikan di Palestina: Tantangan dan Harapan di Tengah Krisis
Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam pembangunan suatu bangsa. Di Palestina, pendidikan tidak hanya menjadi alat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tetapi juga menjadi simbol harapan di tengah berbagai tantangan yang dihadapi. Dalam konteks konflik yang berkepanjangan, pendidikan di Palestina mengalami berbagai rintangan yang signifikan. Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat harapan yang terus menyala, berkat semangat masyarakat dan dukungan dari berbagai pihak.
Latar Belakang
Sejak awal abad ke-20, Palestina telah mengalami berbagai konflik yang mengakibatkan dampak besar terhadap kehidupan masyarakat, termasuk sektor pendidikan. Menurut laporan dari UNICEF, lebih dari 1,5 juta anak-anak di Palestina terpengaruh oleh konflik yang berkepanjangan, yang mengakibatkan gangguan dalam proses belajar mengajar (UNICEF, 2021). Selain itu, pembatasan akses terhadap pendidikan, baik karena faktor geografis maupun politik, semakin memperburuk situasi.
Krisis Pendidikan di Palestina
Infrastruktur yang Rusak
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh sistem pendidikan di Palestina adalah infrastruktur yang rusak. Banyak sekolah yang hancur akibat serangan militer, terutama di Jalur Gaza. Menurut laporan dari OCHA (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs), sekitar 50.000 anak di Gaza tidak memiliki akses ke sekolah yang layak (OCHA, 2022). Hal ini menyebabkan banyak anak terpaksa belajar dalam kondisi yang tidak memadai, bahkan di tempat penampungan sementara.
Keterbatasan Akses
Pembatasan gerakan yang diberlakukan oleh pihak berwenang Israel juga menjadi kendala besar bagi siswa dan guru. Banyak siswa yang harus menempuh perjalanan jauh untuk mencapai sekolah mereka, dan sering kali mereka menghadapi pemeriksaan yang ketat di pos pemeriksaan. Menurut laporan Human Rights Watch, pembatasan ini tidak hanya mengganggu proses belajar mengajar, tetapi juga menciptakan trauma psikologis bagi anak-anak (Human Rights Watch, 2021).
Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi yang berkepanjangan di Palestina juga berdampak pada pendidikan. Banyak keluarga yang tidak mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka, sehingga anak-anak terpaksa putus sekolah untuk membantu perekonomian keluarga. Menurut Bank Dunia, tingkat pengangguran di Palestina mencapai 27% pada tahun 2021, yang membuat banyak orang tua kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, termasuk pendidikan (World Bank, 2021).
Kualitas Pendidikan
Selain masalah akses, kualitas pendidikan di Palestina juga menjadi perhatian. Banyak guru yang tidak memiliki pelatihan yang memadai, dan kurikulum yang digunakan sering kali tidak relevan dengan kebutuhan siswa. Menurut laporan UNESCO, hanya sekitar 60% guru di Palestina yang memiliki kualifikasi yang sesuai (UNESCO, 2020). Hal ini berdampak pada kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa.
Harapan di Tengah Krisis
Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, terdapat harapan yang terus tumbuh di tengah krisis. Masyarakat Palestina menunjukkan ketahanan dan semangat yang luar biasa dalam memperjuangkan pendidikan bagi generasi mendatang.
Inisiatif Masyarakat
Banyak organisasi non-pemerintah (NGO) dan komunitas lokal yang berupaya untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di Palestina. Misalnya, organisasi seperti UNRWA (United Nations Relief and Works Agency) telah berperan penting dalam menyediakan pendidikan bagi anak-anak pengungsi Palestina. UNRWA mengelola lebih dari 700 sekolah di wilayah Palestina, yang memberikan pendidikan kepada lebih dari 500.000 siswa (UNRWA, 2021).
Program Pendidikan Alternatif
Dalam menghadapi keterbatasan infrastruktur, beberapa inisiatif pendidikan alternatif telah muncul. Misalnya, program pembelajaran jarak jauh dan penggunaan teknologi informasi untuk mendukung proses belajar mengajar. Selama pandemi COVID-19, banyak sekolah di Palestina beradaptasi dengan menggunakan platform online untuk melanjutkan pendidikan, meskipun dengan berbagai tantangan (UNICEF, 2021).
Dukungan Internasional
Dukungan dari komunitas internasional juga menjadi faktor penting dalam memperbaiki pendidikan di Palestina. Berbagai negara dan organisasi internasional memberikan bantuan dalam bentuk dana, pelatihan guru, dan penyediaan bahan ajar. Misalnya, program dari Uni Eropa yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Palestina telah memberikan dampak positif dalam pengembangan kurikulum dan pelatihan guru (European Commission, 2021).
Kesadaran akan Pentingnya Pendidikan
Masyarakat Palestina semakin menyadari pentingnya pendidikan sebagai alat untuk mencapai kemerdekaan dan pembangunan. Banyak orang tua yang berjuang keras untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang layak, meskipun dalam kondisi yang sulit. Hal ini terlihat dari meningkatnya angka partisipasi anak-anak dalam pendidikan, terutama di tingkat dasar.
Kesimpulan
Pendidikan di Palestina adalah cermin dari ketahanan dan harapan masyarakatnya. Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan yang berat, semangat untuk belajar dan berjuang demi masa depan yang lebih baik tetap ada. Dengan dukungan dari berbagai pihak, baik lokal maupun internasional, diharapkan pendidikan di Palestina dapat terus berkembang dan memberikan harapan bagi generasi mendatang.
Pendidikan bukan hanya sekadar hak, tetapi juga merupakan senjata yang ampuh dalam memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan. Dalam konteks Palestina, pendidikan menjadi simbol harapan di tengah krisis yang berkepanjangan. Dengan terus berupaya dan berinvestasi dalam pendidikan, masyarakat Palestina dapat membangun masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Ashifuddin Fikri
BERITA15/03/2025 | Ashifuddin Fikri
Dampak Sosial Ekonomi Ramadhan bagi Kesejahteraan Umat
Pendahuluan
Ramadhan tidak hanya bulan yang penuh berkah secara spiritual, tetapi ia juga membawa dampak sosial ekonomi yang signifikan. Setiap tahun, pola konsumsi masyarakat mengalami lonjakan, sementara di sisi lain, kegiatan sosial seperti zakat, sedekah, dan donasi meningkat pesat. Fenomena ini menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi perekonomian, baik dalam skala individu, bisnis, maupun negara.
Peningkatan Konsumsi Selama Ramadhan
Ramadhan sering dikaitkan dengan peningkatan konsumsi, terutama dalam sektor makanan dan minuman. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2023) menunjukkan bahwa pengeluaran rumah tangga di Indonesia meningkat sekitar 10-20 persen selama Ramadhan dibandingkan bulan-bulan lainnya. Tren ini juga terlihat dalam lonjakan penjualan di pasar tradisional, supermarket, hingga e-commerce.
Penyebab utama kenaikan konsumsi meliputi:
Tradisi berbuka puasa bersama yang mendorong permintaan makanan siap saji dan restoran.
Meningkatnya belanja kebutuhan pokok seperti beras, minyak, gula, dan daging karena persiapan sahur dan berbuka.
Peningkatan belanja pakaian dan barang konsumtif menjelang Idul Fitri.
Namun, pola konsumsi yang tidak terkendali juga berpotensi menyebabkan inflasi musiman. Menurut Bank Indonesia (2022), Ramadhan kerap diiringi dengan kenaikan harga bahan pangan yang dapat menekan daya beli masyarakat menengah ke bawah.
Dampak terhadap Sektor Bisnis dan Ekonomi
Ramadhan memberikan dorongan besar bagi sektor bisnis, terutama di bidang makanan, minuman, fashion, dan pariwisata religi. Beberapa dampak positifnya antara lain:
Peningkatan omzet UMKM di sektor kuliner, fashion, dan oleh-oleh Ramadhan.
Kenaikan transaksi e-commerce, dengan promo Ramadhan dan cashback yang menarik minat pembeli.
Peningkatan aktivitas ekonomi di sektor pariwisata religi, terutama di kota-kota dengan tradisi Ramadhan yang kuat seperti Yogyakarta dan Aceh.
Namun, tantangan yang muncul adalah lonjakan permintaan yang tidak merata dan terbatas pada periode Ramadhan. Bisnis perlu memiliki strategi untuk mengelola lonjakan ini agar tetap stabil pasca-Ramadhan.
Peran Zakat dan Sedekah bagi Kesejahteraan Umat
Selain konsumsi, Ramadan juga menjadi momen meningkatnya kegiatan sosial ekonomi melalui zakat, infak, dan sedekah. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS, 2023) melaporkan bahwa pengumpulan zakat selama Ramadhan mencapai lebih dari 50% dari total zakat tahunan. Dana ini kemudian disalurkan untuk:
Program bantuan sosial bagi masyarakat miskin, seperti pemberian sembako dan santunan anak yatim.
Pengembangan usaha mikro dan pemberdayaan ekonomi umat, yang dapat meningkatkan kesejahteraan jangka panjang.
Dukungan bagi pendidikan dan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat kurang mampu.
Keseimbangan antara Konsumsi dan Kepedulian Sosial
Fenomena peningkatan konsumsi selama Ramadhan sebenarnya dapat dikelola dengan lebih bijak agar selaras dengan nilai-nilai sosial dan spiritual yang diajarkan Islam. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
Menghindari konsumsi berlebihan dengan pola belanja yang lebih hemat dan terencana.
Memprioritaskan produk lokal dan UMKM untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Meningkatkan donasi dan filantropi untuk membantu kelompok rentan di masyarakat.
Kesimpulan
Ramadhan membawa dampak sosial ekonomi yang besar, baik dari sisi peningkatan konsumsi maupun kesejahteraan umat melalui zakat dan sedekah. Meskipun peningkatan konsumsi dapat memacu pertumbuhan ekonomi, pengelolaan yang kurang bijak bisa menyebabkan inflasi dan pemborosan. Oleh karena itu, keseimbangan antara konsumsi yang bertanggung jawab dan kepedulian sosial menjadi kunci utama dalam menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang tidak hanya penuh berkah secara spiritual, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Nur Isnaini Masyithoh
BERITA15/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh
Keutamaan dan Kemuliaan Masjid Al-Aqsa di Palestina
Nama Masjidil Aqsa diabadikan di dalam Al-Quran pada Surah Al-Israa’ ayat 1 yang menandai peristiwa agung Isra’ Mi’raj. Keistimewaan dan kemuliaan Masjid Al-Aqsa tidak hanya menjadi simbol historis tetapi juga simbol kekuatan umat Islam. Banyak sekali keutamaan Masjid Al-Aqsa, di antaranya:
1. Kiblat Pertama Umat Islam
Sebelum dipindahkan ke Ka'bah di Masjidil Haram, Masjid Al-Aqsa adalah kiblat pertama umat Islam. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya masjid ini dalam sejarah Islam.
2. Tempat Suci Ketiga dalam Islam
Masjid Al-Aqsa dianggap sebagai tempat suci ketiga dalam Islam setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Tidak boleh melakukan perjalanan (khusus) kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsa." (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Tempat yang penuh keberkahan dan mustajab
Masjid Al-Aqsa adalah salah satu tempat di mana doa-doa lebih mudah dikabulkan. Umat Islam yang berdoa di masjid ini diyakini akan mendapatkan keberkahan dan rahmat dari Allah SWT. Hal ini juga disebabkan karena lokasinya di negeri Syam yang diberkahi sebagaimana hadits Rasulullah SAW.
4. Pahala yang Berlipat Ganda
Shalat di Masjid Al-Aqsa memiliki keutamaan yang besar. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Shalat di Masjidil Haram sama dengan 100.000 shalat, shalat di Masjid Nabawi sama dengan 1.000 shalat, dan shalat di Masjid Al-Aqsa sama dengan 500 shalat." (HR. Ahmad)
5. Tempat Isra' Mi'raj
Peristiwa Isra' Mi'raj yang dimulai dari Masjid Al-Aqsa menjadikan masjid ini sebagai tempat yang sangat mulia. Ini juga mengingatkan umat Islam akan kebesaran Allah SWT dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW.
"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
6. Shalat di dalam Masjidil Aqsa menghapuskan dosa
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi bersabda:
Tatkala Nabi Sulaiman selesai membangun Bait al-Maqdis, beliau meminta kepada Allah tiga perkara: “Hukum yang sesuai dengan hukumnya, Kerajaan yang tidak disamai oleh orang setelahnya, dan tidak satupun yang mendatangi masjid ini tujuannya hanya shalat kecuali akan diampuni dosanya seperti bayi yang baru lahir dari perut ibunya”. Maka Nabi berkata; adapun dua perkara yang pertama, beliau sudah diberikan, aku berharap perkara yang ketiga juga diberikan”. (HR. Nasai: 693, Ibnu Majah: 1408. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib: 1178)
Tantangan yang Dihadapi Masjid Al-Aqsa
1. Ancaman dari Okupasi Israel
Masjid Al-Aqsa terus menghadapi ancaman dari okupasi Israel, yang berusaha menguasai dan merusak keberadaan masjid ini. Umat Islam di seluruh dunia harus bersatu untuk melindungi dan mempertahankan kemuliaan Masjid Al-Aqsa.
2. Upaya Pemalsuan Sejarah
Ada upaya-upaya untuk memalsukan sejarah yang mengklaim bahwa Masjid Al-Aqsa tidak memiliki hubungan dengan Islam. Umat Islam harus terus mengedukasi diri dan dunia tentang kebenaran sejarah masjid ini.
3. Pembatasan Akses
Banyak muslim Palestina yang kesulitan mengakses Masjid Al-Aqsa karena pembatasan yang diberlakukan oleh pihak Israel. Ini menjadi tantangan besar bagi umat Islam yang ingin beribadah di masjid ini.
Kesimpulan
Masjid Al-Aqsa adalah simbol keagungan Islam yang memiliki keutamaan yang sangat besar. Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mempertahankan kemuliaan masjid ini. Mari kita terus mendukung perjuangan rakyat Palestina dalam mempertahankan Masjid Al-Aqsa dan mengingatkan dunia akan pentingnya tempat suci ini bagi umat Islam.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Nur Isnaini Masyithoh
BERITA15/03/2025 | Nur Isnaini Masyithoh
Perempuan Palestina: Pahlawan di Tengah Perjuangan
Perempuan Palestina telah memainkan peran yang sangat penting dalam perjuangan rakyat Palestina. Mereka bukan hanya sekadar pendukung, tetapi juga pahlawan yang berjuang di garis depan, menghadapi tantangan dan kesulitan yang luar biasa. Dalam konteks konflik yang berkepanjangan, perempuan Palestina telah menunjukkan ketahanan, keberanian, dan kreativitas yang luar biasa. Artikel ini akan membahas sejarah, peran, dan kontribusi perempuan Palestina dalam perjuangan mereka, serta tantangan yang mereka hadapi.
Sejarah Perjuangan Perempuan Palestina
Sejak awal abad ke-20, perempuan Palestina telah terlibat dalam berbagai bentuk perjuangan. Pada masa sebelum pendudukan Israel, perempuan Palestina berperan dalam gerakan nasionalis yang berjuang untuk kemerdekaan dan hak-hak mereka. Mereka terlibat dalam demonstrasi, protes, dan kegiatan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu yang dihadapi oleh rakyat Palestina.
Perempuan dalam Perang 1948
Perang Arab-Israel pada tahun 1948, yang dikenal sebagai Nakba (bencana), membawa dampak besar bagi perempuan Palestina. Banyak perempuan kehilangan anggota keluarga, rumah, dan tanah mereka. Namun, di tengah kesedihan dan kehilangan, perempuan Palestina menunjukkan ketahanan yang luar biasa. Mereka menjadi tulang punggung keluarga, merawat anak-anak, dan berjuang untuk bertahan hidup di tengah kondisi yang sulit.
Perempuan dalam Intifada
Intifada pertama (1987-1993) dan Intifada kedua (2000-2005) adalah momen penting dalam sejarah perjuangan Palestina. Selama kedua periode ini, perempuan Palestina terlibat aktif dalam demonstrasi dan protes. Mereka tidak hanya berpartisipasi dalam aksi-aksi di jalanan, tetapi juga berperan dalam organisasi-organisasi yang memperjuangkan hak-hak perempuan dan rakyat Palestina.
Perempuan seperti Leila Khaled, yang dikenal sebagai anggota Front Populer untuk Pembebasan Palestina, menjadi simbol perjuangan perempuan dalam konteks nasionalisme Palestina. Khaled terkenal karena aksinya yang berani dan menjadi salah satu wajah dari perjuangan perempuan Palestina di panggung internasional.
Peran Perempuan dalam Masyarakat Palestina
Perempuan Palestina tidak hanya berjuang di bidang politik, tetapi juga di berbagai sektor lainnya, termasuk pendidikan, kesehatan, dan seni. Mereka telah berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik meskipun dalam kondisi yang sangat sulit.
Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu bidang di mana perempuan Palestina telah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, termasuk pembatasan akses ke pendidikan, perempuan Palestina telah berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Banyak perempuan yang berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi dan berkontribusi dalam berbagai bidang, termasuk kedokteran, hukum, dan seni.
Kesehatan
Perempuan Palestina juga berperan penting dalam sektor kesehatan. Mereka bekerja sebagai dokter, perawat, dan pekerja sosial, memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat meskipun dalam kondisi yang sulit. Selama konflik, perempuan sering kali menjadi korban kekerasan, dan pekerja kesehatan perempuan berjuang untuk memberikan perawatan yang diperlukan.
Seni dan Budaya
Seni dan budaya juga menjadi medium penting bagi perempuan Palestina untuk mengekspresikan perjuangan mereka. Melalui seni, perempuan Palestina dapat menyampaikan cerita, pengalaman, dan harapan mereka. Banyak seniman perempuan yang menciptakan karya-karya yang menggambarkan kehidupan sehari-hari, kesedihan, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Salah satu contoh adalah penyair Palestina, Fadwa Tuqan, yang karya-karyanya mencerminkan perjuangan dan ketahanan perempuan Palestina. Puisi-puisinya sering kali menggambarkan rasa sakit dan kehilangan, tetapi juga harapan dan keberanian.
Perempuan Palestina di Panggung Internasional
Perempuan Palestina telah berhasil menarik perhatian dunia terhadap perjuangan mereka. Melalui berbagai organisasi dan gerakan, mereka telah berjuang untuk hak-hak mereka dan hak-hak rakyat Palestina secara keseluruhan. Banyak perempuan Palestina yang telah berbicara di forum internasional, menyampaikan suara mereka dan mengadvokasi untuk perubahan.
Organisasi Perempuan
Berbagai organisasi perempuan di Palestina, seperti Asosiasi Perempuan Palestina dan Pusat Penelitian Perempuan, telah berperan penting dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Organisasi-organisasi ini bekerja untuk meningkatkan kesadaran tentang isu-isu yang dihadapi oleh perempuan Palestina dan memberikan dukungan kepada mereka dalam perjuangan mereka.
Aktivisme Global
Perempuan Palestina juga terlibat dalam gerakan aktivisme global yang lebih luas. Mereka berkolaborasi dengan organisasi internasional untuk mempromosikan hak asasi manusia dan keadilan sosial. Melalui kampanye dan aksi solidaritas, mereka berusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang situasi di Palestina dan mendukung perjuangan mereka.
Kesimpulan
Perempuan Palestina adalah pahlawan yang berjuang di tengah perjuangan yang panjang dan sulit. Mereka telah menunjukkan ketahanan, keberanian, dan kreativitas yang luar biasa dalam menghadapi tantangan yang dihadapi oleh masyarakat mereka. Meskipun banyak rintangan yang harus dihadapi, perempuan Palestina terus berjuang untuk hak-hak mereka dan untuk masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Perjuangan mereka bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk seluruh rakyat Palestina. Dengan dukungan dan solidaritas dari masyarakat internasional, diharapkan perempuan Palestina dapat terus berjuang dan mencapai keadilan serta kesetaraan yang mereka impikan.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Ashifuddin Fikri
BERITA15/03/2025 | Ashifuddin Fikri
Fidyah sebagai Bentuk Kepedulian Sosial dalam Islam
Fidyah merupakan salah satu konsep penting dalam Islam yang mencerminkan nilai-nilai kepedulian sosial dan solidaritas di antara umat. Dalam konteks puasa, fidyah diberikan sebagai kompensasi bagi mereka yang tidak mampu menjalankan ibadah puasa, baik karena alasan kesehatan, usia lanjut, atau kondisi lainnya yang menghalangi. Konsep ini tidak hanya menunjukkan kepatuhan terhadap perintah Allah, tetapi juga menegaskan tanggung jawab sosial individu terhadap masyarakat.
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman bahwa puasa adalah kewajiban bagi setiap Muslim, namun ada pengecualian bagi mereka yang tidak mampu. Fidyah menjadi solusi bagi mereka yang tidak dapat berpuasa, di mana mereka diwajibkan untuk memberi makan orang miskin sebagai bentuk pengganti. Hal ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan kesejahteraan masyarakat, terutama bagi mereka yang kurang beruntung. Dengan memberikan fidyah, seorang Muslim tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga berkontribusi dalam mengurangi beban orang-orang yang membutuhkan.
Fidyah juga mencerminkan prinsip keadilan sosial dalam Islam. Dalam masyarakat yang ideal, setiap individu memiliki tanggung jawab untuk saling membantu dan mendukung. Dengan memberikan fidyah, seseorang tidak hanya menunaikan kewajiban ibadah, tetapi juga berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik. Ini adalah bentuk nyata dari solidaritas sosial yang diajarkan dalam Islam, di mana setiap Muslim diharapkan untuk peduli terhadap sesama.
Penulis:Putri Khodijah
Editor:M. Kausari Kaidani
BERITA15/03/2025 | Putri Khodijah
Memahami Konsep Fidyah dalam Perspektif Syariah
Fidyah adalah istilah yang sering digunakan dalam konteks ibadah puasa, khususnya bagi mereka yang tidak dapat menjalankannya. Dalam perspektif syariah, fidyah memiliki makna yang lebih dalam dan luas, mencakup aspek hukum, etika, dan sosial. Memahami fidyah dalam konteks syariah adalah langkah penting untuk menunaikan kewajiban ini dengan benar dan sesuai dengan ajaran Islam.
Secara hukum, fidyah diatur dalam Al-Qur'an dan Hadis. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT memberikan petunjuk tentang siapa yang diperbolehkan untuk memberikan fidyah. Mereka yang tidak mampu berpuasa, baik karena sakit yang berkepanjangan, usia lanjut, atau kondisi lain yang menghalangi, diperbolehkan untuk memberikan fidyah sebagai pengganti puasa yang ditinggalkan. Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang fleksibel dan memahami kondisi manusia.
Fidyah tidak hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan bentuk pengabdian kepada Allah dan kepedulian terhadap sesama. Dalam syariah, fidyah dianggap sebagai salah satu cara untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan. Dengan memberikan fidyah, seseorang diharapkan dapat mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan pahala. Ini adalah pengingat bahwa setiap tindakan baik, sekecil apapun, akan mendapatkan balasan dari Allah.
Dalam praktiknya, fidyah dapat diberikan dalam bentuk makanan atau uang yang setara dengan nilai makanan. Hal ini memberikan kemudahan bagi individu untuk menunaikan kewajiban mereka sesuai dengan kemampuan dan situasi.
Penulis:Putri Khodijah
Editor:M. Kausari Kaidani
BERITA15/03/2025 | Putri Khodijah
Fidyah dan Kewajiban Puasa bagi yang Tidak Mampu
Puasa adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu. Namun, ada kalanya seseorang tidak dapat menjalankan ibadah puasa karena berbagai alasan, seperti sakit, usia lanjut, atau kondisi lainnya. Dalam situasi seperti ini, Islam memberikan solusi melalui fidyah, yang berfungsi sebagai pengganti puasa yang tidak dapat dilaksanakan. Memahami hubungan antara fidyah dan kewajiban puasa bagi yang tidak mampu adalah penting untuk menjalankan ajaran Islam dengan baik.
Fidyah merupakan bentuk kepedulian sosial yang diajarkan dalam Islam. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT memberikan petunjuk bahwa bagi mereka yang tidak mampu berpuasa, diperbolehkan untuk memberikan fidyah sebagai pengganti. Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang memahami kondisi manusia dan memberikan solusi yang adil. Fidyah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan bentuk pengabdian kepada Allah dan kepedulian terhadap sesama.
Bagi mereka yang tidak mampu berpuasa, fidyah menjadi alternatif yang dapat diambil. Dalam praktiknya, fidyah dapat diberikan dalam bentuk makanan atau uang yang setara dengan nilai makanan. Hal ini memberikan fleksibilitas bagi individu untuk menunaikan kewajiban mereka sesuai dengan kemampuan dan situasi. Dengan demikian, fidyah tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga sebuah kesempatan untuk berbuat baik dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat.
Kewajiban puasa dalam Islam tidak hanya berkaitan dengan aspek fisik, tetapi juga melibatkan aspek spiritual dan sosial. Puasa adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan kesadaran spiritual, dan memperkuat rasa solidaritas sosial.
Penulis:Putri Khodijah
Editor:M. Kausari Kaidani
BERITA15/03/2025 | Putri Khodijah
Perbedaan Fidyah dan Kaffarah dalam Hukum Islam
Fidyah dan kaffarah adalah dua istilah yang sering muncul dalam pembahasan hukum Islam, terutama terkait dengan ibadah puasa dan kewajiban lainnya. Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menebus kesalahan atau kekurangan dalam menjalankan ibadah, terdapat perbedaan mendasar antara keduanya yang perlu dipahami oleh umat Islam.
Fidyah secara umum diartikan sebagai kompensasi yang diberikan oleh seseorang yang tidak dapat menjalankan ibadah puasa, baik karena alasan kesehatan, usia lanjut, atau sebab lainnya yang sah. Dalam konteks ini, fidyah biasanya berupa makanan atau uang yang diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya berbagi dan membantu sesama. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman bahwa bagi mereka yang tidak mampu berpuasa, diperbolehkan untuk memberikan fidyah sebagai pengganti puasa yang ditinggalkan.
Di sisi lain, kaffarah adalah bentuk tebusan yang dikenakan kepada seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap syariat, seperti membatalkan puasa dengan sengaja tanpa alasan yang dibenarkan. Kaffarah lebih bersifat sebagai hukuman yang harus dilaksanakan untuk menebus kesalahan tersebut. Misalnya, seseorang yang dengan sengaja makan atau minum di siang hari selama bulan Ramadan harus membayar kaffarah, yang bisa berupa puasa berturut-turut selama dua bulan atau memberi makan sejumlah orang miskin.
Penulis:Putri Khodijah
Editor:M. Kausari Kaidani
BERITA15/03/2025 | Putri Khodijah

Info Rekening Zakat
Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.
BAZNAS
Info Rekening Zakat

